24

1.4K 69 4
                                    

Di dalam taksi Salsa kembali menangis tersedu-sedu.

"Mbak... Mbak gapapa?" Tanya supir taksinya ketika melihat Salsa menangis.

Salsa menghentikan tangisannya ketika dirinya tersadar kalau lagi-lagi dia membuat seseorang khawatir karenanya.

"Gak papa pak, saya cuman lagi cape aja," jawab Salsa.

Supir taksinya mengangguk, "Ini mau kemana?" Tanya supir taksinya karena sudah sepuluh menit taksinya berjalan tapi Salsa belum menyebutkan tujuannya.

Salsa tampak berpikir, dia tidak tau mau kemana saat ini, Salsa belum mau pulang, dia tidak mau bertemu dengan siapapun saat ini.

"Emm... Ke taman deket sini aja pak," ucapnya kemudian yang diangguki oleh supir taksinya.

Tak sampai lima menit taksi yang ditumpanginya pun berhenti disebuah taman.

"Ini pak uangnya," ucap Salsa memberikan selembar uang seratus ribu.

"Gak usah mbak," tolak supir taksinya.

"Loh kenapa?"

Supir taksinya tersenyum, "Gapapa , saya sedekahin soalnya waktu ngeliat mbak nangis tadi saya jadi keinget anak saya yang lagi kuliah diluar kota, saya jadi kangen soalnya dulu dia juga sering nangis terus ngadu sama saya," ucap supir taksi itu panjang.

Salsa terdiam, lagi-lagi dia dibuat iri dengan cerita ayah dan anak dari orang lain.

Didengar dari ceritanya dan dilihat dari tatapan supir taksinya Salsa dapat melihat seberapa besar rasa sayang bapak supir taksi itu kepada anaknya.

Salsa jadi berpikir apakah papanya saat ini tengah merindukannya?

"Mbak? Mbak gapapa?"

Salsa kembali tersadar dari lamunannya, "Terima kasih kalau begitu pak, semoga rezekinya lancar yah," ucapnya yang dibalas ucapan 'aamiin'.

Salsa pun turun dari taksi dan berjalan mencari tempat yang nyaman untuk duduk menikmati langit sore hari ini, tak perduli dengan tatapan orang-orang yang menatapnya dengan bingung.

Pasalnya Salsa saat ini masih memakai kebaya yang ia pakai diwisuda Haikal dan Saka, Salsa belum sempat mengganti bajunya.

Salsa membuka sendal heels nya karena kakinya sakit memakai sendal ber hak tinggi tersebut, kakinya bisa langsung merasakan lembutnya rumput taman yang menggelitik telapak kakinya.

Keadaan taman tidak terlalu ramai tidak juga terlalu sepi, mengingat ini sudah mau masuk waktu petang, yang tersisa hanyalah orang-orang tengah beristirahat sehabis lari sore ataupun jalan-jalan sore.

Salsa memilih duduk di tempat yang lumayan sepi , dia langsung duduk tanpa alas apapun, duduk memeluk lututnya sambil menatap matahari terbenam yang tampak cantik dihadapannya.

Langit senja yang begitu cantik tapi hanya muncul dalam waktu singkat, seperti kisah cintanya bersama Bian yang indah tapi hanya berjalan dalam waktu singkat.

Miris sekali hidupnya ini, Salsa rasanya hanya bisa menertawakan nasib dirinya sendiri, entah kenapa nasibnya begitu menarik untuk di tertawakan.

Salsa menutup matanya menghirup udara sore hari ini, cuaca sore ini sangat cerah tak seperti dengan suasana hatinya saat ini yang begitu mendung.

Ia menutup matanya mencoba mengalihkan pikirannya sejenak agar tak terus-terusan memikirkan masalah yang menimpa nya hari ini.

Ada sekitar hampir 1 jam Salsa duduk termenung disana akhirnya dia memilih beranjak pergi setelah merasa sudah cukup tenang.

PUTUS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang