29

1.1K 51 0
                                    

Ini nulisnya spontan UHHHUUYYY!!🔥
Jadi kalau ada typo tandain yah!
Awas kalau nggak!

***
Pukul 12 siang, Wiya dan Salsa pamit dari rumah Mada. Keduanya sempat ikut makan siang bersama dengan dengan keluarga Mada, tadi Salsa sempat menolak karena merasa tidak enak, ia sudah ditolong dan tidak mau merepotkan lagi.

Tapi bunda Gina berkata tidak apa-apa, mereka tak merasak direpotkan sama sekali. Bahkan Cia juga ikut berkata kalau ia senang bertemu dan bermain bersama Salsa. Akhirnya setelah makan siang keduanya pamit pulang meskipun sebenarnya Salsa sama sekali tidak berniat untuk pulang.

Buat apa? Toh di rumah juga sudah tidak ada apa-apa lagi. Tidak ada apa-apa lagi yang bisa Salsa harapkan dari rumahnya yang kata orang-orang adalah tempat ternyaman dan teraman untuk pulang tapi bagi Salsa sudah tidak seperti itu lagi dari dulu sampai sekarang.

Bedanya dulu Salsa lebih ke menahan untuk tidak merasa nyaman, tapi sekarang dia sudah capek, sudah lelah, sudah menyerah.

Kembali ke situasi sekarang. Saat ini Wiya dan Salsa pulang menaiki mobil yang dibawa Wiya tadi, keadaan mobil sangat hening tidak ada percakapan apapun diantara keduanya, padahal biasanya saat keduanya bersama selalu saja ada yang dibicarakan tapi entah mengapa suasananya sekarang sangat berbeda.

Mulut keduanya seakan Kelu berucap untuk sekedar memecah sunyi.

"Mau jalan-jalan dulu gak?" Tanya Wiya memecah keheningan.

"Gak usah," jawab Salsa tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela mobil.

Mendengar jawaban singkat dari Salsa membuat Wiya seketika bungkam dan tidak bertanya lagi. Sepertinya perasaan adik sepupunya itu masih kacau Wiya maklum sih, siapa juga yang tidak kacau jika ditimpa masalah berturut-turut. Wiya hanya bisa berharap Salsa tidak terlalu merasa terbebani dengan semua itu, ia berharap kalau Salsa berbagi cerita kepadanya, menyampaikan seluruh keluh kesah kepadanya.

20 menit kemudian, keduanya sampai di rumah. Setelah mobil terparkir rapih Salsa langsung masuk ke dalam rumah tanpa berucap apapun. Wiya dengan cepat menyusul adik sepupunya.

Memasuki rumah Salsa bisa merasakan kesunyian di rumahnya, biasanya memang sunyi tapi kali ini suasananya berbeda, sunyi dan hampa, itu yang Salsa rasakan sekarang.

"Dek, "panggil Wiya ke arah Salsa yang berjalan ke kamarnya.

Salsa berbalik menatap Wiya.

"Mau ngobrol gak? " Tawar Wiya. Siapa tau setelah mengobrol sedikit suasana hati Salsa sedikit membaik, Wiya juga sekalian ingin meminta maaf akan ucapan nya kemarin.

Salsa menggeleng menolak tawaran Wiya lalu kembali melanjutkan langkahnya ke kamar. Wiya menghela nafas melihat penolakan Salsa, ia menghempaskan tubuhnya ke atas sofa, meremat rambutnya dengan frustasi. Tampaknya kali ini akan susah untuk mengembalikan senyum di wajah Salsa, masalah yang menimpanya bukan masalah yang mudah.

Jika hanya masalah percintaannya Wiya dengan mudah bisa membantu nya, tapi ini adalah masalah internal keluarganya Salsa, masalahnya berasal dari orang tua Salsa. Wiya tidak bisa membantu banyak karena ini bukan ranahnya, meskipun dia sudah lumayan lama tinggal bersama mereka tapi ia merasa tidak pantas untuk ikut campur lebih dalam.

Wiya berpikir sejenak. Haruskah ia menelfon orang tuanya untuk datang kesini menghibur Salsa? Mengingat kemarin semestinya ia dan Salsa harusnya ke rumahnya tapi tidak jadi karena mulutnya yang bodoh.

Baiklah, akan Wiya coba. Ia mengambil ponselnya dan segera menghubungi nomor bundanya, dering ketiga panggilannya diangkat.

"Halo Wiya." Suara bundanya terdengar.

PUTUS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang