Oh, Sungai Tengah
Kau adalah sungai mulia
Yang kuisi dengan bulir hujanku
Tak pernah kupenuhi dengan tangis
Sebab kau adalah pembawa syahduOh, Sungai Tengah
Sejujurnya puisi ini ditulis olehku,
Awan yang tak pernah menghinamu
Bahkan berhari-hari,
Hingga terserut gumpalanku
Hanya untuk mempersembahkan sajak ini padamuOh, Sungai Tengah
Empat cabangmu
Sejumlah Tetrabangsa
Pisahkan keempatnyaOh, Sungai Tengah
Airmu sangat jernih dan indah,
Baik gembur-tandus tanah yang engkau lewati
Lebih para sang-sang mengakui,
Jernihmu di Tanah tiada tertandingiOh, Sungai Tengah
Seluruh Sang Berhingga tahu,
Engkau bukanlah Labirin Air biasa
Dalam arus lembut nan hangat
Berbuih sebuah rahasia, yang bernama Sang Pewaris
Meski Sang Pewaris itu tak sepenuhnya milikmu
Sebab hanya Sang Tiada Hingga,
Yang izinkanmu surut
Menyambut Sang Pewaris Tanah dan Langit ituOh, Sungai Tengah
Tepianmu diinjak-injak oleh Para Pujangga
Saling meneriaki,
Saling memaki,
Saling membenci
Buta pada airnya yang suci
Neura Para Pujangga,
Selalu bertanya-tanya:
Siapakah Sang Pewaris itu?Oh, Sungai Tengah
Andai aku dapat berbicara kepada Para Pujangga
Pasti gemuruhku berkata:
"Jangan kau lucuti Sungai Tengah, hai Pujangga!
Selentur apa pun lidahmu,
Sama sekali tak mencipta riak pada airnya
Sebusuk apa pun jiwamu,
Takkan mampu hilangkan kesuciannya yang mutlak!"Sebab Sang Sungai Tengah
Bukanlah tempat berkaca
Kau hanya perlu menyelaminya
Walau seraya bertaruh nyawaAwan—pada sungai tercintanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Basa-basi
De TodoTidakkah Neura mau mendengar suara Awan di angkasa? Awan yang selalu berpuisi di setiap hujan, menjadi cawan bagi Sang Busur Elips, hanya ingin menyampaikan gundahnya dalam Puisi Basa-Basi. Yang bila tak dipahami, maka biarlah menjadi basa-basi.