Bian ikut pulang kerumah orang tuanya, dia keluar sambil membanting pintu mobilnya dan berjalan masuk kedalam kamarnya mengabaikan panggilan mamahnya yang menyuruhnya untuk menemani Putri.
BRAK!
Suara bantingan pintu terdengar begitu menggema di seluruh rumah.
"Ck! Anak itu benar-benar sudah berani melawan, lihat kan? Ini semua karena pengaruh dari anak gak jelas yang selalu kamu bela-belain itu!" Ucap mamahnya Bian menatap sinis ke arah suaminya yang sedari dulu selalu membela Salsa.
"Putri, sayang kamu tunggu disini sebentar yah biar mamah panggilin Bian nya," ucap mamah Bian dengan lembut.
Putri ikut pulang bersama mereka tadi, sementara kedua orangtuanya memilih pulang ke Surabaya karena ada kerjaan yang harus diurus, bahkan mamahnya Bian menyuruhnya untuk menginap beberapa hari dan karena itulah dia memaksa Bian untuk ikut pulang bersama tadi.
"Mah sudahlah jangan terlalu memaksakan kemauan kamu ke Bian , Bian itu sudah besar, sudah tau mana yang baik mana yang buruk buat dia, kita sebagai orang tua cukup mendukung semua keputusan yang dia ambil aja , nanti kita bisa tegur kalau memang itu salah, kalau begini caranya sama aja kamu buat Bian ngebenci kamu secara perlahan," nasehat ayahnya Bian dengan panjang, ia mencoba menghentikan istri nya yang begitu memaksa kemauannya.
"Ck! Kamu gak perlu repot-repot ceramahin aku kayak gitu, aku ini mamahnya ,aku tau apa yang baik untuk anak aku kedepannya," balas mamahnya Bian menolak semua nasehat suaminya.
Ayah Bian hanya bisa menghela nafas mendengarnya, sifat keras kepala sang istri sangat membuatnya kerepotan disaat-saat seperti ini.
"Setidaknya biarkan Bian sendiri dulu, biarkan dia nenangin perasaan sama pikirannya dulu baru kamu samperin karena jangan sampai kalau kamu samperin sekarang dia malah semakin emosi," nasehat ayahnya Bian sekali lagi.
"Terus kamu biarin Putri sendirian gitu?!" Protes mamahnya Bian.
"Ya kan ada kamu bisa nemenin," balas ayahnya Bian.
"Gak bisa! Aku habis ini ada acara sama temen-temen aku!"
"Yaudah kalau gitu Lia aja yang temenin putri, kamu mau kan?" Ayah Bian beralih bertanya ke anak perempuannya.
Lia mendengus malas, "Cih! Gak Sudi aku nemenin orang gak tau diri kayak dia, udah tau kak Bian punya pacar tetep aja dia berharap dan ngejar-ngejar kayak cewe kurang belaian, gatel!" Sinisnya dan berlalu pergi dari sana.
Ucapan pedas dari Lia membuat Putri diam-diam mengepalkan tangannya menahan emosi, dia tidak bisa melampiaskan emosinya dia harus menjaga image nya dihadapan kedua orang tua Bian.
"Lihat kan? Itu juga karena dia selalu belain anak gak jelas itu jadi dia ikut terpengaruh," ucap mamahnya Bian.
"Yasudahlah terserah kamu aja, yang jelas kalau kamu kenapa-napa ataupun terjadi sesuatu yang buruk jangan salahin aku karena aku udah peringatin kamu dari awal tapi kamu tetap bebal jadi yaaah terserah kamu," ucap ayahnya Bian, dia lebih memilih mengalah dan membiarkan istrinya berbuat sesuka hatinya.
Yang jelas dia tidak akan bertanggung jawab kalau istrinya itu kenapa-napa. Ayah Bian pergia dari sana meninggalkan mamahnya Bian dan Putri.
"Kamu tunggu disini yah, biar mamah panggilkan Bian nya," ucap mamah Bian lagi.
"Aku ikut aja Tante," ujar Putri, dia tidak akan melewatkan kesempatan untuk bisa melihat Bian.
"Yasudah ayo." Mamah Bian mulai menaiki tangga menuju ke lantai dua ke kamar Bian.
Saat sampai didepan kamar Bian terdengar suara keributan dari dalam kamar, dengan cepat mamah Bian membuka pintu kamar anaknya.
PYAR!
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTUS ✔️
Roman d'amourMakasih udah mampir Baca dari awal yah,jangan baca end nya dulu:) *** Salsa lelah dengan hubungannya, hubungannya dengan pacarnya juga dengan keluarganya. Haruskah ia menyerah? *** Rank: #1 boyfriend (020324) #1 boyfriend (180224) #1 boyfriend (260...