"Pak.." lirih Hinata menatap dada bidang Naruto, saking tidak berani menatap mata Naruto. Ia mencoba berdiri menjauhkan diri dari Naruto, namun tidak bisa karna tangan Naruto melingkar menahan pinggangnya.
"Maaf" ucap Naruto yang akhirnya melepaskan tangannya dari pinggang Hinata. Hinata bangkit berdiri dan berlari ke kamarnya. Naruto yang melihat itu mengusap wajahnya dan merasa bingung kenapa dia tiba-tiba memeluk Hinata.
Naruto yang kepikiran tentang kejadian tadi, mengingat wajah Hinata yang memerah, membuat Naruto merasa bersalah karna sudah membuat Hinata terkejut. Naruto berniat untuk menyusul Hinata, namun terlalu takut jika membuat Hinata tidak nyaman lagi.
Handphone Naruto disaku terasa bergetar, ia lalu meraihnya dan melihat nama Karin di layar Handphonenya. Sebenarnya, Naruto merasa malas berurusan dengan Karin lagi, tapi entah kenapa perasaannya tidak bisa mengabaikan Karin begitu saja.
"Ada apa?" tanya Naruto singkat saat menggeser ikon berwarna hijau di Handpohonenya
"Tolong jemput aku, aku sedang di club Bintang dan aku tidak membawa kendaraan. Aku mabuk sekarang" Suara Karin terdengar hampir tidak jelas karna suara musik yang begitu nyaring, nadanya pun seperti orang yang sedang mabuk. Tidak menunggu lama, Naruto menyambar kunci mobilnya dan bergegas ke tempat yang disebutkan oleh Karin.
Sesampainya di sebuah Club, Naruto melihat Karin sedang terduduk dengan posisi kepala di atas meja. Tidak sulit mengenali Karin, karna warna rambut mencoloknya membuat Naruto dengan mudah mengenali wanita itu. Naruto segera menghampiri Karin dan menarik bahu wanita itu bermaksud untuk membuatnya sadar. Saat Karin bangun dan menatap Naruto, Karin tersenyum dengan air mata memenuhi wajahnya.
"Sudah kuduga, kau masih mencintaiku" Karin tersenyum puas kemudian memeluk pinggang Naruto. Naruto hanya diam, tidak mengerti apa sebenarnya yang diinginkan Karin tapi disisi lain, Naruto sangat khawatir.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Naruto dengan raut wajah khawatir, lalu segera menggandeng tangan Karin dan membawanya keluar dari tempat itu. Naruto mengantarkan Karin ke apartemen milik wanita itu. Naruto membantu Karin keluar dari mobil Naruto, mengantarkan Karin sampai ke depan kamar apartemennya.
"Masuklah" Naruto melepaskan tangannya dari pinggang Karin namun Karin masih enggan melepaskan pelukannya pada Naruto.
"Kau juga ikut masuk, Naruto. Aku ingin cerita" Karin menarik Naruto masuk ke dalam kamar apartemennya.
Sementara di rumah Naruto, Hinata keluar kamarnya dengan mengendap endap takut jika Naruto masih di di ruang tamu. Hinata bernafas lega karna sepertinya Naruto sedang tidak ada dirumah. Pandangan Hinata tertuju pada sebuah ponsel di atas sofa dengan layar masih menyala menampilkan sebuah pesan dari Karin. Karna rasa penasaran yang sangat tinggi, Hinata meraih ponsel tersebut dan membaca isi pesan yang ada di ponsel Naruto.
Hinata mengangguk mengerti kemana Naruto pergi terburu-buru sampai meninggalkan ponselnya. Hinata meletakkan ponsel Naruto kembali ke tempat asal dia mengambil. Bergegas mengambil air minum dari dapur, lalu kembali ke kamarnya.
Hinata merebahkan tubuhnya kekasur, menatap langit-langit kamarnya, mengingat kejadian saat tubuhnya ditarik Naruto tiba-tiba sehingga menindih Naruto. Baru kali ini dirinya menatap wajah Naruto dari dekat, pikirnya bagaimana bisa wajah tegas Naruto terlihat merona saat Hinata menatapnya. Hinata mengacak-acak rambutnya frustasi mengingat kejadian saat itu.
.
.
"Cerita apa lagi, aku sibuk" ucap Naruto berusaha melepaskan genggaman tangan Karin dari bajunya."Tidak ada waktu untukku, tapi selalu ada waktu untuk Hinata" lagi-lagi Karin menyinggung soal Hinata pada Naruto
"Sudah kubilang, dia itu mahasiswa ku. Juga, kalaupun kami berdua punya hubungan, itu tidak ada sangkut pautnya lagi denganmu. Kau sendiri yang merusak hubungan kita" jelas Naruto membuat Karin semakin penasaran tentang hubungan Naruto dan Hinata
"Akan ku tanya langsung padanya, dan aku akan melarangnya untuk dekat lagi denganmu" Karin melepaskan tangannya dari baju Naruto dengan wajah kesalnya
"Jangan macam-macam, nanti dia salah paham. Sudah ku bilang tidak ada hubungan apa-apa" Bentak Naruto kesal pada Karin yang terus memojokkannya dengan pembahasan Hinata
"Kau takut?" tanya Karin membuat Naruto bernafas kasar saking kesalnya
"Aku lebih takut dekat denganmu. Sudah cukup, Karin. Jangan terlalu lancang denganku" ketika Naruto ingin pergi, tiba-tiba Karin memeluknya dari belakang
"Tapi, kau masih mencintai ku. Buktinya kau datang dengan cepat saat ku minta" Karin terisak dan Naruto bisa merasakan tubuh Karin bergetar karna tangisnya.
"Sudah cukup!!" Bentak Naruto melepaskan pelukan Karin darinya sedikit kasar sehingga Karin terdorong menjauh. "Kemana saja kau dulu, ketika aku benar2 mencintaimu, mengorbankan segala hal untukmu, kau malah bersama pria lain" lanjut Naruto dan langsung pergi meninggalkan Karim sendiri.
Naruto tiba dirumah dan baru menyadari bahwa ponselnya tidak ada di sakunya, saat masuk rumah dia melihat ponseonya ada di atas sofa dan segera mengambilnya. Naruto berjalan menuju kamarnya dan melirik ke arah kamar Hinata dan tiba-tiba suara pintu kamar Hinata terbuka.
"Selamat malam, pak." sapa Hinata menunduk dan ingin pergi ke dapur untuk mengembalikan gelas dan piring yang dia bawa ke kamar
"Hinata.." panggil Naruto menghentikan langkah Hinata. "Soal yang tadi, saya minta maaf. Saya hanya agak terkejut" lanjutnya
"Tidak pak, saya yang minta maaf. Karna tiba-tiba ada di depan bapak" ucap Hinata canggung
"Tidak apa-apa. Kembalilah tidur, besok saya masuk kelasmu" jelas Naruto
"I-iya pak, saya ke dapur sebentar" pamit Hinata dan bergegas menuju dapur membawa gelas dan piring di tangannya.
.
.
Hinata dan Naruto sedang menyantap sarapan pagi mereka di atas mejanya seperti biasanya."Kirimkan nomor rekeningmu" Naruto membuka percakapan dan di balas dengan wajah bingung dari Hinata
"Ada apa pak?" tanya Hinata bingung karna tiba-tiba Naruto menanyakan soal nomor rekeningnya
"Saya ingin kirim uang belanja, tidak mungkin kau minta dari orangtua mu kan." jelas Naruto dibalas anggukan oleh Hinata sambil mengetikkan nomor rekeningnya dan mengirimkannya lewat pesan ke nomor Naruto.
Naruto mengecek ponselnya dan terlihat mengotak atik ponselnya. "Sudah saya kirim" ucap Naruto. Hinata pun segera mengecek ponselnya
"Astaga..pak, ini serius saya dikirimi sebanyak ini, untuk apa?" tanya Hinata terkejut dengan nominal yang dikirimkan oleh Naruto sangat banyak bahkan lebih banyak berkali-kali lipat dari uang jajan yang orangtuanya beri setiap bulan
"Untuk belanja keperluan rumah, untuk bayar uang kuliahmu dan untuk membeli keperluan mu sendiri" jelas Naruto membuat Hinata tersenyum senang. "Kalau kurang, kau bisa bilang saja ke saya" Lanjut Naruto
"Ini sudah lebih dari cukup, pak. Terimakasih pak, sebenarnya tidak perlu terlalu banyak juga" Pikir Hinata, wanita mana yang tidak suka uang. Hinata tersenyum menatap Naruto dan dibalas senyuman tipis Naruto
"Ohh..bapak bisa tersenyum" celetuk Hinata yang segera menutup mulutnya, menyesal sudah berbicara seperti itu. Sedangkan Naruto menatapnya datar
"Maksudnya?" tanya Naruto memperjelas
"Maaf pak, saya hanya melantur" Hinata membenci mulutnya yang kadang seperti tidak diajarkan sopan santun itu.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate but Love
RomanceMenceritakan seorang Dosen yang dipaksa menikah dengan Wanita yang ternyata adalah Mahasiswanya sendiri. Semua menjadi rumit ketika satu kesalahan fatal terjadi diantara keduanya.