Part 19

303 16 9
                                    

"Kau sedang cari siapa?" tanya Ino yang kebingungan melihat Hinata menoleh ke kiri dan ke kanan seperti sedang mencari sesuatu.

"Tidak ada" jawab Hinata yang kemudian pandangannya tertuju pada Naruto dan Karin yang sedang jalan berdampingan entah darimana dan kemana tujuannya membuat Hinata merasa penasaran dan sedikit kesal melihat dua orang itu bersama.

"Kau sedang melihat pak Naruto?" tanya Ino yang mengerti kemana arah pandangan Hinata

"Tidak ada, Ino" jawab Hinata kesal dengan pertanyaan-pertanyaan Ino.

"Berhenti mengikuti, Karin" ucap Naruto menghentikan langkahnya menatap ke arah Karin yang sedari tadi berjalan bersamanya

"Tidak sebelum kau jawab pertanyaan ku" jawab Karin

"Sudah kubilang, itu tidak akan terjadi lagi" jawab Naruto yang mulai kesal karna pagi-pagi sudah diganggu

"Ada apa, kenapa. Kau sudah punya pacar lagi?" Karin terus saja membujuk Naruto untuk kembali padanya namun selalu ditolak oleh Naruto

"Aku malas berdebat untuk hal yang sudah lama lewat, apa kau tidak punya malu. Kamu mungkin bisa lupa apa yang sudah kamu lakukan, tapi aku tidak akan pernah lupa" jelas Naruto tegas dengan wajah yang mulai kesal

"Lalu untuk apa sikap mu akhir-akhir ini jadi ramah padaku?" tanya Karin karna merasa akhir-akhir ini Naruto tidak pernah memarahinya dan selalu menerima ajakannya tapi dibingungkan oleh jawaban Naruto saat ini.

"Kulakukan untuk membalas kebaikan mu sudah mengobati tanganku, supaya tidak ada hutang budi di kemudian hari" jelas Naruto lalu kemudia pergi ke kelas untuk mengajar.

Karin merasa kesal bercampur sedih mendengar ucapan Naruto, padahal Karin sangat yakin bahwa Naruto masih sangat mencintai dan menyayanginya

Selesai mengajar, Naruto keluar dari ruang perkuliahan. Matanya tertuju pada Hinata yang terlihat asyik mengobrol dengan teman-temannya dan matanya tertuju pada tangan lelaki yang tertawa sambil merangkul pundak Hinata terlihat sangat akrab.

Naruto berjalan melewati rombongan mahasiswa itu dan tatapan matanya bertemu langsung dengan tatapan mata Hinata. Naruto memasang tatapan kesal pada Hinata, seolah mengerti Hinata melepaskan tangan Toneri dari pundaknya.

"Maaf kak, tidak enak dilihat yang lainnya" ucap Hinata dan dibalas anggukan oleh Toneri

Hinata masuk ke ruangan Naruto setelah mendapat pesan di ponselnya dari Naruto yang meminta Hinata untuk keruangan Naruto saat itu juga.

Hinata mengetuk pintu Naruto lalu masuk kedalam ruangan melihat Naruto duduk dengan tangan dilipat di depan dadanya.

"Ada apa, pak?" tanya Hinata penasaran dengan apa yang ingin Naruto sampaikan sehingga memintanya untuk keruangan kerja Naruto

"Kampus ini tempat belajar, bukan tempat pacaran" jelas Naruto langsung ke intinya

"Maksud bapak, masalah yang tadi bersama kak Toneri? Saya juga kaget kenapa tiba-tiba saya dirangkul dan juga pak, saya dan Kak Toneri tidak pacaran" jelas Hinata meyakinkan

"Tidak pacaran kok selalu bersama" gerutu Naruto pelan tapi masih bisa terdengar jelas oleh Hinata

"Karna kami hanya teman, bapak cemburu?" tanya Hinata tiba-tiba

"Tidak, kenapa saya harus cemburu" jawab Naruto sedikit gelagapan mencari jawaban. "Saya hanya tidak ingin melihat mahasiswa saya menjadi malas karena pacaran" lanjutnya lagi

"Sudah saya bilang pak, saya tidak punya pacar" jawab Hinata sedikit kesal

"Benarkah? Jika saya bilang saya cemburu, gimana? Masih mau dekat sama anak itu lagi?" tanya Naruto yang kini berdiri dari tempat duduknya, mendekati Hinata yang tampak sedikit takut dengan suasana saat ini.

Naruto yang kini meraih pinggang Hinata dengan kedua tangannya, mengangkat dan mendudukan Hinata di atas meja kerjanya. Hinata sontak kaget bukan main

Naruto mendekat dan berdiri di sela kedua kaki Hinata, mencium bibir lembut Hinata. Merasa tidak ada penolakan dari wanita itu, Naruto menurunkan ciumannya menuju leher Hinata, mengecup lembut dan menghirup harum aroma tubuh Hinata membuatnya tidak tahan lagi.

Kembali Naruto mencium bibir Hinata dengan sedikit melumatnya, Hinata hanya diam, menutup matanya karna takut. Sadar akan ketakutan Hinata, Naruto melepas ciumannya, menyandarkan kedua tangannya pada meja kemudian menatap Hinata yang masih menutup mata dengan ekspresi takutnya.

"Maaf.." ucap Naruto sesaat kemudian Hinata membuka matanya dan menatap Naruto dengan wajah bingung.

"Seharusnya tidak saya lakukan, apa saya membuatmu takut?" tanya Naruto dengan suara lembut tanpa memalingkan pandangannya dari wajah Hinata dan hanya dibalas gelengen kecil oleh Hinata

"Bohong, kau pasti takut" jawab Naruto lagi mengusap lembut keringat Hinata yang bercucuran di dahinya. "Saya tidak akan melakukannya lagi, kecuali kau juga mau" lanjut Naruto seketika wajah Hinata terangkat menatap Naruto yang terus memandangnya dengan tatapan lembut.

"Maksud bapak?"

"Saya hanya akan melakukannya jika kamu mengijinkan saya melakukannya" jawab Naruto

"Melakukan apa?" tanya Hinata lagi dengan polosnya

"Melakukan adegan seperti tadi. Hanya itu yang ingin saya sampaikan, silahkan kembali ke kelasmu" Ucap Naruto sambil merapikan lagi barang-barang di atas mejanya

Hinata yang semakin bingung dan masih merasa shock hanya bisa diam dan keluar dari ruangan Naruto.

Lagi dan lagi, jantungnya terasa berdegup terlalu cepat dan kencang. Yang Naruto lakukan barusan benar-benar membuatnya malu setengah mati karna tidak berusahan melawan, padahal dia bisa saja menendang kaki atau menampar wajah Naruto saat itu terjadi.

Tapi anehnya, setiap kali Naruto melakukan itu, Hinata seperti di hipnotis tidak bisa bergerak dan tidak berkata apapun. Semakin hari Naruto semakin berani saja, begitu pikir Hinata.

"Apa yang pak Naruto katakan?" tanya Temari yang sedari tadi menunggu Hinata keluar dari ruangan Naruto

"Eh..e..em..tidak ada hanya itu..hanya menyuruhku membantunya menulis beberapa laporan" ucap Hinata

"Kenapa dia selalu memintamu, padahal kan aku juga bisa membantu" Protes Ino dengan wajah kesal

"Ya mana ku tau" jewab Hinata
.
.
Sesampainya dirunah Naruto dan Hinata makan malam bersama seperti biasanya.

"Kau tidak mau mengunjungi orangtua mu ?" tanya Naruto membuka percakapan diantara keduanya

"Mungkin nanti pak, lagipula kami sering video call"

"Ya tetap saja harus bertemu secara langsung" jelas Naruto lagi

"Iya pak, nanti" jawab Hinata singkat

"Kamu marah sama saya?" tanya Naruto

"Tidak, marah kenapa?"

"Karna kejadian siang tadi, saya minta maaf membuatmu merasa takut. Saya berjanji tidak akan mengulanginya sebelum kamu mengijinkan, saya hanya ingin kita saling menerima" jelas Naruto yang masih merasa bersalah jika mengingat ekspresi wajah takut dari Hinata

"Sebenarnya saya juga takut pak, karna ini pengalaman pertama bagi saya" jawab Hinata

"Saya tau"

Tiba-tiba di tengah pembahasan, ponsel Naruto bergetar memperlihatkan nama Karin di layar mengirimkan pesan pada Naruto. Namun Naruto mengabaikannya.

"Kenapa tidak diangkat pak?"
.
.
TBC
Jangan lupa vote guysss

Hate but LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang