"Anak ini memang bukan anak Naruto, tapi selain Naruto siapa lagi yang akan tanggung jawab?"
Kesal bercampur lega, Hinata kini mendengar dari mulut Karin sendiri jika anak yang dikandungnya memang bukan anak Naruto.
Kesal karna Karin terus saja meminta Naruto untuk tanggung jawab, sedangkan Karin tau Hinata dan Naruto sudah menikah dan Karin sudah beberapa kali ditolak oleh Naruto tapi masih saja terus mengganggu Naruto.
"Saya tidak tau apa yang membuat ibu tetap berkeras ingin pak Naruto tanggung jawab padahal itu bukan anak pak Naruto" ucap Hinata
"Karna hanya Naruto yang aku punya sekarang, aku tidak punya siapa-siapa dan yang berhak mencintai Naruto itu adalah aku" ucap Karin sedikit membentak
"Itu bukan cinta, bu. Itu adalah obsesi ibu sendiri, ibu terobsesi dengan pak Naruto yang jelas-jelas dulu sangat mencintai ibu tapi ibu malah bersama laki-laki lain" balas Hinata seolah tau cerita masa lalu keduanya.
"Cihh..memangnya kamu tau apa?" tanya Karin lagi
"Sudah ya bu, saya mau pergi" pamit Hinata bergegas pergi dari tempat itu karna sudah tidak tahan lagi dengan celotehan Karin yanh membuatnya semakin kesal.
.
.
"Selamat datang, Tuan dan Nyonya" sambut ART yang ada dirumah Naruto dan Hinata saat melihat Naruto dan Hinata akhirnya kembali kerumah."Terimakasih sudah menjaga rumah" balas Naruto dengan senyum. "Minta tolong pindahkan barang-barang Hinata dari kamar sebelah ke kamar saya ya" perintah Naruto membuat Hinata menatapnya bingung.
"Kenapa?" tanya Naruto
"Kenapa dipindahkan, aku akan tetap tidur di kamar itu" ucap Hinata
"Sekarang kita akan tidak bersama, kenapa istri dan suami tidur terpisah" goda Naruto membuat Hinata merasa tersipu.
Sudah lama Hinata tidak pulang kerumahnya bersama Naruto setelah kejadian yang hampir membuat keduanya bercerai. Hinata rindu hanya sekedar mondar mandir dari kamar ke dapur atau dari kamar ke ruang tamu.
Hinata rindu menonton televisi sambil memakan cemilan kesukaannya. Walaupun kadang masih teringat wajah Karin saat duduk di sofa sambil memakan cemilan milik Hinata membuat Hinata kesal sendiri.
"Kau tidak mandi?" tanya Hinata pada Naruto yang tampak langsung merebahkan dirinya di kasur
"Memangnya harus mandi?" tanya Naruto balik
"Hah?"
"Apa?" tanya Naruto bingung lalu kemudia bangkit berdiri menuju kamar mandi untuk mandi dengan wajah malasnya, sudah terlalu malam untuk mandi.
Hinata yang sudah mandi dirumah orangtuanya tentu bebas merebahkan tubuhnya di kasur milik Naruto yang tidak kalah nyaman dengan kasur dikamarnya.
Sebenarnya, Hinata sedikit gugup jika harus tidur satu kamar dan satu kasur lagi dengan Naruto, walaupun mereka hanya tidur dan saling memeluk tetap saja jantung Hinata berdegup dengan kencang, padahal keduanya sudah sering tidur berdua.
"Aku sudah mandi" ucap Naruto yang muncul dari balik pintu kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yanh dililitkan di pinggang. Menampilkan dada bidang dan perut rata milik Naruto, tidak sia-sia pria itu olahraga setiap pagi sehingga memiliki tubuh yang lumaya ideal.
Hinata mengambil ponselnya dan mencoba mengalihkan pandangannya dari tubuh Naruto. Melihat Naruto tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk pun membuat jantung Hinata berdebar kencang, hal kecil seperti itu saja sangat membuat Hinata bereaksi.
Naruto mendekat ke arah kasur dan mendekatkan dirinya pada Hinata.
"Ke-kenapa tidak pasang baju?" tanya Hinata gugup dan terbata-bata

KAMU SEDANG MEMBACA
Hate but Love
RomanceMenceritakan seorang Dosen yang dipaksa menikah dengan Wanita yang ternyata adalah Mahasiswanya sendiri. Semua menjadi rumit ketika satu kesalahan fatal terjadi diantara keduanya.