Wiya dan teman-temannya pun sampai di titik lokasi ponsel Salsa yang dilacak sama Mada.Mereka sampai di sebuah gang yang tak jauh dari sekolah Salsa.
Wiya turun dari motornya dan masuk ke dalam gang mencari Salsa diikuti teman-temannya dibelakang.
"Salsa! Dek!" Teriak Wiya.
Saka mencoba menghubungi ponsel Salsa dan mereka mendengar suara dering ponsel tak jauh dari posisi mereka.
Mada mendekati sumber suara itu dan menemukan ponsel Salsa yang tergeletak di dekat tumpukan kardus bekas.
"Ini hp nya Salsa kan?" Tanyanya menunjukkan ponsel Salsa yang ia temukan ke Wiya.
Wiya mendekat dan melihat itu memang ponsel Salsa,foto om dan tantenya berada tepat dibalik casing bening ponsel itu.
"Tapi Salsanya kemana? Kenapa cuman ada hpnya disini?" Tanya Yohan.
Triingg...
Ponsel Wiya berdering.
Bian calling...
"Halo."
"Sasha udah ada dirumah,dia aman," ucap Bian di ujung sana dan langsung menutup telponnya. Wiya yang mendengar itu langsung bergegas menuju motornya.
"Kata Bian dia sama Salsa ada di rumah," ucap Wiya lalu melajukan motornya.
Teman-temannya yang lainnya pun menjalankan motor masing-masing mengikuti Wiya.
Sementara disisi Salsa dan Bian.Keduanya sudah sampai dirumah salsa sedari tadi.
Bian berusaha menenangkan Salsa yang masih menangis,tubuh Salsa masih bergetar ketakutan.
"Udah gak usah takut sekarang kamu aman," ucap Bian berusaha menenangkan Salsa.
"M-Makasih udah nolongin aku,kalau gak ada kakak aku gak tau nasib aku bakalan kek gimana," balas Salsa dengan suara gemetaran.
"Gak usah terima kasih,aku sama sekali gak keberatan, yang penting kamu sekarang tenangin diri kamu dulu." Bian memberikan segelas air yang ia ambil.
Salsa meminumnya dengan perlahan,tak lama suara motor terdengar masuk ke depan rumah .
"Salsa!" Teriakan Wiya yang berlari masuk ke dalam rumah dikuti Mada dan yang lainnya.
Salsa langsung menghambur ke pelukan Wiya dan kembali menangis.
"Abang!"
Wiya membalas pelukan adik sepupunya itu dengan erat,"Kamu gapapa kan? Kamu tadi kenapa?" Tanyanya dengan nada khawatir.
"Aku gak papa kok, gak usah khawatir,tadi ada kak Bian yang untungnya ngangkat telfon aku dan datang nolongin," ucap Salsa.
Wiya menatap ke arah Bian yang berdiri dibelakang Salsa, "Maaf, Abang gak angkat telfon kamu tadi," ucapnya meminta maaf,dia jadi menyesal mengaktifkan mode silent ponselnya tadi.
"Jadi kamu tadi kenapa hm?" Wiya melepaskan pelukannya dan bertanya kembali apa yang terjadi.
"Tadi aku lagi nunggu bus, tapi ada om-om yang tiba-tiba ngedeketin aku dan nanya macem-macem,karena aku takut jadi aku pergi dari sana tapi tangan aku ditahan sama mereka trus aku dipaksa buat ikut sama mereka." Salsa mulai menjelaskan kejadian yang ia alami tadi.
"Aku berontak terus lari buat sembunyi,pas sembunyi aku coba telfon Abang tapi gak diangkat aku juga udah coba telfon temen-temen Abang tapi tetep gak ada yang angkat. Untungnya pas aku coba telfon kak Bian telepon ku diangkat, jadi aku minta tolong ke dia yang untungnya datang tepat waktu nyelametin aku," sambungnya panjang.
Wiya sekali lagi menyesal karena tak mengangkat telfon Salsa padahal adik sepupunya itu sedang dalam bahaya,Mada dan yang lainnya pun juga berpikiran yang sama mereka begitu menyesal tak mengangkat telfon dari Salsa.
Wiya tidak bisa membayangkan sebesar apa rasa takut Salsa saat kejadian tadi,bahkan Wiya masih bisa merasakan detak jantung Salsa yang berdegup kencang saat ia memeluknya tadi.
"Sekali lagi Abang minta maaf." Wiya kembali memeluk Salsa dan meminta maaf.
"Kami juga minta maaf karena gak angkat telfon kamu padahal kamu lagi butuh pertolongan," ucap Saka mewakili temannya yang lain.
"Iya, gak papa kok,yang penting sekarang aku udah aman," balas Salsa.
"Thanks ya udah nolongin Salsa." Wiya beralih ke Bian yang sedari tadi terdiam menatap mereka.
Bian mengangguk,"Gapapa santai,gak usah bilang terimakasih,gw gak keberatan sama sekali, malahan gw bersyukur banget udah datang telat waktu buat nolongin Shasa," balasnya.
Wiya hanya tersenyum mendengarnya dia kembali memeluk Salsa,entah apa yang akan terjadi kalau saja Bian tidak mengangkat telfon Salsa mungkin itu akan menjadi penyesalan yang akan ia ingat seumur hidupnya jika terjadi apa-apa dengan Salsa.
Kruyuk...
Suara bunyi perut terdengar,Wiya melepaskan pelukannya mendengar suara tersebut berasal dari orang yang dipeluknya.Dia melihat Salsa yang tersenyum malu ke arahnya.
"Hehehe... aku laper," ucap Salsa.
Wiya terkekeh kecil, mengacak-acak rambut Salsa dengan gemas, "Kamu bersih-bersih dulu gih, terus kita makan malam," suruhnya.
"Kalian juga ikut makan malam disini aja biar ramai," sambungnya menatap ke arah teman-temannya termasuk Bian. Teman-temannya termasuk Bian mengangguk setuju.
Salsa pun melangkah masuk ke dalam kamarnya untuk bersih-bersih.
"Kalian mau makan apa?" Tanya Wiya sambil mengeluarkan ponselnya ingin memesan makan.
"Gak usah, biar gw aja yang masak sama Bian," ucap Saka,kebetulan dia ini pintar memasak, Bian dan Wiya juga pintar.
"Gak ngerepotin bang?" Ucap Wiya tak enak.
Saka menggeleng, "Nggak sama sekali,kayak sama siapa aja."
"Oh, makasih kalau begitu,nanti gw ikut bantu" ucap Wiya.
Saka mengangguk, "Ada bahannya kan?" Tanyanya.
Wiya mengangguk, "Iya, masih banyak kok," jawabnya.
"Yaudah,ayo Bian." Saka menarik tangan Bian untuk mengikutinya ke dapur, sedangkan Bian hanya mengikut saja.
Jadilah makan malam mereka hari ini dimasak oleh Saka,Wiya,dan Bian, sedangkan yang lainnya nanti menawarkan diri untuk membereskan dan mencuci piring setelah makan malam nanti.
***
Tetiba udah mau 4k:')
Kirain gak bakalan banyak yang baca ternyata ada juga wkwkwk makasih lohTinggal vote nya aja nih yang harus di kencengin
Ayo dong gratis vote,gratis kokPub:01,02,24.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTUS ✔️
RomanceMakasih udah mampir Baca dari awal yah,jangan baca end nya dulu:) *** Salsa lelah dengan hubungannya, hubungannya dengan pacarnya juga dengan keluarganya. Haruskah ia menyerah? *** Rank: #1 boyfriend (020324) #1 boyfriend (180224) #1 boyfriend (260...