Part 35

406 19 3
                                    

Hinata buru-buru memasang pakaian dan merapikan pakaiannya, begitupun dengan Naruto yang kini sibuk dengan sabuk celananya. Hinata merapikan rambutnya yang acak-acakan dan menyapu bibirnya yang kini penuh dengan lipstik yang berantakan.

"Maaf.." ucap Naruto menatap ke arah Hinata dengan perasaan bersalah.

Hinata tidak menjawab perkataan Naruto, bukan karna marah tapi karna malu. Naruto menarik tangan Hinata hingga Hinata terduduk di pangkuannya lagi.

"Kau marah? Maaf aku terlalu terburu-buru ya?" ucap Naruto lirih membelai dan merapikan rambut Hinata yang terlihat berantakan.

"Pak..lain kali jangan disini. Ini kan kampus, bagaimana jika ada yang dengar" protes Hinata

"Karna kamu terlalu menggemaskan, aku jadi tidak sadar kalau sekarang sedang di kampus" jawab Naruto tertawa kecil melihat wajah Hinata yang kini sudah merona.
.
.
Toneri menatap dingin ke arah Hinata yang baru saja keluar dari ruangan Naruto. Toneri curiga sejak saat mereka melakukan rekreasi kampus saat itu, Naruto dan Hinata tampak dekat.

Toneri penasaran dan ingin mencari tau, namun selalu tidak dapat menemukan jawaban.

"Hinata.." sapa Toneri mengejutkam Hinata yang berjalan ke arah kelas dengan wajah yang masih terlihat tersipu.

"Ehh..ada apa? Kenapa selalu muncul tiba-tiba" ucap Hinata.

"Apa yang pak Naruto bicarakan? Kenapa lama sekali?" tanya Toneri penasaran.

"Ada apa?" tanya Naruto yang kini ikut bergabung dengan Hinata dan Toneri.

"Ehh..pak Naruto. Tidak ada apa-apa pak" jawab Toneri.

"Apa saya tidak boleh panggil mahasiswa saya ke ruangan, saya hanya minta tolong Hinata untuk mengecek nama-nama mahasiswa yang mendapat nilai tinggi dan rendah karna itu Hinata lama. Apa Hinata harus izin dulu dengan mu?" tanya Naruto

"Tidak pak..saya hanya penasaran saja. Saya kira sedang apa"

"Sedang apa? Kamu mikirnya sedang apa? Kalian pacaran ya ?" tanya Naruto lagi lalu dibalas cepat dengan gelengan oleh Hinata.

"Ti-tidak pak, saya dan Hinata hanya berteman" jawab Toneri cepat

"Jika tidak, kenapa kau penasaran sekali tentang Hinata?" tanya Naruto lagi dengan tatapan dingin membuat Hinata sedikit takut dengan obrolan dua orang didepannya itu.

"Kami berdua memang sedang dekat pak, jadi hanya sedikit penasaran saja" jawab Toneri enteng.

Naruto melirik ke arah Hinata yang kini tampak hanya bisa menunduk.

"Semoga berhasil" ucap Naruto singkat lalu pergi meninggalkan Hinata dan Toneri.

Hinata menatap nanar ke arah punggung Naruto yang tampak pergi dengan rasa marah. Hinata merasa bersalah karna membiarkan Naruto mendengarkan omong kosong Toneri.

"Kau memang sudah biasa tidak sopan begitu ya, bahkan pada dosen ?" tanya Hinata pada Toneri.

"Apa yang kau lakukan di dalam sana, aku mendengar kalian berbisik, kenapa harus berbisik" tanya Toneri membuat Hinata sedikit gugup

"Kau menguping?"

"Tidak..hanya tidak sengaja mendengar. Kenapa kau marah pada Pak Naruto dan kenapa pak Naruto membujuk mu?" tanya Toneri semakin penasaran setelah mendengar sedikit samar-samar pembicaraan Hinata dan Naruto saat berada di dalam ruangan Naruto saat itu.

"Itu menguping namanya" enggan menjawab pertanyaan Toneri, Hinata bergegas pergi meninggalkan Toneri karna takut jika Toneri bertanya lebih jauh lagi padanya.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Lee pada Toneri yang sedari tadi tidak memalingkan tatapannya dari punggung Hinata yang semakin menjauh.

"Sepertinya ada sesuatu yang harus ku cari tau" ucap Tomeri samar tapi masih bisa didengar oleh Lee

"Apanya?" tanya Lee penasaran

"Ada..ikut saja denganku, nanti akan aku ceritakan".
.
.
Sesampainya dirumah, Naruto melihat Hinata sedang menonton televisi sambil memakan cemilannya. Tanpa menyapa, Naruto langsung beranjak ke kamarnya. Hinata tidak bisa berkata apa-apa saat melihat tingkat Naruto.

Untuk menebus rasa bersalahnya, Hinata menurunkan egonya sendiri untuk menyusul Naruto ke kamar dan bertanya keadaan Naruto.

"Kau harus mandi dulu, makan malam sudah siap" ucap Hinata saat melihat Naruto yang kini membaringkan diri di atas temoat tidur tanpa melepaskan pakaian kerjanya, dengan posisi membelakangi pintu.

Tidak ada jawaban dari Naruto membuat Hinata harus menghampiri Naruto dan duduk di tepi tempat tidur.

"Ada apa?" tanya Hinata dengan usapan lembut di lengan Naruto. Masih tidak ada jawaban dari lelaki itu.

"Baiklah, kalau begitu. Aku akan tidur di kamar ku saja malam ini" saat ingin beranjak, tangan Hinata di tahan oleh Naruto

"Padahal aku sedang marah, kenapa dibalas marah juga?" tanya Naruto kini dengan posisi duduk sambil menahan tangan Hinata. "Bukannya dibujuk, malah mau tidur di kamar lain" lanjutnya dengan wajah kesal.

"Kau dari tadi tidak menjawab, ku kira sudah tidur" jelas Hinata singkat.

"Apa karna kamu sedang dekat dengan Toneri Toneri itu?"

"Kau cemburu ?" tanya Hinata sedikit meledek ke arah Naruto.

"Tidak..hahaa..buat apa cemburu. Tidak sebanding dengan ku" jawab Naruto percaya diri.

"Bagaimana jika aku benar sedang dekat dengannya?" goda Hinata lagi.

"Kau dekat dengan lelaki lain setelah bercinta dengam suami mu ?" ucap Naruto balas menggoda Hinata.

"Narutoo.." gerutu Hinata malu memukul lengan Naruto

"Tapi kau benar sedang dekat dengan anak itu?" tanya Naruto masih penasaran.

"Tidak..kau tau, Aku pernah dijadikan bahan taruhan olehnya dan teman-temannya?"

"Taruhan?" tanya Naruto bingung dengan cerita Hinata.

"Jujur, aku memang menyukainya dari awal aku masuk kuliah bahkan saat sudah menikah pun aku masih menyukainya, kami pernah dekat. Tapi ternyata dia mendekatiku karna aku dijadikan barang taruhan, dia berusaha mendekatiku untuk bisa menang taruhan dan membuktikan bahwa tidak ada wanita yang tidak menyukainya" jelas Hinata membuat Naruto terdiam dengan cerita dari istrinya itu.

Pasalnya Hinata sangat jarang menceritakan keluh kesah dan masalahnya pada Naruto.

"Lalu, kenapa kamu masih terlihat akrab sekarang" tanya Naruto.

"Awalnya hanya karna ingin melihat bagaimana reaksimu" Hinata menunduk merasa malu pada Naruto. "Lalu semakin kesini, aku jadi ingin melihat orang itu mendapatkan apa yang seharusnya dia dapat karna kesombongan dan kelakuannya." lanjut Hinata

"Melihat reaksiku yang bagaimana?" tanya Naruto seolah tidak mengerti dengan cerita Hinata

"Ya reaksimu, tapi ternyata kau tidak peduli mau aku dekat dengan siapapun" ucap Hinata murung.

"Hinata..jadi kau dekat dengan Toneri dan mengesampingkan perasaan kecewamu padanya hanya karna ingin melihat bagaimana reaksiku ketika kau dekat dengannya?" tanya Naruto mulai mengerti kemana arah pembicaraan Hinata.

"Jelas aku marah karna istriku dekat dengan lelaki lain, tapi bukan begitu caranya. Aku sudah menunjukkan keseriusan ku padamu, apalagi yang mau kau lihat?. Kau malah mengesampingkan kecewamu padanya demi bisa memakainya sebagai bahan untuk melihat reaksiku. Padahal jelas-jelas aku akan marah jika kau terus berhubungan dengannya. Seperti saat itu saat kau menghabiskan waktu bersamanya, aku marah karna kenapa tidak menghabiskan waktu dengan ku saja?" tanya Naruto

"Maaf.." ucap Hinata lirih.
.
.
TBC..
Aduhh bingung, alurnya kemana lagi. Ada ide ?

Hate but LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang