Sebelum baca gw mau disclaimer dulu tentang bab ini.
Soal proses yang terjadi di pengadilan dalam kasus perceraian gw sama sekali gak tau bagaimana jelasnya tapi gw nulis berdasarkan sepengetahuan gw aja sebagai orang awam.Jadi kalau ada tau bagaimana bisa komen nanti gw revisi lagi karena gw gak terlalu telusuri dengan detail bagaimana prosesnya.
***
Keesokan harinya adalah hari dimana sidang cerai orang tua Salsa dilaksanakan. Hari yang tidak ingin Salsa alami sama sekali didalam hidupnya. Menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri orang tuanya bercerai.
Pukul 8 pagi Salsa sudah rapih dan siap untuk menghadiri persidangan, Wiya dan orang tuanya juga sudah siap sedari tadi hanya saja, mereka menunggu Salsa yang tinggal duduk melamun di depan cermin menatap pantulan bayangannya sendiri.
Wiya dan orang tuanya tak mau mengganggu karena mereka mengerti pasti perasaan Salsa sangat berkecamuk dan tidak karuan. Tapi tidak punya pilihan selain mengikuti apa yang ada di garis takdir nya.
"Yuk, aku udah siap," ujar Salsa dengan senyum lebar di wajahnya. Ia berusaha untuk tidak menunjukkan wajah sedih dan murung agar Wiya dan orang tuanya tidak perlu khawatir.
Heri membalas senyuman Salsa lalu mengangguk, ia mulai berjalan terlebih dahulu dengan Dira yang diikuti oleh Wiya dan Salsa di belakangnya.
Oh iya. Mereka masih berada di hotel tempat mereka menginap karena akan merepotkan jika harus bolak-balik dan menempuh jarak yang jauh untuk kepengadilan, jadi Heri memutuskan untuk menginap satu hari lagi sampai persidangan orang tua Salsa selesai.
Mereka berempat pun berangkat dari hotel menuju ke pengadilan yang kalau ditempuh akan memakan waktu 20 menit, karena jaraknya tidak terlalu jauh dari hotel. Tapi kalau jalanan macet bisa sampai 30 menit, jadi sesuai keadaan lalu lintas saja bagaimana.
Dan yah 25 menit kemudian merekapun sampai di kantor pengadilan agama tempat dimana sidang dilakukan. Keempatnya turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam gedung untuk menuju ke ruangan sidang karena 30 menit lagi sidang akan dimulai.
Sampai di depan ruangan, Salsa memberhentikan langkahnya. Ia meremat kuat tangan Wiya yang menggenggam tangannya, entah kenapa perasaan gugup tiba-tiba menghampirinya. Salsa menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan, ia melakukannya beberapa kali sampai dirinya kembali rileks.
"Gak papa kan?" Tanya Wiya dengan khawatir. Salsa menoleh dan mengangguk sambil berbisik tidak apa-apa.
Akhirnya keduanya pun masuk ke dalam ruangan menyusul Heri dan Dira yang sudah masuk terlebih dahulu mengambil duduk tepat di belakang papanya Salsa. Sementara Wiya dan Salsa mengambil duduk di bangku paling belakang atas permintaan Salsa sendiri, Wiya hanya mengikuti apa yang diminta olehnya.
Salsa mengamati ruang sidang. Tak banyak orang yang datang, hanya beberapa orang dari pihak papanya dan beberapa orang dari pihak mamahnya. Salsa duduk di bangku pihak papanya karena dia sebenarnya juga tidak terlalu mengenal keluarga dari pihak ibunya.
Ia hanya tau kalau ibunya itu tiga bersaudara dan ia mempunyai 6 orang sepupu yang umurnya berbeda-beda tapi Salsa adalah yang paling muda diantara sepupunya yang lain.
Sedangkan dari papanya salsa tau kalau beliau juga 3 bersaudara dengan ayah Wiya sebagai kakak dari papanya. Salsa punya 3 sepupu dari pihak ayahnya dan yang akrab dengannya hanya Wiya saja. Itupun kalau Wiya tidak mengajaknya berbicara terlebih dahulu waktu itu mungkin sampai saat ini Salsa tidak akan mengenal atau akrab dengan keluarganya sama sekali.
Beberapa saat kemudian Hakim pun sudah datang lalu tanpa berlama-lama lagi suara ketukan palu tanda persidangan sudah dimulai. Sidang pun mulai berjalan.
Salsa menatap jalannya sidang dalam diam, ia mendengarkan gugatan yang diajukan dari papa dan mamahnya, alasan mereka bercerai dan tentang hak asuh Salsa yang nanti akan jatuh ke tangan siapa.
Ia hanya diam mendengar semuanya. Salsa tak menunjukkan ekspresi apapun di wajahnya, tatapan matanya kosong bahkan beberapa kali pikirannya melayang entah kemana. Dia hanya berharap sidangnya cepat selesai.
Dan akhirnya setelah beberapa jam kemudian sidangnya pun selesai. Hak asuhnya jatuh di tangan papanya setelah cukup lama beradu argumen dengan pihak mamahnya. Alasannya karena secara pekerjaan papanya memang memiliki finansial yang lebih besar ketimbang mamahnya. Keduanya memang sama-sama dokter tapi jabatan dan tingkatan mereka berbeda.
Dan soal hak asuhnya. Salsa sebenarnya tidak ingin ikut dengan salah satu dari orang tuanya.
Sebelum pulang Salsa bertemu dengan kedua orang tuanya terlebih dahulu.
"Mama harap kamu sesekali bisa ngeluangin waktu buat ketemu mama meskipun kamu tinggal bareng papamu," ucap Dian kepada Salsa yang hanya terdiam menunduk sambil menggenggam erat tangan Wiya.
"Mama pamit, jaga kesehatan. Jangan lupa selalu kabarin mama, bye-bye." Setelah mengucapkan itu Dian pun beranjak dari sana meninggalkan mereka.
Setelah mamahnya pergi, Tio papa dari Salsa melangkah mendekatinya dan ingin meraih lengannya, tapi dengan cepat ia bersembunyi di belakang tubuh Wiya.
"Ayo Salsa kita pulang, mulai hari ini kamu bakalan tinggal sama papa," ucap Tio masih berusaha meraih tangan Salsa.
Salsa menggeleng menolak ajakan Tio.
"Nggak mau," bisiknya."Kenapa nggak mau? Kamu denger sendiri kan tadi kalau hak asuh kamu sekarang ada di tangan papa, jadi mulai sekarang kamu tinggal sama papa dan gak boleh nolak," ucap Tio, ia kembali mendekati Salsa dan mengulurkan tangannya tapi kemudian ditepis oleh Heri yang memasang badan di depan Wiya dan Salsa.
"Bukankah sudah kubilang kalau mulai kemarin Salsa ikut denganku. Apakah kau tidak mendengarnya?" Ucap Heri sambil menatap tajam.
"Kau tidak ada hak sama sekali atas Salsa. Hak asuhnya sudah ada padaku jadi kau tidak usah ikut campur lagi," bantah Tio membalas tatapan tajam kakaknya.
Heri berdecih.
"Cih! Kalau soal hak asuh aku bisa dengan mudah membuat hak asuh Salsa jatuh ke tanganku,"ujar Heri.
"Lagipula, apakah kau lupa? Kekuasaannku lebih luas daripada dirimu yang hanya seorang dokter penjilat," lanjutnya sambil memandang remeh ke arah Tio.
"Jaga ucapanmu!" Seru Tio marah.
"Kenapa? Ucapanku benar kan? Kau pikir aku sama sekali tidak tau apa yang kau lakukan selama ini? Aku tau semuanya dan tidak perlu kau sembunyikan," balas Heri. Ia tahu apa yang selama ini adiknya lakukan dengan mengatasnamakan 'bekerja'.
"Jadi, kau tunggu saja berkas hak asuh Salsa beserta akta cerai mu datang bersamaan. Dan mulai saat itu kau tidak akan pernah kuberi kesempatan untuk menemui Salsa barang sedetikpun, camkan itu!" Ucap Heri dengan tajam lalu setelah itu menarik tangan Salsa dengan lembut untuk pergi dari sana.
Dira mengikuti dari belakang, sementara Wiya menatap datar ke arah Tio yang menjambak rambutnya dengan frustasi. Ia mendengus dingin.
"Ini adalah ganjaran atas apa yang om lakuin sama Salsa, ini bayaran buat penderitaan Salsa selama ini. Bahkan Wiya rasa gak sepadan. Jadi nikmatin aja semuanya, dan Wiya cuman berharap om gak gila."
Setelah mengatakan itu Wiya langsung pergi dari sana menyusul Salsa dan orang tuanya, meninggalkan Tio yang berteriak marah tidak terima dengan semuanya.
Yah, pada akhirnya dia hanya bisa berseru frustasi akan hasil dari apa yang dia lakukan selama ini. Karma nya sudah datang, hanya tinggal menunggu dia gila saja.
***
Oi.... Oi..... Oi.....Gimana? Nyambung kan????
Kalau ada typo silahkan di komen.Btw pas nulis ini hari Selasa tanggal 07, disini udah jam 3:42 subuh dan gw laper🙂
Perut gw bunyi² terus dari tadi, tapi w males keluar kamar buat masak+ ngantuk🙂Yo wes lah tunggu pagi aja.
Bye-bye 🖐️
Write:07,05,24.(03:42)
Pub:07,05,24.(19:04)
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTUS ✔️
RomansaMakasih udah mampir Baca dari awal yah,jangan baca end nya dulu:) *** Salsa lelah dengan hubungannya, hubungannya dengan pacarnya juga dengan keluarganya. Haruskah ia menyerah? *** Rank: #1 boyfriend (020324) #1 boyfriend (180224) #1 boyfriend (260...