Aku melihat-lihat di balik layar lara
Para insan berharap pada dunia, oleh dunia, untuk dunia
Aku bertanya kepadamu:
"Untuk apakah kamu berharap kebaikan dari dunia?"
Bukankah para pembijak berkata:
"Dunia ini akan dihancur-leburkan bersama porak-poranda!"
Maka, jikalah dunia ini bertambah baik
Bukankah artinya nubuat itu adalah kepalsuan belaka?Dunia ini telah ditakdirkan untuk berpijak di atas malapetaka
Maka, sekeras apa pun para sang mengusahakannya
Tetaplah dunia ada masanya
Tidaklah dunia menjadi lebih baik untuknyaLantas, demi apakah gerangan pekerjaanmu itu?
Demi dunia?
Jika Peneguhmu ialah Sang Tiada Hingga
Maka sia-sialah pekerjaanmu itu!
Sekali lagi aku berseru:
"Demi siapa gerangan pekerjaanmu itu, wahai insan?"
Demi dunia?
Maka sia-sialah!Apabila dunia ini akan hancur
Maka pekerjaanmu itu tidaklah untuknya!
Tiada lagi alasanmu mengejar-ngejarnya
Sebab kelak padamlah dia,
Dari ujung matamu yang fanaKutanyakan lagi kepadamu, wahai insan:
"Pantaskah orang berputus asa demi dunia ini?"
Ya, pantas!
"Namun, pantaskah insan berputus asa demi Dia, Sang Tiada Hingga itu?"
Tidak, celakalah dia!Awan—untuk dunia yang duniawi
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Basa-basi
RandomTidakkah Neura mau mendengar suara Awan di angkasa? Awan yang selalu berpuisi di setiap hujan, menjadi cawan bagi Sang Busur Elips, hanya ingin menyampaikan gundahnya dalam Puisi Basa-Basi. Yang bila tak dipahami, maka biarlah menjadi basa-basi.