Jika sebatang lilin dibakar,
Cairlah dia
Ribuan kali insan berharap: "Janganlah cair"
Tetap cairlah dia
Itulah realitaJika orang percaya keajaiban,
Apakah kemudian kuda nil bisa terbang?
Atau batu-batu bisa menguap ke awan-awan?
Apakah rusa akan diselamatkan dari singa?
Atau singa akan diberi santapan segunung rusa?Jika aku percaya keajaiban,
Aku akan meminta hujan
Namun, orang yang tinggal di selokan meminta tidak hujan
Lantas, manakah yang lebih ajaib?
Turun hujan akibat doaku,
Atau tidak turun hujan akibat doa orang yang hidupnya dieram selokan?Bilamana realitanya ialah turun hujan,
Apakah itu berarti keajaibanku lebih hebat daripada keajaiban insan selokan itu?Dua orang memperebutkan tanah
Lalu, keduanya berdoa: "Biarlah tanah itu menjadi milikku"
Setelah diputuskan,
Yang mendapatkan tanah itu semakin percaya pada keajaiban
Sementara lawannya hanya akan menatap realita menyedihkanBagi seorang insan, memperoleh sekeping tembaga adalah keajaiban
Namun, adapula yang datar muka walau mendapatkan segudang emasKeajaiban dan realita,
Dwinya saling menentang
Keajaiban meracuni realita
Sementara realita menusuk keajaiban
Laksana dewa-dewa yang bersaing di atas langit ke-sembilan ratus sembilan puluh delapanAwan-awan pun bertanya pada tanah:
"Jika kamu percaya pada keajaiban,
Akankah kamu lupa pada apa yang disebut dengan 'kenyataan'?"Awan--semerbak pikiran
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Basa-basi
RandomTidakkah Neura mau mendengar suara Awan di angkasa? Awan yang selalu berpuisi di setiap hujan, menjadi cawan bagi Sang Busur Elips, hanya ingin menyampaikan gundahnya dalam Puisi Basa-Basi. Yang bila tak dipahami, maka biarlah menjadi basa-basi.