Para insan mengejar hasratnya
Dan orang-orang membela nafsunya
Mereka selalu berkata, "Setidaknya..."
Namun, mata mereka buta
Oleh karena banyak mulut yang meronta
Mengapa kesalahan yang lain kaujadikan topeng untuk menutupi noda wajahmu?
Hanya karena gunung yang mereka timbun lebih tinggi
Bukan berarti gunungmu menjadi rata
Tiada satu pun perbuatanmu selain bersembunyi di balik bayang-bayangnyaWajarkah seorang pendusta berkata,
"Setidaknya aku tidak membunuh"?
Apakah hal itu akan membenarkan kedustaannya?
Oh, wahai
Benar kata para Pujanga
Seperti api yang membela minyaknya,
Demikian pula para insan membela nafsunya
Padahal tiang api itu telah menghanguskan kayu di pangkalnya
Namun, kamu berkata, "Memang sudah kodratku menghanguskanmu semata!"Ah, bukankah benar kesaksian itu?
Betapa banyak orang telah melucuti diri mereka sendiri dengan kata-kata mereka,
"Ini memang sudah kodratku!"
Kemudian mereka timbun kejijikan itu dalam-dalam
Sedalam kesucian palsu mereka,
"Setidaknya dia lebih parah dariku!"
Tidakkah kau pernah mendengar,
Jika benar, benarkanlah!
Jika salah, maka salahkanlah!
(Tanpa mendua muka)
Jangan seperti orang bodoh
Yang menggiring-giring kesalahan mereka
Agar mereka tampak lebih benar
Padahal, itu hanyalah cara mereka
Untuk mengelak dari dosa-dosanyaAwan--untuk pembenaran yang tidak benar
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Basa-basi
RandomTidakkah Neura mau mendengar suara Awan di angkasa? Awan yang selalu berpuisi di setiap hujan, menjadi cawan bagi Sang Busur Elips, hanya ingin menyampaikan gundahnya dalam Puisi Basa-Basi. Yang bila tak dipahami, maka biarlah menjadi basa-basi.