Niu.... Niu.... Niu....
Tapi sebelum pelantuk ditarik, tiba-tiba terdengar suara sirine polisi berbunyi dengan keras dan mendekat ke arah tempat mereka berada. Hal itu sontak membuat mereka semua panik dan berlarian mencari jalan untuk kabur.
Ketua geng tersebut juga dengan panik langsung menjatuhkan pistolnya dan kabur begitu saja.
Putri yang melihat mereka kabur, langsung saja ikut berlari mencari jalan keluar. Tapi, kakinya tiba-tiba di tahan dan saat ia lihat ternyata itu adalah Bian yang ternyata masih sadar. Dia mencoba melepaskan cekalan Bian.
"Lepas!" Teriaknya panik, ia mendengar langkah kaki yang berlari ke arah mereka.
Bian tidak melepaskan nya membuat Putri semakin panik, dan tanpa berpikir panjang ia mengambil pistol yang tak jauh dari posisinya. Begitu pistolnya berada di tangan Putri, ia langsung meluncurkan dua tembakan secara asal ke arah Bian.
Bian yang sontak melemahkan cekalannya ketika salah satu tembakan yang di luncurkan oleh Putri mengenai dadanya, sementara satunya lagi mengenai perut bagian bawahnya. Bian memuntahkan seteguk darah yang sangat banyak.
Saat merasa cekalan Bian sudah melemah, Putri dengan cepat menarik kakinya dan kabur dari sana. Tapi sudah terlambat, saat ingin kabur melalui pintu belakang beberapa polisi sudah mengahdang dirinya.
"Jangan bergerak!" Teriak polis tersebut.
Putri masih berusaha kabur tapi langsung bisa di tangkap dan di tahan, ia memberontak dan berteriak.
"Lepas! Lepasin saya! Saya nggak ngapa-ngapain!" Teriaknya.
"Diam? Anda bisa berbicara lagi nanti saat sudah sampai di kantor polisi, sekarang anda ikut kami!" Putri segera di seret oleh polisi.
Sementara itu Wiya dan teman-temannya yang masuk dari pintu depan di buat terkejut melihat keadaan Salsa dan Bian yang bersimbah darah.
"SALSA!"
"BIAN!"
Teriak Wiya dan teman-temannya secara bersamaan. Wiya dan Mada menghampiri Salsa sementara yang lainnya menghampiri Bian yang terbatuk darah.
Begitu sampai di dekat Salsa, Mada langsung melepaskan ikatannya, sementara Wiya berusaha membuat Salsa sadar, jantungnya berdetak kencang ketika melihat perut Salsa yang mengeluarkan darah,ditambah dengan sebilah pisau yang masih tertancap di dada adiknya.
"Dek! Dek! Bangun dek! Kamu denger Abang kan?!" Setelah ikatan terlepas Wiya membawa Salsa ke pangkuan nya, ia menepuk-nepuk pipi Salsa berusaha membangunkannya.
Salsa membuka matanya sedikit, "A-Abang Wiya... S-sakit... D-dada adek s-sakit," adunya ke Wiya.
"Bertahan dek! Abang bakalan bawa kamu ke rumah sakit! Bertahan dek!" Ucap Wiya dengan panik. Salsa menggeleng pelan.
"A-adek mau minta m-maaf k-kalau selama i-ini selalu nyusahin Abang," ujar Salsa terbata-bata. Wiya menggeleng panik, air matanya mengalir dengan deras.
"M-makasih udah mau p-perhatian sama aku, tolong bilang ke ayah sama bunda kalau a-aku s-sayang sama mereka."
"Udah stop! Kamu jangan ngomong apa-apa lagi!" Seru Wiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTUS ✔️
RomansMakasih udah mampir Baca dari awal yah,jangan baca end nya dulu:) *** Salsa lelah dengan hubungannya, hubungannya dengan pacarnya juga dengan keluarganya. Haruskah ia menyerah? *** Rank: #1 boyfriend (020324) #1 boyfriend (180224) #1 boyfriend (260...