Part 24

286 17 11
                                    

"Kak Hinata" seru Karin saat melihat Hinata masuk kerumah dengan membawa koper dan 1 tas tangan miliknya. "Ada apa?" lanjutnya sesaat melihat wajah Hinata yang terlihat sangat murung.

"Aku kembali kerumah" jawab Hinata singkat tanpa menghentikan langkahnya menuju kamar miliknya.

"Ibu sedang tidak ada dirumah, sedang keluar. Hanya ada aku saja-" perkataan Hanabi terpotong saat Hinata masuk ke kamar dan mengunci pintu kamarnya meninggalkan Hanabi dengan wajah bingungnya.

Saat dikamar, Hinata merebahkan tubuhnya di ranjang miliknya yang sangat ia rindukan, setelah menikah dengan Naruto, dirinya sama sekali belum sempat untuk pulang kerumah.

Hinata mengambil ponsel miliknya dan melihat tidak ada satu pun pesan masuk atau panggilan masuk di ponselnya. Memangnya apa yang Hinata harapkan dari seorang lelaki yang belum bisa melupakan masalalunya, begitu pikir Hinata. Dia tersenyum miris, memikirkan betapa sialnya dia bertemu dengan lelaki, entah itu Toneri atau Naruto mereka sama saja hanya berbeda cara menyakiti hati Hinata.

Sesampainya dirumah, Naruto mencari keberadaan Hinata, namun tidak menemukan apapun, keadaan kamar Hinata pun terlihat berantakan dengan pintu lemari terbuka dengan isi yang sudah kosong didalamnya, menandakan Hinata sudah pergi dari rumah.

Menyadari akan hal itu, Naruto dengan segera melajukan mobilnya menuju kediaman keluarga Hiashi karna Naruto tau Hinata pasti pulang kerumah ibunya.

"Hinata dimana?" tanya Naruto pada Hanabi yang saat itu membukakan pintu untuknya.

"Kak Hinata melarangku menyuruh kak Naruto masuk, akan ku panggilkan kak Hinata saja kesini" Hanabi berlari menuju kamar Hinata dan memberitahu bahwa Naruto ada di depan rumah mereka.

"Ada apa?" tanya Hinata yang muncul dari balik pintu pagar rumah itu. Pemandangan yang pertama Hinata lihat adalah penampilan Naruto yang terlihat acak-acakan, padahal pria itu biasanya selalu tampil rapi.

"Aku..aku ingin menjelaskan semua kesalahpahaman ini. Tolong beri aku kesempatan" ucap Naruto memohon pada Hinata

"Keputusan ku sudah bulat, wajar kau selama ini baik padanya karna dia sedang mengandung anakmu" ketus Hinata tanpa memandang ke arah Naruto

"Kau percaya aku melakukan itu ? Bahkan saat masih menjadi kekasihnya, aku tidak pernah menyentuhnya. Kenapa aku harus mengakui yang bukan milikku" jelas Naruto mencoba untuk meyakinkan Hinata

"Apa yang bisa ku harapkan dari pernikahan palsu dengan seorang pria yang sudah menjalin hubungan selama 2 tahun dengan kekasihnya, apa itu masuk akal jika kau begitu cepat melupakan Karin. Kau bahkan menemuinya saat kita bersama" ucap Karin yang dengan usaha keras untuk menahan air matanya supaya tidak terjatuh.

"Dengar, aku baik padanya hanya karna sebatas kasihan, karna dia tidak punya siapa-siapa saat ini" jelas Naruto

"Tidak!! Kau baik padanya karna dia mengandung anakmu, itu alasanmu baik padanya, selalu menemuinya" Kini tangis Hinata tidak dapat terbendung lagi, semuanya pecah saat itu juga. Naruto hanya terdiam saat melihat Hinata menangis, pasalnya selama ini dia tidak pernah melihat Hinata menangis begitu.

Hinata mengeluarkan kalung dari kerah bajunya, kalung yang dirantainya terdapat cincin pernikahannya dengan Naruto.

"Aku tidak pernah berharap bisa menemukam laki-laki baik didunia ini, semuanya sama aja, hanya berbeda cara menyakiti. Seperti pernikahan kita yang asing, aku harap kita akan tetap asing" ucap Hinata melempar kalung yang di tangannya ke arah tanaman yang ibunya tanam selama ini lalu pergi meninggalkan Naruto yang malah fokus ke arah Hinata melempar kalung itu.

Naruto berusaha mencari kemana larinya kalung Hinata, sedikit kesusahan untuk mencarinya namun akhirnya dapat juga. Naruto menatap cincin pernikahan yang ada pada kalung tersebut. Sama seperti Hinata, Naruto pun menjadikan cincin pernikahan mereka sebagai kalung. Namun Naruto semakin sedih saat tau akan hal itu, karna dirinya menyangka bahwa Hinata tidak pernah mau menyentuh cincin pernikahan mereka.

Seakan tidak ada harapan untuk sekarang, Naruto memilih untuk kembali kerumah sakit, mencoba untuk menyelesaikan kesalahpahaman itu pada ibunya. Tidak ada pilihan lain selain menunggu amarah Hinata mereda.

"Bagaimana kondisi ibu saya, dok ?" tanya Naruto pada dokter yang menangani Kushina

"Kondisinya mungkin sekarang masih belum stabil, karna pasien memiliki riwayat penyakit jantung, mungkin pasien akan sangat mudah lelah. Namun yang perlu diperhatikan, jangan membuat atau menyampaikan sesuatu yang dapat membuat pasien shock atau terkejut karena bisa berakibat fatal bagi pasien" Jelas dokter pada Naruto.

Melihat kondisi ibunya, Naruto merasa sedih akan apa yang menimpa dirinya dan keluarganya karena tingkah dan kebohongan yang Karin katakan pada ibu dan istrinya.

"Naruto.." panggil Karin dengan penampilan yang juga acak-acakan dan air mata yang kering di wajahnya.

"Kau pulang saja, aku tidak bisa antar dan juga..aku tidak ingin marah, tidak ada tenaga untuk marah, jadi tolong kamu pulang" ucap Naruto dengan nada datar namun dengan penekanan yang tegas disetiap katanya.

"Tapi, aku tidak bawa uang untuk bayar taksi. Karena terburu-buru kesini, aku lupa membawa tas" ucap Karin

Tanpa mengatakan apapaun, Naruto memberi beberapa lembar uang untuk membayar biaya taksi Karin.

"Kau belum jawab pertanyaanku" ucap Karin lagi sebelum pergi

"Kau mau membantuku kan?" seolah tidak tau malu, Karin terus saja membahas sesuatu yang tidak ingin Naruto bahas

"Pulang sekarang!"

Naruto
"Kau sudah makan?"

"Jangan sampai terlambat makan malam"

"Sudah tidur?"

"Aku tidak masuk mengajar besok, karena harus menemani ibu di rumah sakit"

Beberapa pesan yang dikirim Naruto ke Hinata tidak membuahkan hasil. Hinata sama sekali tidak menjawab dan membalas pesan dari Naruto.

Naruto kini bingung dengan yang ia lakukan sekarang, Hinata sama sekali tidak mau menggubrisnya lagi. Naruto mengusap wajahnya kasar.

Naruto merasa geram dengan Karin namun tidak bisa menyakiti Karin apalagi membenci wanita itu. Padahal dirinya sudah cukup yakin untuk tidak lagi ingin bertemu Karin namun mengapa takdir selalu saja mebuat dirinya bertemu dengan wanita itu.

Entah apa yang harus Naruto lakukan sekarang, Hinata benar-benar tidak memberi kan kesempatan untuknya menjelaskan apa yang sekarang terjadi. Naruto hanya bisa memandangi cincin pernikahannya dengan Hinata. Entah kapan waktunya Hinata akan membawa surat cerai padanya.

Naruto bahkan tidak punya energi untuk sekarang, mengingat dirinya baru saja mengalami hal buruk dalam hidup.

Jika harus memilih, membujuk Hinata atau membantu Karin, Naruto masih belum bisa memberikan jawaban bahkan pada dirinya sendiri. Dia sudah mulai menaruh hati pada Hinata yang kini adalah istrinya, namun disisi lain Naruto juga tidak tega jika harus membiarkan Karin melewati masa sulitnya sendiri apalagi Naruto tau bahwa Karin sekarang sedang mengandung.
.
.
TBC..
Jangan lupa vote guys, maaf jika tidak nyambung dan banyak typo.

Jangan lupa vote guys, maaf jika tidak nyambung dan banyak typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hate but LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang