Bulu kudukku berdiri
Bukan karena gelap gulita
Bukan pula karena malam
Sebab malam tak mampu memanggil gulita,
jika bulan masih mengelus bintang-bintangnyaBulu kudukku berdiri
Bukan karena silau
Bukan pula karena sang surya
Sebab sang surya tak membuat silau
Dialah yang menuangkan hangat
Memberi petunjuk bagi hewan-hewan
Justru mata-lah yang mencipta silau oleh ilusi kelopaknya
Sebab, jikalau mata tidak menipu
Pastilah matahari dapat ditatapnyaBulu kudukku berdiri
Bukan karena cinta
Karena cinta menyentuh hati
Ujung jarinya luput dari bulu-bulu yang meremang
Bukan pula karena benci
Karena benci menusuk hati
Mengayukan daging
Namun menuakan jiwaBulu kudukku berdiri
Bukan karena sukacita
Karena sukacita adalah jebakan sang dukacita
Bukan pula karena dukacita
Karena dukacita adalah mangsa sukacitaBulu kudukku berdiri
Ialah karena aku adalah aku
Aku adalah aku, pegang tanganku
Aku adalah aku, hampiri aku
Aku adalah aku, menyuapi aku
Di manapun aku, di sanalah aku adalah aku
Maka takutlah aku
Meremanglah bulu kudukkuAwan—maknawi bulu kuduk
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Basa-basi
عشوائيTidakkah Neura mau mendengar suara Awan di angkasa? Awan yang selalu berpuisi di setiap hujan, menjadi cawan bagi Sang Busur Elips, hanya ingin menyampaikan gundahnya dalam Puisi Basa-Basi. Yang bila tak dipahami, maka biarlah menjadi basa-basi.