Part 2

484 21 0
                                    

"Ibu kenapa tidak bilang jika yang dijodohkan denganku adalah Dosen ku dikampus?" sesampainya dirumah setelah pertemuannya dengan Naruto, Hinata melayangkan protes pada ibunya karna tidak memberitahu siapa yang akan mereka jodohkan pada Hinata.

"Ibu kira kau sudah tau" jawab Hiashi enteng, padahal Hinata sudah kalang kabut memikirkan bagaimana nasibnya, karna ini sudah keluar dari khayalannya, dia tidak pernah berfikir jika akan menikahi dosennya sendiri.

"Aku takut, jika nanti akan menimbulkam masalah bagiku di perkuliahan. Walaupun dia meminta untuk merahasiakan pernikahan ini, tapi tetap saja suatu saat nanti akan ketahuan juga, apalagi kami sering bertemu saat dikampus. Aduhh..apa yang akan aku lakukan jika teman-teman ku tau." Hinata menggigit jarinya panik tentang apa yang akan ia hadapi di depan sana. Hinata tidak akan tau bagaimana reaksi teman-temannya jika tau hal ini.

Hinata berguling-guling ditempat tidur, kadang berbaring kadang duduk kadang berdiri dan mondar mandir seperti orang yang sangat keras berfikir. Hinata mengingat semua perkataan Naruto saat di cafe tadi.

"Saya tidak ingin orang-orang tahu kita sudah menikah, apalagi di kampus. Kita hanya akan membuat acara pernikahan sederhana yang hanya akan diketahui oleh kerabat kita, selebihnya tidak perlu" Naruto menjelaskan panjang lebar tentang bagaimana mereka akan menjalani pernikahan palsu mereka ini

Hinata menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia ingin sekali menolak, tapi disisi lain dia hanya ingin membuat ibunya bahagia. Jadi, apa boleh buat.

Selang beberapa bulan, janji pernikahan sudah diucapkan keduanya di altar. Walaupun sebelum acara pernikahan dimulai, Hinata menangis sejadi-jadinya. Yang menghadiri pernikahan itu pun hanya keluarga terdekat saja. Menampilkan Kushina dengan senyum terharu dan bangga melihat anak dan menantunya dan Hiashi yang tidak hentinya meneteskam air mata bahagianya melihat anak pertamanya menikah.

"Kami akan pulang langsung ke rumahku, aku sudah sangat lelah seharian ini" Naruto melonggarkan dasi yang dipakainya dan membereskan barang-barang yang akan segera ia bawa ke rumah miliknya.

"Pak..saya malam ini tidur di tempat orangtua saya saja, saya tidak biasa. Saya kurang nyaman dan tidak ingin membuat bapak tidak nyaman juga" Kata itu keluar begitu saja dari mulut Hinata sedangkan Naruto menatapnya dengan wajah datar dan dinginnya.

"Apa yang akan kau lakukan di tempat orangtua mu sedangkan kita sudah menikah, jangan membuat masalah. Ambil barang-barangmu dan kita akan segera pergi" Naruto beranjak dengan membawa koper berisi barang-barangnya sendiri. Sedangkan Hinata, mau tidak mau harus mengikuti lelaki itu dengan membawa barang-barang yang akan di bawa ke rumah milik Naruto.

"Kenapa tidak menginap disini dulu seminggu. Kenapa langsung meninggalkan ibu sendiri disini. Padahal ibu ingin bersama menantu ibu lebih lama lagi" Kushina memandangi Naruto dan Hinata yang sibuk memasukan barang bawaannya ke dalam mobil.

"Kami berangkat bu" Pamit Naruto dan Hinata pada Kushina dan dibalas lambaian tangan Kushina untuk keduanya.
.
.
"Kau bisa tempati kamar sebelah kiri, saya di kamar sebelah kanan. Jika lapar, ada banyak cemilan dan buah di dalam Kulkas, makan saja. Saya ingin beristirahat" Setelah dampai dikamar, pembahasan yang penting adalah pembagian kamar. Benar, alasan Naruto tidak ingin menginap dirumah ibunya adalah karna tidak ingin tidur sekamar dengan Hinata.

"Ba..Baik pak" Hinata bergegas masuk ke dalam kamar sebelah kiri yang didalamnya sudah tersusun rapi dan bersih walaupun tidak ada yang menepatinya dalam waktu yang lama.

Keesokan harinya, Hinata buru-buru menenteng tas dan sepatu yang akan ia pakai melewati Naruto yang pagi itu sedang membaca koran di ruang tamu. Hinata menghentikan langkahnya saat melihat Naruto dengan santainya pagi-pagi membaca koran seperti bapak-bapak.

"Pagi pak, bapak tidak ke kampus?" tanya Hinata membuat Naruto menoleh ke arahnya dengan tatapan bingung.

"Bukannya hari ini masih libur ya, besok baru masuk" Naruto menunjuk kalender yang berada tidak jauh diantara mereka, sedangkan Hinata dengan cepat melihat Kalender tersebut dengan teliti.

"Benar pak.." Hinata hanya bisa tersenyum canggung saat mengetahui bahwa hari itu adalah hari minggu, dimana kampus mereka masih libur pada hari itu. Padahal Hinata sudah bangun dan mandi pagi-pagi sekali supaya tidak terlambat sampai kampus

"Rajin sekali" sahut Naruto dengan wajah datarnya. Sedangkan Hinata melangkah lemas kembali ke kamarnya. Hari sialnya belakangan ini membuat dirinya tidak fokus dan pikirannya kemana-mana.

"Bodoh sekali" gerutunya pada diri sendiri sambil menghadap cermin dan melepas kembali pakaian yang ia kenakan untuk kekampus dan mengganti dengan baju kaos dan celana lengging selutut miliknya. Setelah berbagai pertimbangan, ia akhirnya memberanikan diri untuk keluar dan menuju dapur untuk melihat apa yang bisa ia makan atau masak.

"Kau tidak memasak?" tanya Naruto pada Hinata saat melihat langkah Hinata menuju dapur.

"Memasak ? Maaf pak, saya kurang bisa memasak, tapi akan saya coba" Bohong jika Hinata mengatakan dirinya tidak bisa memasak. Sebenarnya Hinata sangat mahir dalam memasak, hanya dia ingin merendah untuk meroket.

Beberapa jam berkutat di dapur dengan masakannya, Hinata menghidangkan beberapa masakan di atas meja dengan tampilan yang cukup menggiurkan. Karna merasa suda cukup, Hinata mengambil sendok dan mulai menyantap makanan yang ia masak pagi itu.

"Kau makan sendiri, tidak menawari tuan rumah?" Naruto mendekat ke arah meja makan sambil melipat kedua tangan di depan dada dengan wajah sinis terhadap Hinata.

"Oh..iya pak, saya lupa. Karna terbiasa sendiri. Silahkan makan pak, maaf kalau tidak enak" Hinata merutuki sikapnya sendiri karna lupa menawarkan Naruto untuk sarapan pagi

"Lumayan untuk ukuran orang yang tidak bisa memasak" Hinata sedikit kesal karna perkataan Naruto tentang masakan dan tentang dirinya. Namun berusaha santai saja dengan memasang wajah bodoamat.

drrrrtt..drrrttttt.

Terdengar suara ponsel bergetar yang tidak lain ponsel di dalam saku Naruto. Ia segera meraih ponsel di dalam sakunya dan melihat ke layar sebelum menekan salah satu tombol lalu memasukkannya lagi ke sakunya.
.
.
.
Hmm..nyambung gak ya ? 😂

Hate but LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang