36

1K 49 0
                                    

"Kakak cantik!!" Pekik Cia saat melihat Salsa berjalan mendekati meja tempat Mada dan yang lainnya menunggu.

Cia turun dari bangkunya dan berlari memeluk Salsa.
"Cia kangen.....," Ucapnya dengan tulus.

Salsa tersenyum senang dan membalas pelukan Cia dengan erat, ia juga mengecup kepala gadis kecil di pelukannya itu dengan gemas. Bau minyak telon dan shampo strawberry tercium olehnya.

"Kakak juga kangen..... Kamu apa kabar?" Ucap Salsa setelah pelukan keduanya terlepas.

"Cia baik kok!" Balas Cia dengan semangat.

Sekali lagi Salsa tersenyum senang, dia suka melihat Cia yang begitu bersemangat saat melihatnya. Dia bahagia bisa membuat orang tersenyum hanya karena melihatnya,biarpun itu anak kecil tapi dia tetap senang.

"Syukurlah kalau gitu, ayo kita duduk lagi."

Salsa menggandeng tangan Cia untuk kembali duduk. Cia duduk di kursi tempatnya semula sementara Salsa mengambil duduk di samping Saka.

"Apa kabar semuanya?" Tanya Salsa berbasa-basi.

"Baik kok dek. Kamu?" Balas Haikal dan bertanya balik.

Salsa tersenyum kecil sejenak lalu membalas dengan anggukan kecil menandakan ia sedang baik-baik saja.

Tak lama Wiya menyusul dan duduk di kursi yang tersisa yaitu di samping Sandi. Ia menyempatkan menatap Salsa sebentar lalu menyapa teman-temannya.

"Kamu udah makan belum?" Tanya Saka. Ia mengelus kepala Salsa dengan lembut, dia tau kalau saat ini Salsa sedang tidak baik-baik saja. Semua yang di meja ini juga tau, Mada sempat menceritakan apa yang ia tahu soal Salsa akhir-akhir ini. Maka dari itu mereka semua tanpa keberatan menyetujui untuk berkumpul.

Saka bisa melihat kantung mata Salsa dan matanya yang merah seperti habis menangis.

"Cuman ganjel perut aja tadi, makan roti," jawab Salsa.

"Kita udah pesen makanan, tunggu aja nanti kamu bisa makan sepuasnya,kalau kurang kamu bisa tambah," sahut Haikal. Salsa hanya mengangguk mengiyakan.

"Kamu habis nangis?" Tanya Yohan. Ia dibuat salah fokus dengan mata merah Salsa yang bisa ia lihat dari tempat duduknya, meskipun jarak keduanya ujung para ujung.

Salsa sedikit panik saat Yohan bertanya hal tersebut.

"O-oh? Ini kelilipan tadi, trus aku kucek-kucek jadi merah deh," ucapnya sedikit gugup.

Yohan hanya mengangguk lalu beralih mengobrol dengan Haikal.

Sementara Salsa tampak bernafas lega saat Yohan tampak percaya dengan ucapannya dan tidak bertanya lebih lanjut. Tanpa ia sadari gerak-geriknya diperhatikan oleh Wiya yang duduk di hadapannya.

Mata Wiya memicing curiga dengan sikap Salsa. Sepertinya memang ada sesuatu yang terjadi tadi, dan pasti berhubungan dengan Salsa yang melihat ponselnya tadi.

Tak butuh waktu lama makanan pesanan mereka pun datang. Ada banyak sekali ternyata hidangan yang Haikal dan lainnya pesan sebelum mereka datang, tapi jangan khawatir ini semua akan habis karena nafsu makan mereka juga besar.

"Mau yang mana?" Tanya Saka bersiap mengambilkan apa yang Salsa minta.

Salsa menunjuk pasta carbonara yang terletak di hadapan Sandi.

"Mau itu boleh?" Ucapnya takut ada yang mau juga sedangkan mereka hanya memesan satu.

"Boleh dong! Nih!" Sandi menjawab dengan senang hati dan mengoper piring berisikan pasta yang diinginkan Salsa.

PUTUS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang