Part 16

325 20 3
                                    

Hinata perlahan membuka matanya memperlihatkan pemandangan di depannya, dada Naruto yang bidang dan aroma parfumnya yang lembut membuat Hinata tertegun. Detak jantungnya tidak bisa santai, pipinya memerah hanya dengan menatap Naruto.

Hinata menggerakkan tangannya menyentuh hidung Naruto yang tampak mancung, benar kata Ino, Naruto itu tampan hanya tertutup karena wajah juteknya saja.

Naruto terbangun ketika merasakan sentuhan di hidungnya dan sedikit kaget melihat bahwa Hinata yang menyentuh hidungnya. Naruto menatap mata Hinata lembut lalu tersenyum, dalam posisi masih memeluk Hinata.

"Maaf pak.." ucap Hinata mencoba melepaskan diri dari dekapan Naruto namun Naruto malah makin mengeratkan pelukannya

"Mau kemana?" tanya Naruto

"Mau turun ke bawah pak, mungkin ibu sedang memasak sekarang"

"Nanti saja, ibu tidak memasak" Naruto mengeratkan pelukannya, menyandarkan dagunya di pucuk kepala Hinata.

Sebenarnya Hinata merasa sangat gugup sekarang, walaupun Naruto adalah suaminya namun hal seperti ini tidak pernah terlintas di pikirannya. Keduanya yang dulu menerima pernikahan karna dijodohkan, kini sudah tidur bersama.

Hinata bisa mendengar dengkuran halus Naruto dan nafasnya yang teratur menandakan bahwa lelaki itu sudah tertidur lagi. Wajar saja, Naruto biasanya saat libur bangun pagi-pagi untuk berolahraga, kini malah kesiangan dan masih tidur.

Hinata yang perlahan melepaskan diri dari pelukan Naruto, keluar kamar dan mencuci wajahnya. Turun menuju dapur dan melihat hanya ada Asisten rumah tangga yang sedang menyiapkan makanan.

"Hinata" panggil Kushina yang terlihat baru saja masuk dari luar.

"Ku kira ibu yang memasak, saya ingin membantu. Ibu darimana?" tanya Hinata

"Baru selesai menyiram tanaman, kalian baru bangun?" tanya Kushina

"Iya bu, pak-ekhmm Naruto masih tidur" ucap Hinata sempat terpotong karna tidak ingin mertuanya tau bahwa dia masih memanggil Naruto dengan panggilan 'Bapak'.

"Begitu ya" jawab Kushina dengan senyumnya. "Kalian malam tadi begadang ya?" tanyanya lagi

"Mmm..tidak juga bu, mungkin karna pak Naruto sedang ingin bangun kesiangan saja" jelas Hinata

"Ibu kira karna kelelahan begadang bersama" gerutu Kushina membuat Hinata terkejut dan tersedak tau kemana arah pembicaraan Kushina.

"Ibu jika selalu bertanya hal seperti itu, nanti aku dan Hinata tidak mau lagi mengunjungi ibu" ucap Naruto yang tiba-tiba datang dari arah belakang.

"Ini, minum dulu" Naruto menyodorkan segelas air putih ketika melihat Hinata batuk karna tersedak.

Ketiganya duduk di depan meja makan sambil menunggu sarapan dihidangkan. Hinata yang bersikeras untuk membantu memasak, Naruto dan Kushina yang lebih bersikeras melarang Hinata dan hanya boleh duduk saya.
.
.
"Kami pamit dulu, bu. Jangan lupa makan" pamit Naruto

"Sering-sering berkunjung ya" Kushina melambaikan tangannya pada kedua anaknya itu

"Mau langsung pulang?" tanya Naruto sambil menoleh ke arah Hinata.

"Memangnya mau kemana pak?" Hinata malah tanya balik pada Naruto

"Mmm..kemanapun yang kamu mau" ucap Naruto padanya. Hinata menoleh ke arah Naruto bingung.

"Mau ke cafe sebentar?" tanya Naruto lagi dibalas anggukan oleh Hinata yang masih bingung.

Sesampainya di sebuah cafe, Naruto dan Hinata masuk dan duduk disana. Memilih menu yang ada disana. Keduanya hanya hening untuk beberapa saat dengan pikirannya masing-masing.

Hate but LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang