Naruto terus mengetuk pintu kamar mandi berharap Hinata mau membukanya, karna Naruto merasa tidak enak jika membiarkan Hinata larut dalam rasa kesalnya karna sekarang Hinata sedang mengandung.
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka menampilkan Hinata dengan tubuh yang basah kuyup dipenuhi dengan busa.
"Aku lupa mengambil handuk, bisa tolong ambilkan untukku?" Tanya Hinata.
Senyum Naruto merekah saat Hinata membuka pintu kamar mandi, dengan cepat ia mengambil handuk untuk istrinya.
"Ini" Naruto menyodorkan handuknya, tapi saat Hinata menarik handuk Ari tangannya, Naruto menahan handuk tersebut kemudian ikut melangkah masuk ke dalam kamar mandi bersama Hinata.
"Aku sedang mandi, kenapa ikut masuk. Aku kan hanya memintamu mengambil handuk, bukan ikut masuk" ucap Hinata.
"Aku juga mau mandi, mandi bersama" ucap Naruto yang sekarang sudah melepas semua pakaiannya dan tidak ada yang tersisa.
Melihat itu, Hinata tidak bisa berkata-kata apapun lagi, selain membiarkan Naruto.
Naruto mendekat ke arah Hinata dan mengambil spons mandi yang Hinata pegang. Kemudian menggosok lembut bagian punggung Hinata, bagian yang sulit dijangkau oleh Hinata. Naruto dengan lembut dan hati-hati membersihkan punggung istrinya, sedangkan Hinata hanya diam dan membiarkan suaminya melakukan apa yang dia mau.
"Tidak boleh marah-marah, nanti bayi kita sedih. Lagipula, untuk apa marah-marah pada hal yang tidak penting. Lebih baik pikirkan kesehatan bayi kita, jangan sampai stress" ucap Naruto.
Hinata berbalik menghadap Naruto dan mengalungkan kedua tangannya di leher milik suaminya itu, lalu mengecup bibir Naruto.
"Aku tidak marah, untuk apa aku marah. Lagi pula dia sudah punya anak dan suami" jawab Hinata.
Naruto tersenyum dengan perlakuan istrinya, Naruto memeluk pinggang istrinya dan balas mengecup bibir Hinata dengan lembut.
"Kalau tidak marah, kenapa tadi tiba-tiba pergi dan mengunci pintu?" tanya Naruto lagi.
"Aku mau buang air kecil" jawab Hinata singkat
Naruto mengangguk mengerti dengan yang dikatakan Hinata. Keduanya menyelesaikan aktifitas mandi bersama sekitar 2 jam karna Hinata masih ingin berlama-lama berendam di dalam air ditemani oleh Naruto.
.
.
"Ibu khawatir, usia kehamilan Hinata sudah semakin mendekati hari kelahiran. Kita harus lebih ekstra menjaga kesehatannya, karna ibu tidak ingin kejadian yang dulu terulang kembali, ibu ingin Hinata melahirkan dengan keadaan yang sehat" ucap Kushina pada Naruto saat keduanya duduk di ruang tamu.Sudah beberapa bulan ini Kushina menginap dirumah anaknya itu untuk membantu menjaga Boruto dan memperhatikan kesehatan Hinata.
Hinata dan yang lainnya sudah tidur, sedangkan Kushina dan Naruto masih berbincang-bincang diruang tamu. Membicarakan tentang kesehatan Hinata yang harus diprioritaskan menjelang hari persalinannya nanti.
"Hinata juga menjaga kesehatannya dengan baik, dia lebih memperhatikan makanan yang ia makan dan juga Hinata teratur minum vitamin. Kehamilannya saat ini sedikit berbeda dengan yang dulu, dia lebih terlihat kuat dari kehamilan yang sebelumnya, karna itu aku yakin semua akan baik-baik saja" jelas Naruto tentang kondisi Hinata.
"Ibu yakin, kamu mampu menjadi ayah yang baik bagi anak-anakmu dan suami yang siap siaga menjaga istrimu. Ayahmu dulu juga sepertimu, walaupun dia sibuk dengan pekerjaannya tapi tidak pernah lalai menjaga ibu dan memperhatikan ibu. Ibu semakin yakin kalau kau ini memang mirip ayahmu" ucap Kushina mengusap lembut pundak Naruto.
"Ibu belum tidur?" Tanya Hinata yang tiba-tiba sudah ada ditangga dan turun menghampiri Naruto dan Kushina.
"Belum sayang, kenapa ada yang sakit?" Tanya Kushina
"Tidak ada Bu" jawab Hinata menatap ke arah Naruto. "Aku tiba-tiba ingin makan buah anggur yang ada di kulkas" lanjutnya lagi
"Biar aku ambilkan, kamu duduk saja disini" Naruto menuntun tangan Hinata untuk duduk di sofa, sedangkan dirinya bergegas menuju dapur dan membawakan anggur yang Hinata maksud.
"Nak..tidak ada masalah kan dengan perutmu?" Tanya Kushina lagi memastikan
"Tidak ada Bu, malam ini aku benar-benar merasa ingin sekali makan anggur, jadi aku terbangun dan Naruto masih belum ada di kamar, jadi aku turun saja untuk mengambil sendiri" jelas Hinata.
"Naruto sedang mengobrol dengan ibu disini" ucap Kushina
"Apa yang ibu dan Naruto bicarakan?" Tanya Hinata penasaran dengan dibicarakan ibu mertua dan suaminya itu hingga larut malam begini.
"Membicarakan tentang kehamilan mu, ibu meminta Naruto untuk lebih memperhatikan kesehatanmu, lebih sering cek ke dokter. Karna ibu takut jika nanti seperti persalinan mu yang dulu" jelas Kushina.
"Tenang saja Bu, aku merasa kehamilan ku yang sekarang sangat baik-baik saja berbeda dengan kehamilan sebelumnya, mungkin karna itu adalah kehamilan pertama ku, jadi aku tidak tau dan tidak mengerti banyak hal yang harus kulakukan" jawab Hinata.
Kushina tersenyum lega saat mendengar perkataan Hinata.
Tidak lama, datang Naruto dengan sepiring anggur ditangannya dan segera ia berikan pada Hinata.
Hinata tampak senang karna kebetulan ada anggur di kulkas malam itu, karna selama hamil, Hinata jadi lebih sering makan buah-buahan daripada makanan-makanan berat.
"Setelah makan, kau harus segera tidur lagi karna ini sudah larut malam, tidak boleh begadang karna tidak baik untuk kesehatan mu dan bayi kita" ucap Naruto merangkul sang istri sambil memperhatikan Hinata yang sedang makan buah anggur tersebut.
"Ibu sudah mengantuk, ibu tidur dulu ya. Kalian lanjutkan saja, jangan terlalu lama begadang nya ya" ucap Kushina kemudian pergi menuju kamar untuk segera tidur karna sudah larut.
"Kenapa lama sekali, padahal aku menunggumu di kamar sampai tertidur" keluh Hinata.
"Iya maaf..aku sedang mengobrol dengan ibu sampai tidak sadar sudah sangat malam" jawab Naruto. "Kau sudah minum vitamin mu?" Tanya Naruto lagi.
Hinata menganggukan kepalanya dengan mulut yang terlihat penuh karna sedang makan buah.
Naruto menurunkan posisi kepalanya hingga berhadapan dengan perut buncit Hinata.
"Kenapa belum tidur? Lapar ya?" Tanya Naruto dengan perut Hinata seolah sedang mengobrol dengan bayi yang masih ada di dalam perut istrinya itu.
Naruto mencium-cium dan mengelus lembut perut buncit istrinya, sedangkan Hinata masih sibuk dengan buah yang sedang ia makan.
"Kapan kau keluar, ibumu pasti sangat lelah membawamu di perut ya, ayo cepat keluar" ucap Naruto.
Tukk..
Naruto tampak meringis saat dahinya diselintik oleh Hinata.
"Yang benar saja, jika kau ingin dia cepat keluar berarti dia akan lahir prematur" ucap Hinata protes dengan perkataan suaminya.
"Tidak..tidak..lahir lah kapan saja kau mau" ucap Naruto mengkoreksi perkataannya
"Itu sama saja, bagaimana jika dia mau keluar sedangkan belum cukup umurnya" jawab Hinata lagi
"Lalu yang benar bagaimana?" Tanya Naruto bingung.
"Yaampun, kau sudah berapa tahun bekerja sebagai dosen, hal seperti ini saja tidak tau" ucap Hinata sedikit kesal.
"Baiklah, jangan nakal diperut ibumu, jangan menendang-nendang perut ibumu, nanti ibumu sakit dan marah" ucap Naruto lagi berbicara pada perut buncit milik Hinata.
"Kau ini bagaimana, jika dia tidak menendang-nendang atau didalam dia diam saja, itu patut dicurigai ada masalah. Jika bayi ini sering menendang dan tidak bisa diam, itu berarti dia memberi sinyal bahwa dia sedang baik-baik saja, sehat dan aktif didalam perut" jelas Hinata kembali protes dengan pernyataan suaminya itu.
Naruto tidak bisa berkata-kata karna yang dikatakan oleh istrinya itu sangat benar, walaupun tujuan Naruto berbicara seperti itu sebenarnya karna khawatir dan tidak ingin Hinata terluka dan merasa sakit.
.
.
TBC
Haii yang sering nagih, ini lanjutan ceritanya ya..
Selamat membaca 🙏🥰🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate but Love
RomanceMenceritakan seorang Dosen yang dipaksa menikah dengan Wanita yang ternyata adalah Mahasiswanya sendiri. Semua menjadi rumit ketika satu kesalahan fatal terjadi diantara keduanya.