Part 39

405 18 0
                                    

Naruto berlari dengan segera masuk ke dalam rumah. Saat mendapat telepon dari Hinata, ia bergegas meninggalkan kelas pagi itu. Dengan wajah paniknya Naruto mencari keberadaan Hinata yang kini tengah berada di kamar dengan wajah kesakitan sambil memegang perutnya.

Naruto dengan segera menghampiri Hinata dan meraih tubuh istrinya. Dengan hati-hati Naruto menggotong Hinata ke dalam mobil dan segera menuju Rumah Sakit. Hinata yang terus meringis kesakitan membuat Naruto juga ikut panik dan kalang kabut.

Mobil terus melaju menuju rumah sakit, dengan segala kecemasan keduanya. Hinata terus meringis dan menangis karna nyeri hebat yang dia rasakan di perutnya. Cemas dan takut kini memenuhi pikiran Hinata.

Setelah menempuh waktu 20 menit ke rumah sakit, saat sampai Naruto dengan cepat menggotong tubuh istrinya ke dalam rumah sakit kemudian tenaga medis memindahkan Hinata ke atas bed pasien untuk segera dilakukan tindakan.

Naruto dilarang untuk masuk ke ruang tindakan. Dengan sangat frustasi Naruto terpaksa harus menunggu di luar.

Naruto sebenarnya ragu untuk menghubungi ibunya takut jika ibunya terkejut dengan kabar itu, tapi mau tidak mau Naruto harus menghubungi ibunya dan mengatakannya dengan pelan-pelan.

Ibunya pun segera menuju ke rumah sakit untuk menemui Naruto dan Hinata. Sampai sekarang pun Hinata masih belum keluar dari ruang tindakan. Kushina mencoba untuk menenangkan Naruto sembari menenangkan diri.

"Semua akan baik-baik saja" ucap Kushina menenangkan anaknya yang kini terlihat sangat khawatir akan keadaan istrinya.

Suara pintu terbuka, memperlihatkan seorang dokter yang bara saja keluar dari ruang tindakan, Naruto dengan segera menghampiri dokter itu.

"Bapak suaminya?" tanya dokter itu

"Iya, saya suaminya. Bagaimana keadaan istri dan anak saya?" tanya Naruto panik dan takut bercampur menjadi satu.

"Saya minta persetujuan untuk dilakukannya tindakan Operasi Caesar, karna kondisi ibu saat ini sangat lemah, air ketuban ibu tidak cukup untuk melahirkan normal pada saat ini" jelas dokter membuat Naruto tambah kalang kabut mendengar kondisi Hinata saat ini

"Apapun..apapun lakukan yang terbaik untuk istri dan anak saya dok" jawab Naruto dengan memohon pada dokter itu.

Setelah menandatangani surat persetujuan tindakan, dokter kembali ke ruang tindakan dan menutup pintu sehingga orang daei luar tidak bisa masuk.

Naruto mengusap wajah kasar, perasaannya menjadi sangat kacau sekarang saat mendengar kondisi istrinya. Pikirannya sudah kemana-mana membayangkan apa yang akan terjadi pada sang istri dan anak dalam kandungannya.

Kushina juga tidak henti-hentinya menenangkan Naruto, walaupun Kushina sendiripun sangat cemas dan takut pada kondisi Hinata.

"Saat melahirkan mu, ibu juga mengalami hal yang sama dengan Hinata" ucap Kushina pada Naruto yang kini masih dengan kepala tertunduk lemas

"Ibu mengalami perdarahan hebat sehingga ibu juga harus melalui operasi Caesar untuk melahirkan mu. Ibu juga takut, begitupun ayahmu, karna saat itu juga adalah pengalaman pertama kami menjadi orangtua. Tapi ibu meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja, ibu punya semangat untuk bertahan. Ibu yakin, Hinata pun sama, dia punya semangat untuk bertahan. Buktinya, kau dan ibu sekarang ada disini" Kushina masih terus berusaha menenangkan Naruto.

Naruto mendongak ke arah ibunya dan menatap ibunya, Naruto tau ibunya juga merasa takut dan cemas atas kejadian hari ini namun dengan tenang Kushina terus berusaha untuk membuat Naruto merasa tenang.

Naruto menggenggam tangan Kushina dengan erat.

"Aku ingin istri dan anak ku selamat, Bu." Tangis Naruto kini tidak bisa terbendung lagi. Dengan cepat Kushina membawa Naruto ke dalam pelukannya.

2 jam berlalu tidak ada tanda-tanda dari ruang operasi masih tertutup dengan rapat tak seorangpun dari luar yang dapat masuk ke dalamnya.

Kini Temari dan Ino sudah berada di rumah sakit setelah Naruto menghubungi mereka menggunakan ponsel milik Hinata.

Kedua temannya itu juga ikut menangis, khawatir dan cemas akan keadaan Hinata di dalam. Entah bagaimana keadaan Hinata sekarang, mereka tidak tau.
.
.
Anak kecil perempuan itu terus memegang tangan ibunya saat akan memasuki sebuah minimarket.

Tingkah lucunya menoleh ke kanan dan ke kiri membuat siapa saja yang melihatnya menjadi sangat gemas dan ingin memeluknya.

Pandangannya tertuju pada gambar ice-cream yang ada di box pendingin di minimarket itu. Dia bahkan terus menunjuk gambar itu membuat ibunya mau tidak mau harus mengikuti kemana ia mau pergi.

Tujuannya sampai pada box pendingin yang isinya adalah ice cream dengan berbagai bentuk dan rasa.

"Satu saja ya, nanti batuk" ucap ibunya dan di balas anggukan oleh anak kecil itu.

Ibunya mengambil satu ice-cream rasa Vanilla kesukaan anak kecil itu. Dengan sangat antusias dan semangat ia meraih ice cream itu dari tangan ibunya.

Ibunya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah lucu putrinya itu. Ia sangat bersyukur karna bisa melihat pertumbuhan putri kecilnya dengan baik.

"Sumire..jangan lari nanti jatuh" ucap Karin saat anaknya tampak berlari-lari menjauh darinya.

"Awww.." Sumire terpeleset karna kakinya tidak kuat menjaga keseimbangan tubuhnya. Melihat itu, Karin bergegas menghampiri putri kecilnya itu.

"Hei..hati-hati" ucap seorang pria saat melihat Sumire terjatuh. Dengan hati-hati ia membantu anak itu bangkit berdiri. Sumire hanya bisa menangis sambil memegang kakinya yang sakit.

"Sudah ibu bilang jangan lari" ucap Karin sedikit membentak anaknya karena merasa sangat panik saat melihat anaknya terjatuh, ditambah lagi menangis sangat kencang.

Tiba-tiba pria itu menggendong Sumire dan mencoba menenangkan tangisan anak itu.

Tidak lama setelah itu, Sumire terdiam sambil terus memandangi wajah pria itu dengan wajah bingungnya. Bingung karna dia tidak pernah bertemu pria itu sebelumnya.

Karin kemudian mengambil alih untuk menggendong anaknya.

"Maaf merepotkan" ucap Karin sembari membungkuk mengucapkan salam pada pria itu

"Tidak masalah, ini anakmu ya?" Tanyanya pada Karin

"Iyaa..dia anakku" jawabnya

"Cantik seperti ibunya, oiya perkenalkan nama saya Sasori. Hai..nama paman Sasori, namamu siapa?" Sapa Sasori pada ibu dan anak itu.

"Sumire.." jawab anak itu samar-samar hampir tidak terdengar oleh Sasori

"Namamu sangat cantik" ucap pria itu lagi membuat Sumire tampak tersipu malu mendengar perkataannya.

Karin hanya tersenyum melihat tingkah anaknya itu.

"Terimakasih..kami permisi dulu" pamit karin dan dibalas lambaian tangan oleh pria itu sambil tersenyum ke arah Sumire yang sedari tadi masih saja memandangi Sasori.
.
.
TBC..
Haii guyss..baru update maaf kelamaan, semoga suka dan jangan lupa vote ya.
.
.
Oiyaa..jangan lupa mampir di cerita aku satunya ya, jangan lupa vote dan tinggalkan komentar. Selamat membaca 🥰🥰🙏🙏

 Selamat membaca 🥰🥰🙏🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hate but LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang