Lagi dan lagi, Naruto masih saja pergi menemui Karin setelah Karin meneleponnya dan mengatakan bahwa dirinya sedang berada di pantai lagi.
Sedangkan Hinata hanya tersenyum miris saat melihat Naruto yang terlihat tergesa-gesa berangkat menemui Karin.
"Apanya yang ingin dijalani, denganku atau Karin?" tanya Hinata pada dirinya sendiri setelah mengingat semua perkataan Naruto saat itu yang mengatakan ingin menjalani hubungan dengan Hinata namun masih berhubungan Karin yang tak lain adalah mantannya sendiri.
Hinata tidak tau bahwa dirinya akan sekesal itu, ditinggalkan begitu saja demi menemui mantanya, walaupun Naruto sendiri sudah pamit dengan Hinata tapi rasanya masih saja menjengkelkan bagi Hinata.
"Apa lagi yang kau lakukan disini?" ucap Naruto saat menghampiri Karin yang sedang duduk di pinggir pantai
"Menunggumu datang" Karin mendongak ke arah Naruto dan memegang tangan Naruto yang masih berdiri di sampingnya membawa Naruto untuk duduk bersamanya.
"Aku hanya merasa lelah dan kau satu-satunya yang kupunya sekarang." Karin memeluk lengan Naruto menyandarkan kepalanya di bahu Naruto.
Karin memang hidup sendiri, karena semua keluarganya berada di luar negeri setelah kedua orangtuanya bercerai, satu-satunya orang yang dia punya adalah Naruto.
Naruto melepaskan pelukan tangan Karin darinya dan mencoba menggeser tubuhnya menjauh dari Karin.
"Maaf..aku rasa aku tidak bisa seperti ini. Aku belum pernah mau mengatakannya, tapi aku sudah menikah" ucap Naruto. Mendengar itu Karin tertawa merasa lucu dengan apa yang Naruto katakan.
"Kau bercanda ya. Mana mungkin sudah menikah" ucap Karin sambil mengusap air mata diujung matanya karna tertawa
"Terserah kau mau percaya atau tidak, tapi aku sudah menikah. Aku tidak bisa terus menerus menjagamu, Karin. Jadi tolong, dewasalah sedikit, jangan terus menerus seperti ini." Ucap Naruto mencoba untuk membuat Karin percaya
"Kau lupa, kita pernah membicarakan pernikahan bersama. Kau pernah bilang kau hanya mau menikah denganku dan hidup bahagia denganku"
"Tapi itu dulu, sebelum kamu menghancurkan segalanya. Ini yang terakhir kali aku datang menemuimu, jangan seperti ini lagi. Ayo pulang, biar kuantar ke apartemenmu" Naruto menarik tangan Karin untuk masuk ke dalam mobilnya dan mengantarkan Karin pulang sampai ke apartemennya. Meskipun Karin sepanjang jalan hanya menangis dan merengek pada Naruto tapi itu tidak membuat Naruto goyah lagi.
Saat pulang ke rumah, pemandangan yang pertama kali dia lihat saat masuk kerumahnya adalah Hinata yang sedang tertidur di atas soda dengan ponsel di atas perutnya, Naruto melirik ke arah jam dinding yang menunjukan sudah pukul 12 malam.
Naruto duduk di samping sofa menatap wajah teduh Hinata yang tertidur lalu mengangkat tubuh Hinata dan membawa Hinata ke dalam kamar milik Naruto.
Naruto membaringkan tubuh Hinata ke atas ranjang miliknya lalu menyelimuti tubuh mungil Hinata kemudian ikut membaringkan dirinya disamping Hinata.
Naruto mengangkat kepala Hinata dan membiarkan tangannya menjadi bantal untuk Hinata sedangkan tangan Naruto yang satunya memeluk pinggang Hinata.
Merasa ada pergerakan, Hinata terbangun dan menemukan Naruto dihadapannya sedang tersenyum. Entah karna masih merasa kesal, Hinata ingin berbalik membelakangi Naruto namun ditahan oleh Naruto.
"Ada apa?" tanya Naruto bingung
"Kenapa membawa saya ke kamar bapak, kamar saya disebelah sana" Hinata memasang wajah cemberutnya
"Saya mau kamu tidur sama saya" ucap Naruto enteng
"Kenapa tidak tidur dengan ibu Karin saja" entah apa yang merasukinya sehingga Hinata berani mengatakan perkataa tersebut pada Naruto
"Kamu marah?" tanya Naruto seolah mengerti dengan perubahan sikap Hinata
"Buat apa marah pada orang yang ingin kembali bersama mantannya" perkataan Hinata membuat Naruto tersenyum
"Kembali apanya, saya mengatakan bahwa kita sudah menikah" Hinata terkejut dengan perkataan Naruto. Bagaimana bisa Naruto mengatakan hal tersebut pada Karin sedangkan Karin adalah mantannya dan orang yang bekerja di Kampus mereka
"Bagaimana jika semua orang tau?" tanya Hinata sedikit panik
"Tapi Karin tidak bertanya dengan siapa saya menikah" jawab Naruto enteng. "Saya hanya tidak ingin dia mengganggu saya terus menerus" lanjutnya sambil mengeratkan pelukannya pada Hinata
"Tapi, bapak kan masih belum bisa melupakan bu Karin" ucap Hinata menenggelamkan kepalanya di leher Naruto
"Kata siapa?" tanya Naruto
"Buktinya bapak tidak bisa menolak saat ibu Karin meminta untuk menemuinya" jawab Hinata
"Tidak ada hal seperti itu, saya seperti itu hanya karja tidak ingin merasa bersalah jika Karin nekat melakukan hal-hal gila. Karna dia memang orangnya seperti itu" jelas Naruto
"Saya ingin tidur di kamar saya saja pak" Hinata mencoba untuk melepaskan pelukan Naruto darinya tapi tidak bisa
"Tidur disini saja, saya tidak akan ganggu. Hanya tidur" jelas Naruto mencoba meyakinkan Hinata
"Tapi pak-"
"Diam, saya mengantuk" Bukannya melepaskan pelukannya, Naruto malah semakin mengeratkan pelukannya pada Hinata lalu memejamkan kedua matanya.
.
.
"Bagaimana, kau berhasil?" ucap Lee pada Toneri saat sedang istirahat makan siang di kantin kampus"Belum, sulit menemuinya akhir-akhir ini" jawab Toneri
"Bilang saja kau tidak bisa kan, sayang sekali padahal aku sudah semangat. Bukan hanya masalah uang, tapi popularitas mu sebagai pria tertampan dikampus juga bisa saja lenyap jika ditolak" Lee dan Choji tertawa pada Toneri
"Naikkan taruhannya jika kau ingin cepat, hei bung..butuh pendekatan yang panjang untuk menyatakan cinta pada seorang wanita" jelas Toneri
"Tapi ini hanya taruhan, seharusnya tidak perlu berlama-lama pendekatannya" Ucap Choji ikut memanasi keadaan.
"Hey..Hinata itu tidak seperti wanita lainnya, sangat sulit didekati. Tapi aku masih optimis bahwa aku bisa mendapatkannya. Maka dari itu, naikkan taruhannya" ucap Toneri menantang kedua temannya.
"Taruhan?" tanya Hinata yang tiba-tiba muncul bersama Ino dan temari di belakang ketiga orang itu. "Apa saya tidak salah dengar?" lanjutnya
"Ohh..Hinata sejak kapan kau disini?" tanya Toneri dengan wajah panik melihat tatapan Ino dan Temari.
"Sejak mendengar namaku" jawab Hinata tegas
"Kau mau makan, ayo duduk ikut bergabung disini" Toneri memberi satu kursi untuk Hinata
"Kau belum menjawab pertanyaanku, Toneri" ucap Hinata semakin tegas membuat ketiga pria itu panik. Toneri pun merasa takut karna Hinata memanggilnya tidak lagi menggunakan embel-embel 'Kakak, Kak'
"Apa, tidak ada. Kami bertiga hanya taruhan untuk memenangkan ujian Matematika yang akan datang, itu saja" jelas Toneri setelah memikirkan alasan
"Membuatku sebagai bahan taruhan kalian? Berapa yang kalian tawarkan padanya?" tanya Hinata menatap tajam pada Choji dan Lee yang saat itu sudah ketakutan
"Bukan begitu, Hinata" jawab Toneri
"Ternyata kau baik padaku hanya karna ingin menang taruhan, katakan berapa yang mereka tawarkan padamu, biar aku bayar" Bentak Hinata
.
.
TBC
JANGAN LUPA VOTE GUYS, BIAR SEMANGAT ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate but Love
RomanceMenceritakan seorang Dosen yang dipaksa menikah dengan Wanita yang ternyata adalah Mahasiswanya sendiri. Semua menjadi rumit ketika satu kesalahan fatal terjadi diantara keduanya.