Aku ingin terbakar
Sekelebat merah yang mengibas
Menguras kulit-kulitku
Menguapkan darahkuAku ingin terbakar
Namun, tak ingin aku dihanguskan
Aku hanya ingin bersakit-sakit
Dihapuskan dari sungai kebahagiaanAku ingin terbakar
Bukan untuk mati abadi
Melainkan aku dipanaskan hingga menguap,
Layaknya air,
Hingga dengan ringannya aku dapat terbang ke udaraAku ingin terbakar
Tanah ini panas sekali!
Biarlah tambah panas lagi!
Supaya semakin lekas aku terbang ke langit
Supaya nanti di langit itu,
Aku mendapat kesejukanAku ingin terbakar
Dibakar oleh Sang Api Teduh
Yang membakarku,
Untuk meneduhkanku
Yang menyayat jiwaku,
Lantas mencairkan kesesakanku,
Lenyapkan kelesuankuUapkanlah air mataku!
Muaikanlah bulir-bulir deritaku!
Penuhilah ruanganku dengan panasmu,
Supaya aku tidak kesepian!
Peluklah aku dengan sengatmu,
Supaya aku tidak digoyahkan oleh kesenangan yang semu!Awan—untuk api yang teduh
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Basa-basi
RandomTidakkah Neura mau mendengar suara Awan di angkasa? Awan yang selalu berpuisi di setiap hujan, menjadi cawan bagi Sang Busur Elips, hanya ingin menyampaikan gundahnya dalam Puisi Basa-Basi. Yang bila tak dipahami, maka biarlah menjadi basa-basi.