37

1K 47 2
                                    

"Sasha."

Suara panggilan itu membuat mereka secara serentak menoleh ke arah sumber suara.

Mereka melihat keberadaan Bian yang sekarang terlihat pucat, ia berdiri menatap sendu ke arah Salsa yang juga menatapnya.

Salsa sempat tertegun saat melihat keberadaan Bian di sampingnya. Ia jadi teringat dengan foto yang beberapa saat lalu dikirimkan padanya. Berdehem sejenak, Salsa mencoba untuk tersenyum.

"Kak Bian," sapa Salsa dengan ramah.

"Ngapain lu di sini!?" Beda dengan Salsa, Mada menyambut Bian tidak ramah. Ia masih bisa mengingat bagaimana Bian datang dan menuduh Salsa dan dirinya berselingkuh.

Cih! Rasanya Mada ingin sekali melayangkan pukulan pada Bian. Lihat wajah tidak bersalahnya itu, Mada muak melihatnya. Dia seolah-olah orang yang paling tersakiti di sini.

"Ayo kak sini gabung sama kita," ajak Salsa.

"Dek!" Tegur Mada. Bisa-bisanya Salsa malah mengajak orang tidak tau diri itu.

Salsa menggeleng pelan berkata tidak apa-apa, dia bersyukur Mada tidak menceritakan hal yang terjadi hari itu pada Wiya. Kalau iya, Salsa tidak akan tau bagaimana nasib Bian sekarang, apalagi kalau sampai ayah Heri mengetahui nya.

"Ayo kak, duduk." Salsa menunjuk bangku kosong.

Bian dengan kikuk mengikuti perkataan Salsa dan duduk, ia merasa terintimidasi oleh tatapan dari Wiya dan temannya.

Atau mungkin mereka sudah tidak mengangkat nya sebagai teman lagi? Ia bisa melihat tatapan kebencian yang diberikan oleh Mada dan Wiya padanya, sedangkan yang lainnya meskipun tidak menatapnya demikian tapi Bian tau kalau mereka tidak suka dengan kehadiran nya.

"Kakak udah makan?" Tanya Salsa mencoba memecahkan keheningan di antara mereka.

Bian sedikit tersentak lalu beralih menatap Salsa, ia tersenyum kecil lalu kemudian menggeleng pelan.

"Belum," jawab Bian pelan.

"Yaudah ini makan, kak Haikal pesen banyak kok, ayo makan." Salsa memberikan seporsi makanan, ia tau kalau Bian tidak nyaman dengan tatapan Wiya dan yang lainnya.

"Yang lain nggak makan? Ayo makan, kalian udah pesen banyak masa nggak makan," suruh Salsa saat enam orang lainnya hanya terdiam.

"Cia sini kakak suap lagi," panggilnya ke arah Cia yang sempat turun dari pangkuannya tadi, Cia kembali naik ke pangkuan Salsa dan kembali menerima suapan darinya.

Keadaan meja hening, tidak ada yang membuka suara. Mereka hanya sibuk dengan makanan masing-masing, sesekali terdengar celotehan kecil dari Cia yang ditanggapi oleh Salsa seadanya.

Salsa hanya mencoba mencairkan suasana agar tidak terlalu tegang dengan terus menanggapi perkataan Cia.

Suasananya terus seperti itu sampai makanan yang dipesan tadi habis, tidak ada percakapan sama sekali yang terdengar.

"Ekhm! Kakak apa kabar?" Tanya Salsa berbasa-basi, mengingat dia terakhir bertemu dengan Bian beberapa hari yang lalu.

Bian tersenyum kecil, ia ingin mengatakan kalau dia baik-baik saja, tapi kenyataannya dia tidak baik-baik saja. Bian terus menerus kepikiran tentang apa yang ia tuduhkan ke Salsa, dia sangat merasa bersalah dengan Salsa karena sudah menuduhnya.

"Baik kok," jawab Bian dengan lirih, matanya tak pernah lepas dari Salsa.

"Cih!" Mada berdecih lirih melihatnya.

"Aku mau bicara berdua bisa?" Tanya Salsa. Bian cukup terkejut mendengarnya,dan sedikit bingung.

Salsa hanya ingin memastikan foto yang ia dapatkan tadi, ia ingin mengetahui kebenaran di balik foto-foto itu. Dia tidak ingin hanya memendam rasa cemburunya saat ini, dia ingin menanyakannya langsung agar perasaannya sedikit lega.

PUTUS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang