Part 4

395 21 1
                                    

Sesampainya di rumah, Naruto membaringkan diri di atas sofa. Mencoba melupakan apa yang telah terjadi barusan yang sangat membuatnya sangat kesal bahkan hanya sekedar memikirkannya. Naruto mencoba untuk tidak memberi ruang lagi kepada Karin, setelah diingat-ingat, banyak sekali kesalahan Karin yang sudah ia maafkan, kesalahan yang terakhir adalah yang paling fatal.

Sedikit terpejam beberapa saat, terdengar suara pintu terbuka menampilkan Hinata yang baru saja pulang. Melihat itu, Naruto bangkit dan duduk bersandar di sofa sambil melihat ke arah Hinata.

"Yang kau lihat tadi, aku bisa jelaskan" ucapan Naruto membuat Hinata menghentikan langkahnya dan memandang ke arah Naruto heran. "Itu temanku, kami hanya mengobrol" Hinata bingung dengan yang dikatakan Naruto padanya, karna dia pikir itu tidak terlalu penting untuk dijelaskan oleh Naruto dan tidak penting untuk didengar oleh Hinata.

"I-iya pak..saya mengerti. Saya ke kamar dulu" Hinata bergegas ke kamarnya tanpa menyadari Naruto menatapnya sampai dirinya lenyap dibalik pintu kamar.

"Dia pasti marah melihatku dengan wanita lain" dengan percaya diri Naruto mengira bahwa Hinata marah dan cemburu padanya saat melihatnya berduaan dengan wanita lain di cafe. Karena perbedaan umur yang cukup jauh, pemikiran kolot Naruto memang kadang tidak bisa ditebak.

Suara bel terdengar berbunyi, Naruto segara bangkit dari sofa dan membuka pintu. Terlihat Ibunya Kushina datang dengan membawa 1 koper besar beserta tas tangan yang tidak ketinggalan menyapa Naruto dengan senyum lebarnya. "Ibu rindu anak ibu, ibu akan menginap disini beberapa hari"

Mendengar ucapan ibunya, Naruto sangat terkejut karna ibunya datang tanpa pemberitahuan sedangkan dirinya dan Hinata selama ini tidur berpisah kamar, akan gawat jika ibunya tau.

"Ibu duduk disini dulu, aku akan panggilkan Hinata" Naruto bergegas ke lantai atas untuk memanggil Hinata serta memindahkan barang-barang Hinata ke kamar milik Naruro. Mendengar itu, Hinata pun ikut membantu Naruto memindahkan barang miliknya dengan terburu-buru dan seperti orang linglung. Setelah selesai, keduanya turun untuk menemui Kushina.

"Selamat malam bu, saya tidak tau kalau ibu datang. Kami belum mempersiapkan segalanya, kami juga belum memasak" ucap Hinata canggung dan sedikit ngos-ngosan.

"Ibu sudah makan, sayang. Ibu akan menginap disini beberapa hari karna ibu merindukan kalian berdua" Kushina menghampiri Hinata dan memeluknya, Naruto memutar bola mata malas dan hanya memasang wajah datar.

"Bagaimana Naruto, apakah sudah ada hasil?" tanya Kushina pada Naruto sedikit menggoda

"Apanya?" tanya Naruto singkat, tidak mengerti dengan pertanyaan yang ibunya lontarkan

"Bayi..ibu ingin bayiii" perkataan Kushina sukses membuat keduanya membulatkan mata, tidak menyangka ibunya akan menanyakan hal itu. Bagaimana bisa ada bayi, keduanya saja tidur berpisah.

"Tidak ada. Hinata masih kuliah dan masih muda, belum siap jadi ibu" jawab Naruto ketus pada ibunya

"Itu katamu atau kata Hinata?" tanya Kushina

"Benar, bu. Saya belum siap, karna masih sangat sibuk dengan perkuliahan" Hinata membuka suara dan menjawab pertanyaan Kushina

"Apa boleh buat" ucap Kushina lemas. Setelah beberapa saat mengobrol, akhirnya Kushina menuju ke lantai atas dimana tempa Hinata tidur dan menempati kamar tersebut selama menginap dirumah Naruto. Sedangkan Naruto dan Hinata sama-sama terlihat canggung satu sama lain di dalam kamar. Hening dan tidak bersuara, Hinata menata barang-barang miliknya di meja dan lemari milik Naruto.

"Pak..saya bisa tidur di lantai jika bap-" kata-kata Hinata terhenti ketika Naruto tiba-tiba bicara. "Tidur di kasur, saya tidak macam-macam" ucap Naruto yang membuat Hinata mau tidak mau juga harus tidur dikasur menyusul Naruto yang sudah berbaring membelakangi dirinya.

Hening beberapa saat, Hinata mencoba untuk memejamkan mata tidur tapi terasa sangat sulit. Bukan hanya karna lingkungan yang asing dan baru tapi karna ada orang asing dan Hinata tidak terbiasa tidur bersama orang lain, apalagi adalah seorang pria.

"Kau sudah tidur?" suara Naruto memecahkan keheningan dan membuat Hinata membuka matanya menoleh pada Naruto yang ternyata sudah berbalik arah melihat ke arah Hinata.

"Ada apa pak?" tanya Hinata sedikit canggung

"Yang tadi di cafe, itu temanku." lagi-lagi Naruto menjelaskan padanya siapa wanita yang bersamanya di cafe tadi. Hinata bingung harus menjawab apa selanjutnya.

"Iya pak, bapak sudah mengatakannya tadi. Tidak usah terlalu sering" jawab Hinata malas

"Biar kau tidak marah dan salah paham" kata yang keluar dari mulut Naruto hampir membuat Hinata terjungkal dari tempat tidurnya, sejak kapan Naruto terdengar seperti bapak-bapak.

"Tapi pak, saya tidak marah ataupun salah paham. Kita kan menikah karna dijodohkan, entah bapak berdua dengan teman wanita, kekasih atau apapun sebutan nya itu tidak akan berpengaruh, karna aku juga punya" jelas Hinata membuat Naruto melirik ke arahnya.

"Punya apa, punya pacar?" tanya Naruto penasaran menunggu jawaban dari Hinata

"Bukan pacar, hanya orang yang aku sukai. Saya yakin bapak juga punya. Jadi tidak perlu menjelaskan sesuatu yang jelas-jelas tidak ada hubungannya dengan perjanjian di awal, karna kita menikah hanya karna perjodohan" Hinata kembali berbaring membelakangi Naruto dengan perasaan kesal karna harus menghabiskan energi untuk bicara dan rasa kantuknya pun sudah hilang semuanya.

Naruto mengangguk mengerti dan kembali berbaring telentang menatap langit-langit kamar miliknya kemudia memejamkan mata dan tertidur.
.
.
tbc

Hate but LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang