Pernahkan engkau melihat awan di langit?
Gumpalan kapas putih
Menghiasi cakrawala
Tak peduli seberat apa bulir air yang ditanggungnyaTahukah engkau,
Bahwa awan-awan itu saling bersenda?
Seiring tiupan angin,
Seraya mengarungi samudera angkasa?Namun, kala awan-awan itu terlalu dekat
Sampai melebur hebat
Maka, akan tercipta awan kelabu...
Ia akan bergejolak
Meletupkan gemuruh nan dahsyat
Bersama badai-badai dan pedang-pedang kilatBukankah lebih baik awan-awan itu tetap terpisah,
Namun tetap saling tersenyum dan menyapa,
Tanpa ada sekelebat gundah di dalamnya?
Bukankah lebih baik keduanya tak berikatan,
Sehingga tiada siapa merasa dipentingkan?Daripada tampak dekat namun saling menjauhkan,
Bukankah lebih baik tampak jauh namun saling mendekatkan?Awan-Ikhtisar Pertama
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Basa-basi
RandomTidakkah Neura mau mendengar suara Awan di angkasa? Awan yang selalu berpuisi di setiap hujan, menjadi cawan bagi Sang Busur Elips, hanya ingin menyampaikan gundahnya dalam Puisi Basa-Basi. Yang bila tak dipahami, maka biarlah menjadi basa-basi.