Part 44

302 20 0
                                    

Hinata meringis kesakitan saat merasa perutnya sangat nyeri sama seperti saat ia akan melahirkan anak pertama mereka. Sudah pukul 10malam dan Naruto tampak sudah lelap dalam tidurnya. Dengan sisa tenaga yang ada, Hinata menepuk pundak Naruto untukmembangunkan suaminya itu.

"Naruto..perutku..perutku sakit.." dengan sambil merintih kesakitan, Hinata meremas baju yang dikenakan Naruto. Tidak lama, mendengar suara Hinata, Naruto segera bangun dan memeriksa istrinya itu. Saat melihat istrinya kesakitan sambil memegangi perutnya Naruto dengan sigap menggendong istrinya untuk segera menuju Rumah Sakit.

"Ibu..perut Hinata sakit, kita akan kerumah sakit sekarang" ucap Naruto saat kebetulan melihat ibunya yang masih terbangun dan sedang menonton TV diruang tamu. Dengan segerajuga Kushina mengambil ponselnya dan segera mengikuti langkah Naruto menuju mobil dengan perasaan panik bukan main.

Sesampainya dirumah sakit, Hinata langsung ditangani oleh tim medis yang juga dengan sigap saat mereka tiba di rumah sakit dengan Hinata yang terus meringis kesakitan di gendongan suaminya.

"Ibu Hinata dulu riwayat melahirkannya dengan operasi, untuk saat ini pun juga harus dioperasi karena plasenta atau ari-ari bayi menutupi jalan lahir, jika tidak segera dilakukan operasi, pasien akan mengalami perdarahan yang cukup serius" jelas dokter pada saat itu pada Naruto dan Kushina.

"Apapun itu dok, lakukan yang terbaik untuk istri saya" jawab Naruto pasrah

Setelah mendatangani surat persetujuan tindakan operasi, Hinata segera dibawa keruang operasi, Naruto lagi-lagi harus melewati masa-masa dimana dia merasa sangat cemas akan kondisi istrinya itu dan Hinata harus melewati masa-masa diruang operasi lagi.

"Yaampun..aku lupa membawa Boruto" ucap Naruto baru sadar dan teringat bahwa mereka meninggalkan Boruto dirumah karna terlalu panik dan lupa membawanya.

"Tenang saja, Boruto kan sudah ada pengasuhnya,ibu sudah telpon tadi dan katanya Boruto tidur sekarang jadi tidak usah terlalu khawatir, kita berdoa saja agar operasi Hinata berjalan dengan baik" ucap Kushina menenangkan Naruto.

2 jam berlalu, namun masih belum ada tanda-tanda operasi selesai. Naruto menunggu dengan sangat cemas, takut jika kondisi Hinata menurun lagi sama seperti saat melahirkan anak pertama mereka.

Pintu ruang operasi terbuka memperlihatkan sebuah keranjang bayi dengan bayi didalamnya sedang didorong oleh petugas menuju ruang bayi. Naruto hanya melihatnya berlalu karna tidak tahu jika itu anaknya dan mengira itu adalah anak dari pasien lain.

Sesaat setelah itu, terlihat Hinata yang terbaring belum sadarkan diri sedang di dorong menuju ruang perawatan. Melihat itu, Naruto dengan cepat menghampiriHinata dan ikut mendorong bed Hinata menuju ruang perawatan.

"Kondisi pasien masih lemah, jika pasien bangun jangan dulu berikan makanan ataupun minuman sebelum dokter mengatakan boleh untuk diberikan makanan dan minuman untuk menghindari pasien mual atau muntah setelah operasi. Jadi,jika pasien haus atau lapar, mohon ditunggu dan bersabar dulu sampai dokter melakukan pemeriksaan lanjut pada pasien setelah operasi" jelas salah satu perawat yang juga membawa Hinata menuju ruang perawatan

"Bagaimana kondisi istri saya,apa baik-baik saja, apa tidak perlu pasang selang di hidung? Bagaimana jika istri saya sesak nafas?" tanya Naruto saat melihat tidak ada alat medis yang dipasang di tubuh istrinya kecuali infus yang terpasang ditangannya.

"Tidak perlu pak, kondisi ibu Hinata memang masih lemah tapi kondisi fisik dan yang lainnya baik-baik saja, hanya lemah karna masih ada efek bius ditubuhnya, tidak perlu pasang oksigen juga karna pasien tidak sesak nafas, kadar oksigen dalam tubuhnya normal" jelas perawat tersebut pada Naruto

Naruto terdiam berusaha menecerna penjelasan yang diberikan oleh perawat. "Maaf ya, saya banyak bertanya" ucapnya

"Tidak masalah pak, saya mengerti. Bayi bapak sudah kami bersihkan, bapak bisa melihatnya di ruang bayi, nanti perawat kami akan antarkan, untuk namanya cari saja keranjang bayi dengan nama BY.NY.Hinata tertulis di keranjang bayi bapak. Jika tidak ada yang ditanyakan lagi, saya permisi ya pak. Beritahu kami jika ada yang dibutuhkan" Jelas perawat tersebut yang kemudian pergi dari ruangan tersebut.

Naruto beralih ke Hinata yang kini tampaknya sudah bangun, dengan segera Naruto meraih tangan Hinata.

"Hinata..katakan apa yang sakit, biar aku panggilkan dokter" ucap Naruto panik

Hinata hanya menggelengkan kepalanya pelan saat mendengar perkataan Naruto. Masih terlihat lemah tapi Naruto merasa sedikit lega saat mengetahui bahwa Hinata baik-baik saja, berbeda dengan kelahiran anak pertama mereka.

"Sayang..terimakasih sudah berjuang" Naruto memeluk Hinata dengan hati-hati takut Hinata kesakitan. Naruto sangat senang dan lega saat melihat Hinata baik-baik saja tidak seperti saat mepalirkan anak pertama mereka.

"Ibu akan pergi ke ruangan bayi, ibu tidak sabar ingin melihat cucu perepuan ibu." ucap Kushina

"Baik bu, ibu duluan saja. Aku masih ingin bersama Hinata" ucap Naruto pada Kushina yang kini sudah bergegas menuju ruangan bayi untuk melihat cucunya yang baru saja lahir.

.
.

Beberapa tahun kemudian..

"Sudah ayah bilang berkali-kali jangan balapan jangan balapan, apa kurang jelas?" bentak Naruto pagi itu saat berada di kamar Boruto yang ternyata baru pulang jam 4 pagi dengan luka lecet di tangan dan kakinya.

"Ada apa?" tanya Hinata yang penasaran dengan suara ribut pagi itu.

"Aku bilang juga apa..kamu terlalu memanjakan anak ini, lihat yang dia lakukan tidak bermanfaat sama sekali dan malah mencelakakan diri sendiri" Naruto kesal saat itu karna Boruto tidak pernah mau mendengarkan nasihatnya.

"Jangan marah pada ibu, aku yang salah" ucap Boruto saat mendengar Naruto menyalahkankan Hinata atas apa yang terjadi pada dirinya.

"Kita perlu bicara" ucap Hinata menarik tangan Naruto menuju kamar milik mereka.

Sesampainya di kama, Naruto hanya diam dan terlihat sangat kesal. Pikirnya, Hinata pasti akan membela Boruto lagi membuat anak itu manja dan tidak disiplin.

"Aku tau Boruto salah dan sangat-sangat salah. Sejak kecil dia jarang memiliki waktu denganmu, bahkan sampai sekarang pun begitu karna kau juga sangat sibuk bekerja, akhirnya dia mencari kesenangannya diluar. Aku tidak pernah mendukung apa yang Boruto lakukan, tapi bisakah kau bicara dengan lebih baik padanya" jelas Hinata

"Bicara yang lebih baik bagaimana maksud mu, setelah apa yang anak itu lakukan. Hinata..aku bukan marah tanpa alasan, sebagai seorang ayah aku khawatir pada anak kita, dia selalu pulang malam dan pulang dengan luka lecet seperti itu. Orangtua mana yang akan membiarkan anaknya membahayakan nyawanya seperti itu" ucap Naruto tambah kesal.

"Aku tau..aku tauu..tapi nada bicaramu yang seperti itu hanya akan membuatnya membencimu, dia tidak akan menurut padamu saat kau membentaknya dan memarainya, dia akan semakin marah padamu dalam hatinya dan akan diam-diam memusuhimu, karna pada dasarnya hubungan kalian sudah tidak baik" ucap Hinata.

Naruto hanya diam, mengusap wajah kasar. Ucapan Hinata ada benarnya juga karna dirinya dan Boruto tidak terlalu dekat.
.
.
Hi..apa masih ada yang bangun..
Sorry..baru update karna banyak yang dikerjakan. Semoga tetap mau baca ya 🙏🙏

Hate but LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang