Tok..tok..tok..suara pintu terdengar membuat wanita berambut panjang itu segera bangkit dari tempat tidur dan memasang kacamatanya untuk membuka pintu.
"Siap-" wanita tersebut kaget bukan main melihat siapa yang mengetuk pintu. Dia segera ingin menutupnya namun segera dicegat oleh pria yang mengetuk pintu dan pria tersebut menerobos masuk ke dalam kamar.
"Oh..jadi ini yang kau lakukan saat aku sibuk?" Naruto adalah pria yang mengetuk pintu kamar wanita tersebut memandang tajam ke arah wanita itu membuat wanita itu takut dan panik.
"Aku bisa jelaskan Naruto, ini tidak seperti yang kau bayangkan" jawab wanita yang bernama Karin, adalah pacar atau kekasih Naruto pada saat itu yang kepergok sedang berduaan dengan lelaki lain di dalam sebuah kamar hotel.
"Kau ingin menjelaskan jika kalian berdua bercinta disini?" Naruto mengusap wajahnya kasar tidak percaya dengan yang ia lihat. Karin dan dirinya sudah berpacaran selama 2 tahun, namun yang Naruto lihat dihadapannya sekarang seperti sebuah bencanan baginya
Karin hanya bisa terduduk lemas di atas kasur, sedangkan lelaki yang bersama Karin di kamar tersebut hanya diam memandang langit-langit kamar hotel saking tidak beraninya memandang Naruto yang saat itu sedang marah.
"Apa kurangnya aku, aku sudah memberikan semua yang kamu mau. Apa karna aku tidak pernah memintamu bercinta denganku, tidak pernah membawa mu ke hotel dan melakukan hal menjijikan seperti ini, apa karna itu, itu yang kamu mau ? Hah ?!!" Bentak Naruto dengan suara tinggi dan nada sangat marah.
"Aku menjagamu dan bahkan tidak berani menyentuhmu terlalu jauh karna aku menghargai mu, tapi kau malah mencarinya dengan lelaki lain. Ada apa, apa cinta kalian masih belum selesai ? Apa mantanmu itu masih belum selesai mencicipi tubuhmu?" Naruto melayangkan banyak sekali pertanyaan namun Karin dan lelaki itu hanya bisa diam dan menunduk karna apa yang dikatakan Naruto itu benar adanya dan tidak ada alasan untuk menyangkal lagi.
"Kuharap ini yang terakhir kali aku melihat mu, kuharap kita tidak akan pernah bertemu lagi." Naruto tersenyum miris mengingat bagaimana dirinya dan Karin beberapa hari lalu membicarakan tentang pernikahan.
"Aku kira bisa menjagamu sebelum mengajakmu menikah. Tapi ternyata dirimu sendiri yang menghancurkan hidup mu. Jangan menyesal setelah ini, tidak ada gunanya kau menangis seperti itu. Ku harap kau bahagia dengan orang yang kau pilih menidurimu." Naruto bergegas keluar membanting pintu dengan suara nyaring.
.
.
.
"Bagaimana kabarmu dan keluarga, aku jarang sekali berkunjung" Kushina pagi ini sangat sibuk tiba2 ingin berkunjung ke rumah teman lamanya, keluarg Hyuga."Kami baik saja, bagaimana kabarmu dan Naruto. Aku sedih mendengar berita kematian Minato dan tidak bisa hadir di pemakamannya karna saat itu kami sekeluarga sedang di luar kota" jawab wanita yang mungkin seumuran dengan Kushina, namanya Hiashi Hyuga
"Aku dan Naruto baik, tapi setelah suamiku meninggal semuanya terasa berbeda sekarang, aku sering kesepian dirumah karna Naruto jarang pulang kerumah karna sudah punya rumah sendiri" Kushina memasang wajah sedihnya karna memang dirinya dan Naruto sudah tidak satu rumah. Walaupun sebenarnya Naruto bahkan hampir setiap Minggu mengunjunginya atau bahkan menginap dirumah ibunya.
"Kuharap kau mempertimbangkan perkataan ku, aku hanya ingin mewujudkan keinginan almarhum suamiku" Kushina memegang tangan Hiashi erat
"Aku sudah mempertimbangkannya, aku menyetujuinya dengan syarat, jangan sampai membebankan bagi anakku" Hiashi tersenyum pada Kushina dan balas memegang tangan Kushina.
.
.
.
"Apa? Tidak!!" Bentak Naruto protes pada pernyataan yang ibunya katakan padanya. "Tidak sekarang Bu, aku sedang pusing, banyak pikiran. Jadi jangan menambahnya lagi" Naruto bangkit dari sofa dan ingin bergegas pulang saja dari rumahnya."Ini permintaan ayahmu" langkah Naruto terhenti mendengar kalimat yang diucapkan oleh ibunya. "Ini adalah permintaan terakhir ayahmu. Dia hanya ingin kau menikah, bahkan di saat-saat terakhirnya pun dia masih memikirkan putranya yang jelas-jelas tidak peduli pada orangtuanya sendiri" sambil terisak, Kushina membujuk Naruto untuk menerima perjodohan yang direncanakan.
"Lagi-lagi menangis, apa ini jurus terakhir ibu untuk membujuk ku ?" Naruto merangkul ibunya dan mencoba menenangkan ibunya yang saat itu tidak berhenti menangis
"Ibu mohon, sekali ini saja sebelum ibu meninggal. Kau kabulkan permintaan ayah dan ibumu" Naruto mengembus nafas kasar dan pasrah. "Baiklah, tapi tidak dengan waktu dekat, karna aku sedang banyak pikiran. Aku pulang dulu" Naruto beranjak dari sofa dan pergi untuk pulang kerumahnya.
.
.
"Apa? Menikah?" Reaksi gadis ini tidak jauh dari reaksi Naruto yang sama kagetnya mendengar perkataan ibunya."Tapi aku masih kuliah, ibu. Apa yang akan dikatakan teman-teman ku jika aku menikah diusia muda. Aku masih 20an tahun." Gadis bernama Hyuga Hinata adalah anak pertama dari Hiashi Hyuga dan suaminya yang kini sudah meninggal dunia.
"Sayang..ibu mohon kali ini saja. Karna ini adalah permintaan terakhir ayahmu" sekuat apapun Hinata menolak, ibunya tetap pada pendirian bahwa Hinata harus menikah dengan laki-laki pilihan ibunya dan ayahnya.
.
.
"Hinata Hyuga?" Tanya Naruto pada gadis yang sedari tadi duduk di depan meja sebuah cafe sambil menundukkan kepalanya sambil bermain handphone"Iya" Hinata mendongakkan kepala ke arah suara dan kaget bukan main saat melihat Naruto berdiri di depannya.
"Ehh..bapak, selamat siang pak. Iya saya Hinata Hyuga, kebetulan sekali kita bertemu disini. Saya sedang menunggu teman pak" Hinata dengan panik membungkuk pada Naruto berulang-ulang kali
"Bapak? Kamu kenal saya?" Tanya Naruto heran dengan perkataan yang Hinata ucapkan barusan
"Oh iya..saya mahasiswa di kampus yang bapak sendiri adalah dosen yang mengajar di ruangan kami baru-baru ini pak" mendengar itu, Naruto sedikit terkejut karna ternyata orang yang ingin ibunya jodohkan padanya adalah mahasiswinya sendiri.
"Ternyata kau, bukannya kau menungguku?" Tanya Naruto dengan wajah datar dan dinginnya. "Saya diminta menemui seorang yang bernama Hinata Hyuga di cafe ini, apa ibumu tidak memberi tahumu sebelumnya, bahwa kau akan dijodohkan dengan dosenmu sendiri?" Mendengar pernyataan Naruto Hinata terkejut sampai jantungnya pun mau copot.
Hinata mengatupkan kedua bibirnya menutupnya rapat2 dan memilih tidak berbicara lagi karna masih syok dengan yang sedang terjadi. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah duduk diam dan menundukkan kepalanya lagi dan lagi.
"Aku tidak mengerti dengan pemikiran orangtua zaman sekarang yang masih percaya perjodohan, padahal aku sudah jelas menolaknya" Naruto memandang Hinata yang sedari tadi tampak sangat takut berhadapan dengan Naruto.
"Saya menyetujuinya bukan karna saya mau dan mau cepat-cepat menikah. Tapi karna permintaan ibu saya. Jadi ku harap pernikahan ini tidak melewati batas, dan saya ingin pernikahan ini dirahasiakan karna mengingat status kita di kampus, saya tidak ingin menimbulkan masalah" Naruto dengan penjelasan panjang lebarnya tentang pernikahan palsu yang akan mereka jalani sebentar lagi.
.
.
Huffttt capek juga ya ngetikjj
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate but Love
RomanceMenceritakan seorang Dosen yang dipaksa menikah dengan Wanita yang ternyata adalah Mahasiswanya sendiri. Semua menjadi rumit ketika satu kesalahan fatal terjadi diantara keduanya.