40

995 41 0
                                    

Wiya dan teman-temannya tengah berada di rumah Mada sekarang. Setelah bermain basket tadi mereka merasa belum mau berpisah jadi memutuskan untuk berkumpul di rumah Mada, ya lumayan juga soalnya rumah Mada yang paling dekat dengan lapangan basket tempat mereka main tadi.

Selesai makan malam yang sangat lezat dari bunda Mada tadi, mereka pun berkumpul di ruang tamu bersantai sambil bermain game.

Yohan dan sandi bermain game PS, Saka dan Haikal juga bermain game tapi di ponsel masing-masing. Mada sibuk dengan laptopnya, sepertinya sedang mengurus bisnis cafe nya.

Sementara itu Wiya sibuk menatap layar ponselnya yang menampilkan room chatnya dengan Salsa, ia tengah menunggu balasan pesan dari Salsa. Tapi sudah banyak pesan yang ia kirim dari tadi sore sampai sekarang Salsa belum membalas satupun pesannya.

Perasaan Wiya yang sedari tadi memang gelisah sekarang bertambah gelisah, ia takut terjadi apa-apa pada adik sepupunya itu. Bian sebenarnya juga sudah mengirimkan pesan padanya saat masih di cafe tadi,ia berkata ingin meminta izin mengajak Salsa bermain sampai sore. Wiya mengizinkannya asal Salsa pulang dengan selamat dan tidak lebih dari jam 7 malam.

Tapi sekarang sudah mau pukul 8, ia tidak mendapatkan satupun kabar dari Bian ataupun Salsa. Wiya sedari tadi tidak berhenti menggigiti kukunya dengan gelisah sambil menunggu balasan, bahkan Mada yang ada di sebelahnya menjadi sedikit risih mendengar suara gigitan kuku dari Wiya.

Mada berulah kali melirik Wiya yang tampak gelisah, mencoba mengabaikannya tapi lama kelamaan dia jadi muak juga mendengarnya. Ia pun menyentak tangan Wiya yang ingin kembali mengigit kukunya, Mada menatap malas ke arah temannya itu lalu bertanya.

"Lu kenapa sih? Dari tadi gigit-gigit kuku mulu, masih laper apa gimana?" Tanyanya membuat teman-temannya yang lain mengalihkan perhatian ke arah keduanya.

Wiya menghela nafas sambil memperbaiki posisi duduknya, ia membalas tatapan Mada dengan tatapan lelah.

"Gapapa, gw cuman nunggu balesan chat dari Salsa,soalnya chat yang gw kirim dari tadi sore belum di balas sampai sekarang, bahkan gw juga udah spam tapi nggak di bales-bales juga," keluh Wiya.

"Coba chat Bian, Salsa kan lagi sama dia," saran Haikal.

"Udah bang, tapi sama aja dia juga nggak ngebalas," jawab Wiya.

"Mungkin mereka lagi seneng-senengnya sekarang, udahlah santai aja entar juga di balas itu," ucap Saka mencoba menenangkan Wiya.

"Tapi perasaan gw dari tadi gak enak bang, gw takut Salsa kenapa-kenapa," ujar Wiya resah.

"Tenang aja,percaya sama Bian. Pasti dia bakal jagain Salsa dan gak biarin dia luka," sahut Sandi.

Wiya hanya terdiam tak membalasnya,ia kembali menatap layar ponselnya yang masih menampilkan room chatnya dengan Salsa. Wiya pun juga sebenarnya ingin santai saja tapi tidak bisa di pungkiri kalau dia sangat gelisah sekarang.

"Emang Bian kagak ada nge chat lu tadi?" Tanya Yohan.

"Ada, pas kita di cafe tadi. Dia nge chat minta izin bawa Salsa main sampai sore, gw cuman balas silahkan asal Salsa pulang dengan selamat dan gak lewat sampai jam 7 malam, udah gitu doang," jelas Wiya.

Drrtt... Drrtt... Drrtt...

Bian calling....

"Panjang umur, tuh Bian nelpon," ucap Mada menunjuk layar ponsel Wiya.

Dengan cepat dia mengangkat telpon dari Bian.

"Halo. Kenapa?" Sapanya dengan ketus,dia hanya sedikit sebar baru di hubungi sekarang.

"Salsa di culik! Gw sekarang lagi ngejar penculiknya, nanti gw share lokasinya dimana dan sekalian hubungi polisi!" Sahut Bian di ujung sana dengan nafas memburu, bahkan Wiya bisa mendengar suara mobil Bian yang melaju dengan cepat.

Tut... Tut... Tut...

Setelah mengatakan itu panggilan langsung di matikan oleh Bian membuat Wiya panik.

"Halo!? Halo!? Bian! Lu jangan bercanda! Halo!? Bian!?"

"Kenapa?" Tanya Haikal khawatir.

"Bang! Salsa di culik!" Jawab Wiya cemas.

"APA!?" seru mereka terkejut.

"Gimana bisa!?" Tanya Saka dengan khawatir. Mereka semua langsung menghampiri Wiya.

"Gw juga gak tau, Bian tadi langsung ngomong kalau Salsa di culik terus telponnya mati gitu aja," sahut Wiya dengan panik. Dia berusaha untuk kembali menghubungi Bian tapi tidak diangkat, ia coba menghubungi Salsa juga tapi sama tidak diangkat.

"Terus Bian tadi ngomong apa aja?" Tanya Sandi.

"Dia suruh lapor polisi sementara Bian lagi ngikutin mobil penculiknya, katanya dia juga bakalan share lokasinya nanti," jelas Wiya, dia kemudian menatap ke arah Mada.

"Cepet lacak lokasi Salsa sekarang!" Pintanya ke Mada yang langsung di lakukan oleh Mada.

Butuh waktu 15 menit untuk menemukannya, dan saat Mada berhasil melacaknya, ternyata Salsa tengah berada di pinggiran kota tepatnya di gudang yang sudah lama terbengkalai.

Tanpa aba-aba Wiya langsung berlari keluar untuk menyusul Salsa, teman-temannya yang lain mengikutinya dari belakang tak lupa juga Yohan menelpon polisi untuk meminta bantuan seperti yang dikatakan Bian tadi.

Jadi dengan menggunakan mobil Haikal, mereka pun menuju ke titik lokasi Salsa dengan Mada yang menyetir. Dia tidak akan membiarkan Wiya menyetir dalam keadaan panik, itu bisa membahayakan mereka.
.
.
.

Sementara itu di sisi Bian. Setelah mengikuti mobil penculiknya selama 20 menit, akhirnya mereka berhenti di sebuah gudang terbengkalai yang berada di pinggir kota.

Bian menaruh mobilnya di jarak yang aman agar tidak ketahuan, dari posisinya dia bisa melihat kedua orang tadi mengangkat Salsa lalu membawanya masuk ke dalam gudang tersebut.

Bian berjalan mengendap-endap mendekati gudang, tapi ternyata di pintu masuknya terdapat lima orang yang berjaga. Ia tidak bisa sembarangan masuk ke sana begitu saja, dia harus berpikir pintas agar mereka tidak menyakit Salsa di dalam sana.

Setelah berpikir beberapa saat,Bian pun memutuskan mengambil jalan memutar untuk menuju ke bagian belakang gudang. Jadi dengan perlahan dia menuju bagian belakang gudang, dan saat sampai disana ia mengintip di jendela terlebih dahulu dan dapat ia lihat terdapat banyak orang di dalam gudang tersebut.

Bian perkirakan ada 15 orang berbadan besar memenuhi gudang tersebut, ia juga melihat Salsa yang di ikat di sebuah kursi dalam keadaan tidak sadar. Tak lama Bian melihat siluet perempuan berjalan mendekat dan berdiri di depan Salsa.

"Bagaimana lancar kan?" Suara perempuan terdengar.

"Lancar, hanya ada sedikit serangga kecil yang menggangu tadi," jawab orang yang menculik Salsa tadi.

"Siapa?"

"Entahlah, tadi ada seorang pemuda yang mencoba menolongnya."

"Kau tidak menyakitinya kan!?" Suara perempuan itu terdengar khawatir.

"Tidak, aku hanya memberikan satu tinjuan pelan untuknya."

Bian merasa pernah mendengar suara itu tapi dia lupa siapa dan dimana dia mendengar nya. Dia mengambil ponselnya untuk memberi kabar kepada Wiya, mengatakan kalau dia sudah menemukan Salsa dan tengah mengawasinya sekarang. Bian berkata akan terus mengawasinya untuk berjaga-jaga sampai Wiya dan polisi datang membantu.

Tapi jika mendesak Bian akan masuk sendiri tak peduli apapun resikonya asalkan Salsa baik-baik saja.

***
Btw kalian Nemu cerita ini gimana?

Write:09,06,24.
Pub:13,06,24.

PUTUS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang