Setelah mengeluarkan semua keluh kesahnya yang sudah ditahan selama ini, Salsa yang masuk kedalam kamarnya langsung mengunci pintu dan menangis.
Salsa capek...
Tubuh dan pikirannya capek, dia ingin istirahat, dia ingin tidur dalam jangka waktu yang lama.
Salsa terduduk didepan pintu kamarnya kembali menangis, menyembunyikan wajahnya dilipatan tangannya.
"Hiks!....hiks!..."
Suara Isakan terdengar memilukan di dalam kamar Salsa.
Tok! Tok! Tok!
"Dek ini Abang, buka pintunya."
Suara ketukan pintu disusul dengan suara Wiya yang menyuruhnya membuka pintu kamar terdengar membuat Salsa langsung menghentikan tangisannya.
"K-kenapa?" Sahutnya.
"Abang boleh masuk?" Tanya Wiya diluar sana.
"Gak usah bang aku mau istirahat, Abang juga istirahat aja," jawab Salsa.
"Nggak, Abang mau ngomong dulu sama kamu dek please...." balas Wiya.
Salsa mengusap kasar air matanya,"Maaf, sekarang aku gak bisa."
Wiya yang mendengar itu menghela nafas berat, menumpukan kepalanya dipintu kamar Salsa.
"Yaudah kalau itu mau kamu, istirahat ya dek," ucap Wiya ,ia tidak mau lebih mengganggu Salsa.
"Iya Abang juga."
Setelah mendengar balasan Salsa, Wiya pun beranjak dari sana meninggalkan kamar Salsa.
Sedangkan Salsa didalam kamarnya tengah melamun menatap kearah ranjang yang berada tepat dihadapannya saat ini.
Tanpa sadar Salsa tertidur dengan posisi duduk didepan pintu kamarnya sendiri,bahkan dia belum sempat untuk sekedar mengganti bajunya.
Salsa sudah terlalu lelah hari ini, batinnya disakiti berkali-kali oleh orang yang ia sayang, dan sepertinya tidur adalah obatnya, ia hanya bisa berharap semoga besok akan lebih baik.
***
Disisi Bian , dia sekarang berada disebuah taman.Taman yang menjadi tempat pertama yang ia kunjungi bersama Salsa setelah mereka berpacaran, dibangku taman tempat Bian duduk jugalah tempat yang menjadi saksi bisu kebahagiaan Bian saat itu.
Rasa bahagia yang jarang Bian dapatkan dan rasakan.
Dulu sebelum ada Salsa, hidup Bian terlalu monoton.
Kuliah, belajar, menuruti kemauan mamahnya, tiga hal itu yang terus berulang dikehidupan nya selama ini.
Bian tidak diberi waktu untuk sekedar menikmati sedikit hidupnya, apalagi waktu ia memasuki jenjang SMP, sejak saat itulah Bian sudah jarang berkumpul dengan teman-temannya.
Salsa membuat hidup Bian kembali berwarna.
Tapi Bian malah membuat warna itu perlahan pergi dari hidupnya karena dirinya sendiri, Bian tidak bisa menjaga warna itu tetap dihidupnya.
Terbiasa sendiri membuat Bian kadang melupakan keberadaan Salsa sebagai pacarnya, mungkin hal itu jugalah yang membuat Salsa muak terhadap dirinya.
Bian menghela nafas kasar.
Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Dia tidak mau putus dengan Salsa, meskipun Salsa sudah berucap demikian tapi Bian tetap menganggap kalau mereka masih memiliki hubungan.
Bian tidak bisa menerimanya begitu saja disaat semua masalah yang menimpa nya hari ini dikarenakan oleh rencana mamahnya yang tidak diketahuinya.
Bian tidak bersalah apapun dalam hal itu karena demi apapun dia tidak mengetahuinya sama sekali, saat ini Bian berniat untuk kembali menemui Salsa untuk membicarakan hubungan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTUS ✔️
RomanceMakasih udah mampir Baca dari awal yah,jangan baca end nya dulu:) *** Salsa lelah dengan hubungannya, hubungannya dengan pacarnya juga dengan keluarganya. Haruskah ia menyerah? *** Rank: #1 boyfriend (020324) #1 boyfriend (180224) #1 boyfriend (260...