Hinata dan Naruto berjalan menyusuri pantai sore itu, dengan hembusan angin menyejukan hati keduanya. Naruto menggenggam tangan Hinata erat.
"Kalau di luar panggilnya jangan pakai 'Saya-kamu', panggil 'Aku-kamu' saja" ucap Naruto
"Belum biasa, pak" jawab Hinata singkat
"Padahal sudah ku katakan, jangan panggil pak jika diluar"
"Benar tidak apa-apa?" tanya Hinata memastikan dan dibalas anggukan dan senyuman oleh Naruto.
"Jika kau mau sesuatu, kau tinggal bilang saja padaku. Aku akan mencarinya dan mendapatkannya untuk mu" ucap Naruto
Keduanya memelilih duduk dengan menggunakan jaket Naruto sebagai alas untuk Hinata, sedangkan Naruto tidak memakai alas untuk duduk.
Tidak hentinya Naruto memandangi Hinata yang kini sibuk memandangi ombak pantai yang kian kemari, suara ombak membuat Hinata merasa lega.
"Kau suka pantai?" tanya Naruto
"Sa- ee..aku sangat suka. Bahkan saat masih SMA, aku hampir setiap sore ke pantai hanya untuk duduk sendiri melihat ombak. Bagaimana dengan bapak?" tanya Hinata
"Sudah ku bilang jangan panggil bapak" gerutu Naruto dengan nada kecil, Hinata hanya tertawa kecil karna rasanya tidak biasa jika tidak memanggil Naruto dengan embel-embel 'Pak-Bapak'.
Naruto mengusap lembut rambut Hinata yang terkena angin pantai, sedangkan Hinata mencoba untuk biasa saja saat jantungnya berdegup kencang.
Ini adalah pengalaman pertama bagi Hinata, dia yang tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki manapun dalam hidupnya. Memang Hinata sering didekati oleh banyak lelaki entah itu teman seangkatannya ataupun kakak tingkatnya.
Hinata memang banyak diidolakan oleh banyak lelaki di kampusnya, tapi tidak ada yang bisa mendapatkan perhatiannya, kecuali Toneri tapi sekarang tidak lagi.
Hari sudah semakin gelap, namun Naruto dan Hinata enggan beranjak dari pantai, masih ingin menikmati hembusan angin dan suara ombak yang terdengar begitu merdu, ditambah suasana yang indah dimana Naruto memberikan semua perhatiannya dan waktunya pada Hinata.
"Naruto" panggil seorang wanita yang tiba-tiba muncul dari kegelapan menghampiri Naruto dan Hinata yanh sedang duduk dengan posisi tangan Naruto merangkul pundak Hinata.
Spontan keduanya menoleh ke arah suara dan melihat Karin yang sudah berdiri kaku dengan wajah kagetnya.
"Apa yang-wahh..Hinata hahah" Karin tertawa tidak percaya dengan apa yang dia lihat. "Hinata..kau, apa yang kau lakukan" Karin menarik tangan Hinata hingga membuat Hinata berdiri dari tempat duduknya.
"Sulit dipercaya, ternyata kalian berdua benar-benar punya hubungan. Apa perlu aku memfoto kalian berdua dan mengirimnya pada grup obrolan kampus kita" Ucap Karin yang kini tidak bisa menahan amarahnya.
"Lakukan saja semaumu" ucap Naruto yang kemudian menarik tangan Hinata untuk mengikutinya
"Kenapa harus dia?" tanya Karin sambil mengusap air mata di pipinya.
"Kalian bisa selesaikan masalah ini, aku tidak ingin ikut campur" ucap Hinata yang mencoba pergi namun ditahan oleh Naruto.
"Kau menggodanya kan, sudah bisa ku tebak kau memang wanita yang tidak tau malu. Menggoda dosenmu sendiri, kau berharap bisa mendapatkan nilai yang bagus dengan memacari dosen mu sendiri. Apa orangtua mu tau kelakuan anak mereka seperti ini, menjadi simpanan dosen demi nilai baik" ucap Karin semakin meledak membuat Hinata hilang kesabarannya mendengar segala hinaan Karin padanya
"Orangtua saya tau, bahkan orangtua pak Naruto juga tau. Merekalah yang membuat kami menikah dan saya bukan simpanan dan saya bukan wanita penggoda, tolong jangan salahkan saya, kalian bisa selesaikan masalah kalian berdua, saya tidak ingin ikut campur. Saya ingin masalah kalian cepat selesai, sebagai istri sah saya merasa keberatan dan sangat terganggu jika suami saya selalu diganggu oleh mantannya." Ucap Hinata kemudia berjalan pergi meninggalkan Naruto dan Karin
"Kau dengar? Apa perlu ku perjelas lagi?" bentak Naruto pada Karin yang merasa sangat jengkel pada apa yang Karin lakukan dan katakan pada Hinata
"Jika kau terus seperti ini, aku akan benar-benar mengakhiri hidupku sendiri" ucap Karin mencoba untuk mengancam Naruto.
"Lakukan sesukamu" ucap Naruto yang kemudian berlari mengejar Hinata
Hinata yang kini berjalan dengan langkah kesal mencoba untuk menenangkan dirinya. Mungkin dirinya masih muda, tapi dia masih memiliki pemikiran yang jernih untuk mengatakan hal yang perlu dikatakan.
"Hinata..ayo kita pulang" ucap Naruto yang kini meraih tangan Hinata dan menggenggamnya.
"Aku bisa pulang sendiri" Hinata menepis tangan Naruto dari tangannya membuat Naruto sedikit kaget.
"Tapi kau kan naik mobil ku, kita pulang sama-sama saja" ajak Naruto yang mencoba untuk membujuk Hinata yang sedang kesal.
"Tidak usah" bentak Hinata membuat Naruto tersentak dengan ucapannya
"Dia pikir dia siapa bisa mengatakan hal seperti itu padaku, apa aku pernah menggodamu dan memintamu untuk menikahiku ? Tidak kan. Bukannya dia yang tidak tau malu"
Naruto mencoba untuk menenangkan Hinata yang sedang kesal, pemandangan baru bagi Naruto yang selama ini hanya melihat sisi tenang dari seorang Hinata, ternyata bisa memiliki sisi garang juga.
"Kenapa kau tidak menikahinya saja, supaya aku bisa hidup dengan tenang" bentak Hinata pada Naruto, Hinata bahkan tidak memberikan kesempatan pada Naruto untuk bicara dan menjelaskan semuanya.
"Dia itu tidak cinta, tapi dia terobsesi pada mu. Memangnya kenapa jika aku istrimu, memangnya ada yang salah?" tanya Hinata dan Naruto hanya menjawab dengan menggelengkan kepala
"Memangnya kenapa jika Hinata, kenapa dia begitu kaget saat tau aku Hinata. Apa aku seburuk itu menikah dengan dosen sepertimu" emosi Hinata juga sama meledak-ledak saat membicarakan Karin dan Naruto yang masih berusaha menenangkan amarah istrinya itu juga sedikit kewalahan.
"Kita pulang dula ya, nanti kujelaskan dan ceritakan semuanya dirumah." ajak Naruto yang kini menuntun Hinata untuk masuk ke mobilnya untuk segera pulang kerumah.
Sepanjang jalan, Hinata hanya memasang wajah cemberutnya. Tidak menyangka bahwa hari ini ditutup dengan pertengkaran antara mereka. Hinata bahkan tidak mengerti mengapa mankan kekasih Naruto masih saja mengganggu Naruto.
Sesekali Naruto melirik ke arah Hinata, ingin mengajak Hinata bicara tapi masih merasa takut pada tampang sangar istrinya saat itu. Naruto hanya pasrah dan menunggu emosi Hinata mereda.
Sesampainya dirumah, Hinata langsung berjalan menuju kamarnya dengan cepat dan mengunci pintu kamarnya sehingga Naruto tidak bisa masuk dan mengajaknya bicara.
Berkali-kali Naruto mengetuk pintu dan meminta Hinata untuk berbicara tapi tetap saja tidak ada jawaban dari dalam kamar Hinata. Kali ini, Hinata benar-benar marah.
Ponsel Naruto sedari tadi berdering dan menampilkan nama Karin di layarnya. Entah apa yang dipikirkan wanita itu, semuanya berantakan karna kehadiran Karin hari ini.
Naruto hampir saja memblokir nomor ponsel Karin namun kembali berpikir sejenak, takut jika Karin benar-benar melakukan hal yang diluar kendalinya. Hanya itu yang Naruto takutkan, berharap Karin akan mengerti dengan keadaan yang sudah terjadi sekarang, namun nyatanya Karin malah makin menggila.
.
.
To Be Continue..
Update malam-malam..
Jangan lupa vote guys, biar gak ngantuk 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate but Love
RomanceMenceritakan seorang Dosen yang dipaksa menikah dengan Wanita yang ternyata adalah Mahasiswanya sendiri. Semua menjadi rumit ketika satu kesalahan fatal terjadi diantara keduanya.