Part 12

284 14 1
                                    

Naruto membaringkan diri ditempat tidur, menatap langit-langit kamarnya. Mengingat nama kontak yang menelpon Hinata pada saat itu. Naruto merasa kesal karna sebuah emoticon yang Hinata berikan pada akhir nama kontak itu.

"Cihh" seru Naruto tidak suka. "Memangnya apa urusannya denganku, jelas saja dia bisa berkencan dengan siapapun." Sangkal Naruto pada dirinya sendiri.

Sebenarnya Naruto sedikit bingung pada perasaannya akhir-akhir ini. Terlalu mengkhawatirkan Hinata untuk hal-hal kecil, selalu protes pada dirinya sendiri jika Hinata terlihat dekat dengan teman lelakinya, khawatir jika Hinata pulang terlambat dan itu benar-benar mengganggu bagi Naruto.

Naruto membuka pintu kamarnya dan keluar, melihat ke arah kamar Hinata. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba mengetuk pintu kamar Hinata.

"Ada apa, pak?" Hinata terkejut karna tidak biasa bahkan tidak pernah Naruto mengetuk pintu kamarnya malam-malam.

Naruto hanya diam, menatap wajah cantik Hinata. Tidak bisa dipungkiri, tidak sulit untuk suka pada Hinata, wanita dengan wajah cantik dan anggun, walau kadang sikapnya tiba-tiba aneh. Hinata pun bingung melihat Naruto yang hanya diam memandangnya.

"Maaf.." Naruto menggaruk tengkuknya dan memalingkan wajah dari Hinata. "Saya hanya ingin melihat kamu" lanjutnya lagi.

Hinata memasang wajah sangat bingung dengan pernyataan Naruto. "Hah?" tanya Hinata terkejut

"Maksudnya, saya kira kamu tidak ada di kamar" Jelas Naruto terbata-bata

"Saya sedang mengerjakan tugas kuliah, pak" Hinata menunjuk meja belajarnya.

"Saya bisa bantu jika ada yang kurang kamu pahami" ucap Naruro semangat

"Hah?" Hinata semakin bingung. Bagaimana bisa dosen sejutek Naruto mengatakan hal tersebut padanya dirumah. Sejak kapan mereka menjadi sedekat itu.

"Jika tidak mau, tidak usah" lanjut Naruto dan segera memalingkan tubuhnya meninggalkan Hinata, tapi terhenti saat Hinata menarik lengan baju Naruto.

"Ehh..maaf pak" Hinata dengan cepat melepaskan tangannya dari lengan baju Naruto. "Sebenarnya ada bagian yang tidak saya mengerti. Sepertinya saya butuh bantuan bapak" lanjutnya.

Naruto dan Hinata kita berada di depan meja belajar Hinata yang ada di kamar Hinata. Hinata menjelaskan bagian yang tidak ia mengerti, dan Naruto menjelaskan bagian yang tidak Hinata mengerti hingga Hinata bisa menjawab soal yang diberikan.

Tidak hanya itu, Naruto juga memberi tips-tips belajar dengan mudah dan dapat dengan cepat dipahami oleh Hinata. Sesekali Hinata melirik ke arah Naruto yang dengan fokus menjelaskan materi. Hinata tersenyum, ternyata dosen yang terkenal jutek itu punya sisi lembut yang tidak diketahui mahasiswa lain.

"Kau mengerti sekarang?" tanya Naruto

"Jauh lebih mengerti dibandingkan ketika di kampus pak" jawab Hinata sambil tersenyum

"Kau bisa bertanya pada saya jika ada yang kurang dimengerti. Tapi ingat, saya hanya menjelaskan cara mengerjakannya, bukan memberitahu jawabannya." tegas Naruto dan dibalas anggukan oleh Hinata.

"Tentang yang tadi. Jangan terlalu terang-terangan" ucap Naruto membuat Hinata bingung dengan perkataannya.

"Maksud saya, orang yang menelepon mu tadi. Jangan terlalu terang-terangan, takut jika orangtuamu tau, mereka pasti kecewa pada kita" jelas Naruto. Entah bagaimana Naruto bisa seberani itu mengatakan hal yang tidak seharusnya ia katakan.

"Oh itu..iya pak, saya sudah mengubahnya. Sebenarnya itu hanya teman" Naruto menatap mata Hinata yang sedari tadi tidak berani menatapnya, entah karna malu atau karna takut ketahuan sedang berbohong.

"Saya tau saya tidak berhak ikut campur urusan pribadimu, tapi akan sangat fatal jika orangtua kita tau bahwa kita tidak dekat. Karna itu saya ingin mengakrabkan diri supaya tidak perlu terlalu canggung jika bertemu dengan orangtua kita" Jelas Naruto

"Iya pak, saya mengerti" jawab Hinata yang langsung menundukan kepalanya saat mendengar perkataan Naruto. Apa yang dikatakan Naruto sangat benar, meskipun itu adalah pernikahan palsu, namun akan sangat mengecewakan jika orangtua mereka tau bahwa mereka tidak dekat. Setidaknya, Hinata harus bertahan sampai semua berakhir.
.
.
"Ada apa?" tanya Naruto saat melihat Karin masuk keruangannya di kampus.

"Hanya ingin mengajakmu makan siang" jawab Karin yang kini sudah duduk di atas meja menghadap ke arah Naruto.

"Aku tidak lapar" ucap Naruto singkat. Naruto jengkel melihat sikap Karin, berbeda saat masih menjadi kekasihnya dulu, Naruto akan senang jika Karin masuk keruangannya.

"Kau lapar, ayo makan bersama. Aku lapar, lagian tidak hanya kita berdua, ada Pak Sasuke dan Pak Iruka menunggu di kantin" Karin terus merengek hingga menarik-narik tangan Naruto membuat Naruto terpaksa mau tidak mau mengikuti kemauan Karin.

Sesampainya di Kantin, Naruto dan Karin duduk di tempat yang sama dengan Sasuke dan Iruka. Mereka mengambil makanan bersama dan menyantapnya selama jam istirahat.

Hinata dan teman-temannya terlihat menuju ke Kantin. Hinata melirik ke arah Naruto yang didepannya ternyata ada Karin. Seperti sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu, Hinata tidak terlalu memperdulikan apa yang dia lihat.

"Hai, saya boleh gabung?" tanya Toneri sambil memegang nampan makanannya di depan meja Hinata dan teman-temannya.

"Ohh..Kak Toneri, dengan senang hati" Ino yang langsung mempersilahkan Toneri duduk berhadapan dengan Hinata, dan Toneri yang langsung duduk bergabung dengan geng Hinata

"Mana teman kakak yang lainnya, hanya sendiri?" tanya Ino penasaran karna biasanya Toneri selalu bersama teman-temannya.

"Mereka tidak ikut, oh iya..senang bisa bergabung dengan kalian" Toneri memperlihatkan senyumnya sambil menatap Hinata. Hinata yang tersipu hanya bisa membalas dengan senyum canggungnya.

"Ehh..kalian pernah dengar, salah satu rumor yang membuat satu Universitas heboh?" tanya Ino dengan wajah serius membuat yang lainnya ikut penasaran

"Apa itu?" tanya Hinata penasaran

"Dulu ada gosip yang mengatakan Pak Naruto dan Bu Karin adalah sepasang kekasih" Jelas Ino, membuat Temari dan Toneri terkejut lantas mengarahkan pandangan mereka ke arah meja Naruto yang sedang makan berhadapan dengan Karin.

Hinata melihat ke arah Naruto, terlihat Naruto yang hanya diam menyantap makanannya, sedangkan Karin terlihat senang dan semangat dengan ceritanya.

Hinata yang tau akan kisah keduanya hanya memilih diam dan merasa kasihan pada Naruto. Bagaimana bisa Naruto duduk makan satu meja dengan wanita yang sudah menyakitinya. Naruto pasti merasa sedih tapi berusaha terlihat baik-baik saja karna gengsi tinggi.

"Tapi sampai sekarang tidak ada yang tau kelanjutan gosip itu" jelas Ino lagi

"Sudah Ino..makan saja makanan mu" ucap Hinata membuat Ino berhenti mengoceh.

"Hinata..mau kuambilkan minum ?" tanya Toneri

"Eh..tidak usah kak, saya bisa ambil sendiri" jawab Hinata

Toneri bangkit berdiri dan berjalan ke arah tempat air minum, dan kembali dengan 2 gelas air minum lalu memberikan satu pada Hinata.

"Padahal tidak usah repot-repot kak" ucap Hinata dan mengambil gelas air minum yang diberikan Toneri.

Tanpa Hinata sadari, sedari tadi Naruto memperhatikan dirinya dan Toneri yang tampak akrab, padahal Naruto tau betul bahwa Toneri bukan teman seangkatan Hinata.

Entah kenapa, Naruto merasa penasaran dengan lelaki yang sedang makan bersama Hinata. Naruto berdiri dari tempat duduknya dan bergegas pergi dari kantin meninggalkan yang lainnya.

Naruto merasa kesal karna Toneri terlihat membuat Hinata merasa tidak nyaman, namun Naruto tidak bisa berbuat apa-apa karna sedang berada di kampus.

"Keruangan saya sebentar" Hinata membuka sebuah pesan yang baru masuk ke ponselnya, Hinata sedikit terkejut melihat siapa yang mengirimkannya pesan dan ternyata itu adalah Naruto.
.
.
TBC

Hate but LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang