30

1.2K 52 5
                                    

Setelah tangisan Salsa mereda, Dira langsung mengajak ketiganya untuk makan malam terlebih dahulu karena dia yakin kalau Wiya apalagi Salsa belum makan mengingat kata Wiya, sepupunya itu tak pernah keluar kamar sejak siang tadi.

Di meja makan, Salsa duduk di samping Heri, dia rasanya tidak ingin jauh-jauh dari ayah Hero nya. Sementara Wiya dan Dira duduk tepat di hadapan keduanya. Dira dengan cekatan mengambilkan nasi beserta lauk untuk suami, anak , dan Salsa.

"Mau yang mana sayang?" Tanya Dira ke Salsa yang hanya diam menatap kosong ke arah meja.

Salsa menoleh ke arah Dira yang tersenyum lembut ke arahnya lalu menatap lauk yang tertata di meja makan. Ada banyak sekali lauk yang Dira bawa dan semuanya tampak lezat, sudah lama Salsa tidak makan masakan rumahan seperti ini.

"Apa aja bunda, pasti Salsa makan kok," jawab Salsa dengan pelan.

Mendengar jawaban Salsa, Dira langsung mengambilkan beberapa lauk dengan jumlah yang banyak, ia berharap Salsa makan yang banyak.

"Ini, makan yang banyak yah," ucap Dira sambil memberikan piring berisi makanan. Salsa menerimanya dengan baik tak lupa berterima kasih. Keempatnya pun mulai makan malam yang bisa dibilang terlambat itu, mereka makan dengan tenang sesekali ketiga orang itu menatap ke arah Salsa memastikan gadis itu baik-baik saja.

Salsa makan dengan lahap, entah dirinya sedang lapar atau memang dia mengunyah dengan cepat. Dira tersenyum senang melihat Salsa memakan masakannya dengan lahap, ia berharap rasa sedih yang dialami keponakannya itu berkurang walaupun hanya sedikit.

Setelah selesai keempatnya berkumpul di ruang keluarga yang Salsa rasa tak pernah merasakan apa yang dinamakan berkumpul bersama keluarga di ruang keluarga. Ruang keluarga ini begitu dingin dan sunyi karena tak pernah tersentuh.

Salsa duduk diapit Heri dan Dira di kanan dan kirinya. Dira tak henti-henti mengelus kepala Salsa dengan lembut, Heri kembali menarik Salsa masuk ke dalam pelukannya, memeluknya dengan erat.

"Jadi sebenarnya ada masalah apa?" Tanya Heri membuka suara. Sebenarnya dia tidak enak untuk menanyakan hal ini sekarang tapi dia harus mengetahui nya supaya dia bisa ikut membantu menyelesaikan nya dengan cepat.

Salsa tak menjawab dia hanya lebih mengeratkan pelukannya tak mau berbicara apapun. Melihat respon Salsa, Heri beralih menatap Wiya meminta penjelasan. Wiya yang ditatap langsung menghela nafasnya.

Harus darimana ia jelaskan? Masalah Salsa tak hanya satu, bukan hanya dari orang tuanya tapi dari hubungannya juga mendapatkan masalah. Apakah Wiya harus menjelaskan semuanya?  Tapi dia takut kalau dia mengatakan masalah Salsa dan Bian, temannya itu bisa babak belur di tangan ayahnya.

"Wiya, kenapa diam? Bisa tolong jelaskan ke ayah masalahnya apa?" Heri kembali bersuara ketika Wiya hanya terdiam. Wiya sekali lagi menghela nafasnya.

"Ekhm, jadi gini..." Wiya berdehem terlebih dahulu mencoba menetralisir kegugupan nya karena rasanya dia yang takut padahal dia tidak bersalah sama sekali.

"Ini dimulai pas kemarin waktu Wiya ajak Salsa ke acara wisuda nya bang Saka sama bang Haikal. Temen-temen Wiya semuanya juga datang termasuk Bian pacar Salsa." Wiya memulai penjelasan nya dengan menceritakan kejadian kemarin. Heri dan Dira mendengarkan dengan fokus tak berniat memotong cerita.

"Nah, pas pulang kami kumpul di restoran keluarga nya Mada buat acar kecil-kecilan, dan disana kami ketemu sama keluarga Bian juga yang ngadain pertemuan keluarga juga." Wiya menarik nafas terlebih dahulu.

"Tapi ternyata, mereka kesana ngadain pertemuan buat ketemu sama keluarga perempuan yang mau dijodohin sama Bian, otomatis kami kaget lah apalagi Salsa yang notabennya itu pacar Bian meskipun mereka lagi break." Heri bisa merasakan pelukan Salsa mengencang.

"Salsa sama Bian sempet cek cok sebelum Wiya bawa Salsa pulang. Bahkan kemarin sebenarnya Salsa mau ketemu sama ayah dan bunda tapi bodohnya Wiya malah bikin masalah baru yang ngebuat Salsa tambah sedih," jelas Wiya dengan sedih, dia menatap sendu ke arah Salsa.

"Wiya kepisah sama Salsa. Singkat cerita pas Wiya pulang ternyata orang tua Salsa udah pulang dan nyariin Salsa tapi waktu itu aku juga nggak tau posisi Salsa tepatnya dimana. Salsa baru pulang waktu magrib dan papanya langsung marahin dia dan mereka juga sempet cek Cok sebelum Salsa ngurung diri di kamarnya sampai tadi pagi."

"Puncaknya tadi pagi abis sarapan, orang tua Salsa ngajak kumpul di ruang tamu katanya mau nyampein sesuatu." Wiya menggantung ucapannya.

"Nyampein apa?" Tanya Dira, perasaannya tiba-tiba tidak enak ia menggenggam tangan Salsa dengan erat.

"Nyampein kalau....kalau mereka mau bercerai," jawab Wiya membuat keduanya orang tuanya terkejut.

"Apa? bercerai?!" Ucap Heri kembali mempertanyakan kebenaran tentang yang dikatakan oleh Wiya.

"Iya, katanya mereka udah urus semuanya dan tinggal nunggu sidangnya aja besok lusa, dan papanya Salsa juga nyuruh buat Salsa mikirin mau ikut siapa, "ujar Wiya membenarkan.

"Astaga..." Heri tak habis fikir dengan pemikiran adik dan iparnya. Mengapa mereka bisa berpikiran sependek itu. Apakah keduanya lupa kalau mereka punya anak yang bahkan masih butuh kasih sayang keduanya. Karena Heri tau betul sejak kecil Salsa begitu kesepian dan kurang kasih saya dari orang tuanya terutama keluarga dari pihak ibunya.

"Apa alasan mereka?" Tanya Dira.

Wiya menggeleng, "Wiya juga kurang tau alasannya apa, karena mereka tiba-tiba pulang setelah pergi selama sebulan."

Dira mengambil alih tubuh Salsa kedalam pelukannya ketika melihat suaminya berdiri dengan emosi mengambil ponselnya dan tampak menghubungi seseorang. Heri berdiri dengan perasaan amarah yang sangat kentara menghubungi adiknya.

"Kau dimana sialan!?" Langsung saja Heri menyentak adiknya saat panggilan diangkat.

"Aku sedang dirumah sakit, kau kenapa?" Balas papa Salsa di ujung sana.

Heri mencoba untuk meredakan sedikit emosi nya.
"Pulang, aku sedang di rumahmu, kutunggu 20 menit kalau kau tidak datang aku sendiri yang akan menyeret mu dari sana." Perintahnya tak terbantahkan dan langsung menutup panggilan tanpa menunggu balasan dari adiknya.

Heri mengusap wajahnya dengan kasar, menghembuskan nafasnya dengan kasar dan menenangkan pikirannya sejenak lalu kembali mengambil duduk ditempatnya semula. Heri mengusap kepala Salsa dengan sayang, ia merasa sangat kasihan dengan nasib keponakannya yang bisa-bisanya mempunyai orang tua yang tak punya otak seperti adiknya.

"Mas Heri?" Sebuah suara menginterupsi dari arah pintu rumah, dan terlihatlah mamahnya Salsa yang baru saja pulang dari rumah sakit masih dengan snelli yang melekat ditubuhnya.

"Mas sama mbak ada perlu apa kesini?" Tanya Dian mama Salsa, dia sempat melirik ke arah anaknya yang berada dipelukan kakak iparnya.

Heri menatap tajam ke arah adik iparnya. Dia belum membuka suara karena tidak ingin terlanjur emosi sebelum adiknya datang, ia ingin menyelesaikan nya sekaligus jadi dia memilih untuk adiknya terlebih dahulu sebelum berbicara.

"Kamu bersih-bersih dulu abis itu balik kesini, kita tunggu Tio dulu," titah Dira yang mengetahui jika suaminya tak akan menjawab pertanyaan dari Dian.

Dian yang mendengar itu tak bertanya lebih banyak dan langsung mengikuti perintah kakak iparnya walaupun dibuat penasaran akan hal yang membuat iparnya datang kerumahnya.

***
Eyyyoooowww 🔥

Sorry lama🙂

Nge-stuck soalnya.

Kalau kalian ada ide boleh komen siapa tau bisa aku pakai buat cerita ini.

So yeah ,hope you like it!

Bye-bye 🖐️

Write:22,04,24.
Up:22,04,24.

PUTUS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang