58. Pamit

84 4 2
                                    

"Akhirnya kita berada di antara ketinggian dan kerendahan,"_Arumi

****

Kini Arumi dan lainnya datang dengan tergesa-gesa menghampiri Liam dan Harsa yang berdiri dengan penampilan yang berantakan, kemeja yang sudah di lumuri darah segar membuat Arumi yang menatapnya merasa semakin cemas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini Arumi dan lainnya datang dengan tergesa-gesa menghampiri Liam dan Harsa yang berdiri dengan penampilan yang berantakan, kemeja yang sudah di lumuri darah segar membuat Arumi yang menatapnya merasa semakin cemas.

Malam ini Rumah sakit sangat ramai dengan lingkaran anak-anak motor yang ikut hadir. Sungguh suasana malam ini sangat tegang, orang tua Rafandra yang sejak tadi sudah datang ketika membaca pesan dari Liam kini hanya menangis tersedu-sedu meratapi nasib anaknya. Mereka yang melihatnya pun merasa tak tega.

"Liam? Gimana keadaan Rafa?" ucap Arumi dengan suara lemah.

"Rafandra lagi di ruang operasi, Lo tenang aja Rafandra baik-baik aja kok, dia lagi di tangani. Kita tunggu aja kabar dari dokter, semoga operasinya lancar," ucap Liam menguatkan gadis itu.

"Amin," gumam Arumi dan lainnya.

Yang lain hanya berdiam diri dengan perasaan sesak dan cemas tidak menyangka jika cowok itu bisa berakhir di rumah sakit. Fara dan Fania kini berusaha menguatkan gadis itu hingga lampu operasi pun mati pertanda jika operasi selesai. Dokter keluar dan menatap orang tua Rafandra dan berbicara kepada mereka.

"Maaf pak, Bu kami sudah berusaha semampu kami, tetapi jantung anak bapak sudah rusak sangat parah dan akan dipindahkan ke ruang IGD. Kami mendapati dua peluru menebus jantungnya," ucap dokter tersebut dan

Tak lama beberapa perawat keluar sambil mendorong tempat tidur Rafandra keluar. Semua orang menatap cowok itu yang terbaring lemah di tempat tidur, Arumi mendekat dan menggenggam tangan cowok itu kemudian dirinya di tarik oleh Bambam agar tidak menghalangi tugas perawat.

"Rafandra akan baik-baik aja," ucap Bambam menenangkan gadis itu.

"Dokter tolong selamatkan nyawa anak saya," ucap Dira yang menangis tersedu-sedu.

"Dok, lakukan yang terbaik untuk anak saya, akan saya kasi berapapun yang Dokter minta asalkan anak saya selamat," ucap Dimas dengan nada memohon.

"Maaf Pak, Bu. Kami tidak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi anak bapak yang tidak memungkinkan, rumah sakit kami juga tidak memiliki penyediaan jantung," ucap Dokter itu ikut merasakan sedih.

"Saya siap donor jantung saya," ucap Dimas membuat Dira semakin menangis.

"Sebaiknya bapak pikirkan baik-baik, ini penuh resiko, sebaiknya bapak mencari pendonor dan kami juga akan membantu mencarikan pendonor untuk anak bapak dan ib_" ucap sang Dokter.

"Saya tidak punya waktu untuk berpikir! Anda lakukan saja perintah saya. Jika anak saya kenapa-napa rumah sakit ini akan saya tuntut!" tekan Dimas emosi.

"Baik, silahkan ikut saya untuk pemeriksaan lebih dulu untuk mengisi persyaratan sebagai pendonor," ucap sang Dokter dan Dimas pun mengangguk.

Dimas menatap istrinya yang sudah berlinang air mata lalu mencium keningnya berusaha meyakinkan dan menguatkan istrinya. Sedangkan yang lain hanya diam menatap dengan perasaan sesak merasa prustasi bingung ingin melakukan apa, Dimas pergi bersama sang dokter namun baru beberapa langkah seorang perawat menghentikan langkah Keduanya.

CLEOSANA (And)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang