Sepanjang derap jiwa ini menengadah
Membuka mata, menelan cahaya
Tidakkah bintang-bintang di luar sana lebih indah,
Dibanding gua-gua yang penuh prasangka?
Namun, jika aku pergi
Serigala akan menatapku ngeri
Menjebak dalam sangkar malam hari
Yang lebih parah lagi
Gunung-gunung akan membenci
Lengser kala kudaki
Apa yang harus daku lakukan kini,
Selain menunggu fajar kembali?Awan—Ketakutannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Basa-basi
RandomTidakkah Neura mau mendengar suara Awan di angkasa? Awan yang selalu berpuisi di setiap hujan, menjadi cawan bagi Sang Busur Elips, hanya ingin menyampaikan gundahnya dalam Puisi Basa-Basi. Yang bila tak dipahami, maka biarlah menjadi basa-basi.