Part 5

386 19 1
                                    

Hinata bangun pagi-pagi untuk menyiapkan sarapan supaya tidak terlambat karna hari ini dirinya ada mata kuliah pagi. Sebelum berangkat Hinata sudah menyiapkan makanan yang tertata rapi di atas meja makan.

"Wahh..ini Hinata yang memasak semuanya?" tanya Kushina yang berjalan ke arah dapur sambil antusias melihat ke arah meja makan.

"Iya, bu. hari ini saya ada mata kuliah pagi, jadi harus pagi-pagi menyiapkan makanan" jawab Hinata

"Aku akan memperkerjakan ART, pihaknya sudah saya hubungi, tinggal menunggu orangnya datang ke rumah" Ucap Naruto yang pagi itu juga turun ke arah dapur untuk minum segelas air putih.

"Benar, jangan sampai kau sibuk mengurus rumah dan memasak sampai mengesampingkan kuliah mu. Aku sudah berjanji pada ibumu untuk tidak membuat pernikahan ini menjadi beban untuk mu" Kushina datang ke arah Hinata dan merangkul Hinata untuk segera duduk dan makan bersama.

"Kau naik apa ke kampus" tanya Naruto pada Hinata

"Naik taksi pak, saya sudah pesan. Sebentar lagi sampai" Hinata menengok nengok ke arah jalan sambil menatap jam tangannya

"Saya duluan" pamit Naruto dan masuk ke dalam mobilnya. Sebenarnya Hinata sedikit kesal karna apa susahnya Naruto menawarkan tumpangan padanya. Bagi Hinata, Naruto itu sangat kolot dan hanya mementingkan status sosialnya.
.
.
"Kita hari ini masuk kelasnya Bapak Iruka ya?" tanya Ino yang sedang memandangi jadwal mata kuliah yang ada di ponselnya

Sedangkan, Hinata sedang sibuk dengan pemandangan indah yang dilihatnya.

"Kakak tingkat itu lagi ya?" mendengar pertanyaan Ino, Hinata sedikit terkejut karna mulut Ino sangat nyaring, Hinata takut orang lain mendengarnya.

"Diam, mulutmu terlalu nyaring" bisik Hinata kesal

"Dari awal masuk kuliah sampai tingkat akhir, masih saja menyukai orang yang sama" ucap Ino pada Hinata

"Memangnya aku ini kau, menyukai orang yang berbeda-beda dalam satu waktu. Dasar tidak setia" Hinata berjalan lebih cepat mendahului Ino karna kesal Ino cerewet.

Saat di kantin, Hinata, Ino dan Temari duduk untuk menyantap makan siangnya, di datangi oleh Sai, Kiba dan Shikamaru yang ikut bergabung dengan mereka pada saat itu.

Hinata masih saja curi-curi pandang dengan lelaki yang sedari tadi duduk dengan teman-temannya sambil makan di kantin.
.
.
Sesampainya dirumah, Hinata melihat Kushina yang sedang menonton televisi sambil memandang ke arah Hinata yang baru datang.

"Saya pulang" Hinata melangkah melewati Kushina

"Selamat datang, sayang" Ucap Kushina hanya dibalas senyum oleh Hinata yang kini sudah masuk ke dalam kamar.

Saat masuk, ternyata sudah ada Naruto yang saat itu sedang mengeringkan rambutnya setelah mandi. Hinata hari ini lagi-lagi pulang terlambat karna ajakan demi ajakan yang teman-temannya katakan. Hinata hanya ingin bersikap seperti biasanya.

"Kau memang biasa pulang malam ya, padahal perkuliahan selesai sore" Naruto menyilangkan tangan di depan dada sambil menatap ke arah Hinata yanh sibuk merapikan tas bawaannya.

"Maaf, Pak" jawab Hinata singkat tanpa memberikan alasan mengapa dirinya pulang telat lagi.

Hinata bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan setelahnya ia turun untuk memasak makan malam yang ternyata sudah tersedia di atas meja. Ya, dengan kata lain, mertuanya lah yang sudah memasak untuk makan malam. Untuk yang kesekian kalinya Hinata merasa tidak enak dan semakin canggung dengan keluarga itu.

"Maaf, saya pulang terlambat karna mengerjakan tugas sampai tidak sempat memasak" ucap Hinata berbohong pada Kushina dan Naruto

"Tidak apa sayang, ibu mengerti kau pasti sangat sibuk. Lagipula, bukan ibu yang memasak, tepapi asisten baru, Damaki" Hinata sedikit lega mendengar ucapan Kushina, mendengar bahwa bukan mertuanya yang menyediakan makanan tersebut. Sedangkan Naruto, hanya diam sambil menyantap makanan di atas meja.

"Bagaimana kuliahmu, Hinata?" tanya Kushina pada Hinata

"Sejauh ini, baik. Tidak ada yang curiga tentang status saya sekarang" ucapan Hinata terhenti, sambil melirik Naruto "Selama saya tidak mencurigakan di hadapan teman-teman saya" lanjutnya

"Padahal tidak apa-apa jika kalian berdua ingin terang-terangan" perkataan Kushina membuat keduanya kaget, Hinata membulatkan mata dan Naruto menatap Kushina dengan tatapan tajam

"Ibu kira itu hal sepele, status ku sebagai dosen lebih penting dari apapun." Naruto bangkit dari tempat duduknya dengan membawa piring kotornya ke tempat cuci piring. Sedangkan Hinata tidak berani menjawab apapun.

Sesudah makan malam, semua nya kembali ke kamarnya masing-masing untuk istirahat. Seperti biasa, posisi tidur Hinata dan Naruto membelakangi satu sama lain. Tidak ada suara, hanya hening. Begitupun hari-hari selanjutnya.

Tidak ada yang berubah, hubungan keduanya semakin canggung, tidak banyak bicara. Bahkan sekarang Kushina pun sudah pulang kerumahnya dan Hinata kembali ke kamarnya semula, tidak lagi satu kamar dengan Naruto setelah Kushina pulang dari menginap.

"Selamat pagi, Nyonya. Sarapan sudah saya siapkan, bapak Naruto tadi sudah sarapan dan berangkat duluan" Damaki adalah asisten rumah tangga yang baru saja bekerja di rumah Naruto

"Iya, terimakasih" Jawab Hinata sambil menyantap sarapan pagi itu.
.
.
"Apa ada yang terlambat?" tanya Naruto pagi itu yang sudah siap untuk menyampaikan materi perkuliahan di kelas

Ino menoleh cemas ke arah pintu masuk, karna Hinata tidak kunjung datang sedangkan perkuliahan sudah dimulai. Ino mengotak atik ponselnya untuk terus menghubungi Hinata dan akhirnya bisa bernafas lega setelah melihat yang mengetuk pintu adalah Hinata.

Naruto menoleh ke arah pintu masuk, melihat Hinata berlari ngos-ngosan.

"Kamu tahu kan hari ini ada perkuliahan saya di kelas ini?" ucap Naruto sinis. "Saya sudah bilang, tidak ada toleransi bagi mahasiswa yang terlambat, dan kamu sudah terlambat 15 menit, silahkan keluar" Perkataan Naruto membuat Ino yang tadinya lega menjadi cemas kembali.

Hinata yang kaget mendengar perkataan dosennya itu, terpaksa mundur dan perlahan keluar dari kelas tersebut.

"Supaya diperhatikan untuk yang lainnya juga. Saya paling tidak suka mahasiswa yang tidak tepat waktu, itu berarti melanggar aturan dan kontrak perkuliahan yang sudah saya buat" Naruto kembali menerangkan materi di depan kelas, sedangkan Ino hanya bisa murung karna temannya tidak diperbolehkan masuk kelas karna terlambat.

"Benar-benar hari sial" gumam Hinata kesal pada Naruto yang sudah tidak mengijinkannya untuk masuk

"Kenapa tidak masuk, bolos ya?" tanya seorang laki-laki dengan wajah tampan dan kulit putih itu pada Hinata, spontan Hinata mendongakkan kepalanya keatas untuk melihat sumber suara.

Hinata kaget membulatkan mata seakan tidak percaya. "Eh..Bu-bukan kak, saya itu..saya" saking gugupnya Hinata berbicara terbata-bata tidak jelas

"Dikeluarkan dari kelas pak Naruto ya?" tanya lelaki itu lagi padanya seolah tau apa yang terjadi. Lelaki itu duduk disamping Hinata. "Aku juga dulu sering dikeluarkan dari kelas pak Naruto, itu wajar karna dia memiliki aturannya sendiri" ucap lelaki itu lagi

"I-iya kak" jawab Hinata gugup

"Perkenalkan, aku Toneri." Toneri memgulurkan tangan kanannya untuk berjabat dengan Hinata.

"Saya..saya Hinata kak" Hinata membalas berjabat tangan dengan Toneri walaupun tangan Hinata sudah tremor, karna ternyata orang yang Hinata suka, mengajaknya biacara lebih dulu
.
.
TBC

Hate but LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang