38

950 35 4
                                    

Keesokan harinya, masih di hotel tempat Wiya dan keluarganya menginap. Kini hanya tinggal Wiya dan Salsa saja yang tetap berada di hotel itu, orang tua Wiya sedang kembali ke rumah mereka untuk mengurus sesuatu.

Dan untuk kelanjutan sekolah Salsa, ia memilih untuk tetap bersekolah di sekolah lamanya karena hanya tinggal satu semester saja dia lulus. Nanti ketika ingin masuk kuliah dia akan mengikuti kemana pun orang tua Wiya menyuruhnya, karena jika dia pindah sekarang itu juga akan sangat menyayangkan bagi Wiya yang harus pindah kampus. Salsa tidak mau merepotkan mereka lebih dari itu,dia sungkan.

Jadi,Heri memutuskan untuk menyewakan sebuah apartemen untuk Wiya dan Salsa tempati sampai Salsa lulus nanti. Heri berkata mereka berdua bisa pindah besok lusa sementara barang-barang Wiya dan Salsa dipindahkan ke apartemen yang Heri sewakan.

Pukul 1 siang, saat ini cuaca nya tidak terik dan lebih sejuk daripada kemarin-kemarin. Salsa tengah bersiap untuk pergi, ia mematut diri di depan cermin memastikan penampilannya sudah baik.

Wiya yang masuk ke kamar Salsa menatap adik sepupunya itu dengan bingung.

"Mau kemana?" Tanyanya membuat Salsa berbalik dan menatap terkejut ke arah Wiya.

"Astaga! Abang ih! Bikin kaget aja," seru Salsa kesal.

"Maaf. Mau kemana?" Tanya Wiya sekali lagi, Ia merebahkan dirinya di ranjang hotel.

"Mau keluar," jawab Salsa.

"Kemana? Bareng siapa?" Wiya kembali bertanya. Salsa berjalan mengambil ponselnya di nakas sebelah ranjang.

"Mau jalan-jalan nggak tau kemana, sama kak Bian," jawab Salsa.

Wiya bangun mengambil posisi duduk, ia menatap Salsa dengan tatapan heran.

"Bian?" Ucap Wiya memastikan. Salsa mengangguk mengiyakan.

"Buat apa? Dia mau apa lagi? Bukannya kemarin kalian udah bicara berdua,"lanjutnya menuntut jawaban dari Salsa.

"Tadi malem kak Bian ngirim chat, katanya dia mau ngajak aku jalan-jalan buat terakhir kalinya sebelum dia pindah," jelas Salsa.

Wiya mengerutkan keningnya, " Bian mau pindah?" Dia sama sekali tidak tahu akan hal itu.

"Iya," sahut Salsa.

"Kenapa? Kemana?"

Salsa menggeleng tanda tidak tahu, "Aku juga nggak tahu jelasnya alasan sama mau pindah kemana, kak Bian cuman ngomong kalau dia mau pindah."

"Yaudah aku berangkat ya Abang, kak Bian udah nunggu katanya di bawah," pamit Salsa ke Wiya.

"Hati-hati, selalu aktifin hp, kalau ada apa-apa langsung telfon Abang. Ngerti?" Pesan Wiya pada Salsa,entah kenapa dia merasa risau. Salsa hanya membalasnya dengan anggukan kepala,lalu kemudian pergi dari sana meninggalkan Wiya yang masih bergelut dengan perasaannya.

Sementara di sisi Salsa,dia kini sudah berada di dalam lift menuju lantai bawah. Ia sedikit merasa gugup untuk bertemu Bian, dan sebenarnya dia juga sedih karena ini akan jadi kali terakhir nya dia akan bertemu dengan Bian yang entah kapan bisa bertemu lagi.

Ting!

Lift terbuka dan sampai di lantai dasar menampilkan lobby hotel yang cukup sibuk. Salsa melangkah keluar,sedikit melebarkan langkahnya karena takut Bian lama menunggunya.

Dan dari pintu masuk dia bisa melihat Bian yang bersandar di kap mobilnya. Tampilannya cukup simpel hanya memakai kaos yang dilapisi dengan kemeja putih dibarengi dengan celana jeans hitam.

"Kak Bian!" Panggil Salsa melambaikan tangannya ke arah Bian yang dibalas hal yang sama oleh pemuda itu.

Salsa sampai di dekat Bian, ia berdiri dengan gugup ketika Bian berdiri dihadapannya sambil tersenyum lembut ke arahnya.

"Udah siap?" Tanya Bian berbasa-basi. Salsa mengangguk mengiyakan. Lagi-lagi Bian tersenyum lalu membukakakan pintu mobil untuk Salsa dan mempersilahkannya untuk masuk. Salsa balas tersenyum dan kemudian masuk mengambil duduk di samping kemudi.

Bian menyusul masuk dan duduk dibelakang kemudi,memasang seat belt nya tak lupa memberitahu Salsa untuk melakukan hal yang sama.

"Jadi kita mau kemana?" Tanya Bian mulai menjalankan mobilnya.

"Terserah kakak aja,kan kakak yang ngajak," jawab Salsa.

Bian menoleh ke arahnya lalu kemudian tersenyum kecil, ia berpikir sejenak memikirkan tujuan mereka.

"Kita makan siang dulu gimana?" Tawar Bian.

"Boleh,aku juga kebetulan belum makan siang,"ucap Salsa.

Bian pun tersenyum lalu melajukan mobilnya ke tempat makan yang ia rasa cocok untuk menu makan siang mereka hari ini.
.
.
.

Sementara itu kembali ke sisi Wiya.

Setelah dua puluh menit dari Salsa pergi, ia masih betah berada di kamar yang Salsa tempati. Perasaan gelisahnya sedari tadi tidak berhenti menyergap dadanya, dia sampai merasa sesak karena rasa gelisah itu.

Ia pun meraih ponselnya dan menghubungi teman-temannya, menanyakan keberadaan mereka yang kebetulan saja sedang berkumpul di cafe yang terletak di dekat kampus mereka.

Jadi daripada dia merasa gelisah sendiri,Wiya memilih untuk menyusul teman-temannya dan berharap kalau perasaan gelisahnya berkurang.

Beranjak dari tidurnya dan kembali ke kamarnya untuk bersiap,tak membutuhkan waktu yang lama Wiya sudah siap dan segera meluncur menyusul teman-temannya.
.
.
.

Di sebuah gedung terbengkalai di pinggiran kota. Di dalamnya ada beberapa orang berpakaian hitam dan seorang perempuan duduk dengan angkuh di hadapan mereka.

"Kau mau apa sampai berani mendatangi markas kami," tanya salah satu diantara mereka.

Perempuan itu tersenyum ramah penuh tipu muslihat.

"Gw denger kalian salah satu geng yang hebat di daerah sini, apa bener?" Tanyanya masih mempertahankan senyum nya.

"Memangnya kenapa?" Ucap salah satu diantara mereka yang sepertinya adalah ketua.

"Gw mau minta tolong boleh? Nggak usah kok," ucap perempuan itu lagi. Ia menyerahkan selembar foto pada ketua geng tersebut.

"Culik dia dan bawa ke alamat yang gw tulis di belakang foto itu, ini untuk bayaran mukanya dan kalau berhasil bakalan gw tambahin dua kali lipat." Sebuah amplop coklat yang tebal berisikan uang di berikan. Ketua geng tersebut mengambilnya dan melihat uang yang ada di dalam amplop itu,ia cukup terkejut melihat jumlah uang yang ada di dalamnya.

"Gimana? Bisa kan? Bisalah kalian kan hebat," tanya perempuan.

Ketua mereka sempat berdehem sejenak.
"Baiklah kami terima. Kapan mau dimulai?"

Perempuan itu menyerengai puas.

"Gw mau kalian lakuin hari ini, dan bawa cewe itu kedepan gw malam ini juga, jangan sampai gagal. Paham?"

Ketua geng mengangguk paham,ia kemudian menatap kenarah anak buahnya.

"Tunggu apa lagi? Kalian dengar kan? Cepat cari cewe itu dan jangan kembali sampai dapat."

"Baik bos!"

Puluhan orang itu akhirnya pergi dari sana dengan serentak mencari cewe yang akan menjadi target mereka hari ini.

Perempuan itu kemudian berdiri dengan senyum puas nya.

"Oke gw pergi dulu, gw tunggu hasilnya nanti malam," ucapnya yang dibalas anggukan kepala oleh ketua geng.

Perempuan itu pun pergi dari sana dengan perasaan senang dan tidak sabar menanti nanti malam.

'kali ini lu nggak bakalan gw ampuni, hari ini lu bakalan mati!'

***
Sorry lama🙂

Write:06,06,24.
Pub:09,06,24.

PUTUS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang