Part 21

360 22 8
                                    

"Kau tidak apa-apa kan?" tanya Temari pada Hinata yang tampak murung, mengetahui bahwa Hinata dijadikan bahan taruhan oleh lelaki yang Hinata kagumi dan idam-idamkan selama ini adalah fakta yang paling menyekitkan

"Tidak apa, hanya kesal pada diriku sendiri. Bisa-bisanya aku menyukai pria seperti itu" jawab Hinata dengan nada sedih. Bagaimana tidak, Toneri adalah lelaki yang Hinata sukai dari awal masuk kuliah, Hinata menyukainya karna jelas saja tampan, lalu pintar dan Toneri selalu ramah pada orang yang ia temui.

Ditambah, akhir-akhir ini dia juga lumayan dekat dengan Toneri. Karna sering jalan-jalan bersama walau hanya sekedar menonton dan makan bersama.

"Sudah ku bilang, jangan bahas hal itu di kampus" bentak Toneri pada Choji dan Lee yang sedari tadi hanya diam melihat Toneri yang begitu frustasi dengan apa yang baru saja terjadi.

"Lupakan tentang taruhan!" ucap Toneri lagi lalu pergi meninggalkan kedua temannya.

Toneri datang menghampuiri Hinata dan kedua temanya, ia menangkap tangan Hinata sehingga menghentikan langkahnya. Hinata berbalik dan menatap Toneri dengan tatapan datar

"Hinata, aku bisa jelaskan" ucap Toneri sedikit terengah karena berlari. "Kamu salah paham, apa yang kamu dengar tadi itu hanya salah paham" lanjutnya.

"Aku rasa tidak perlu dijelaskan, aku juga tidak marah, tidak masalah kau jadikan aku bahan taruhanmu, karna kamu tidak akan mendapatkan apapun" ucap Hinata dengan sedikit penekanan di setiap kata

"Bukan, bukan itu. Itu bukan seperti yang kamu dengar" ucap Toneri sedikit memohon pada Hinata, namun Hinata semakin merasa kesal

Hinata melepaskan tangan Toneri darinya lalu melangkah pergi meninggalkan Toneri yang tampak frustasi
.
.
Sesampainya dirumah, Hinata melempar tubuhnya ke atas kasur. Hinata bingung dengan perasaannya, dia ingin saja menangis tapi tidak bisa, rasanya akan mubazir air mata untuk menangisi seorang lelaki seperti Toneri.

Hinata menatap langit-langit kamarnya, mengingat betapa bodoh dirinya dulu yang sangat memuji-muji Toneri hanya karna penampilan luar lelaki itu yang tampak seperti orang baik, tapi nyatanya berbanding terbalik.

Bertahun-tahun menyimpan perasaan pada pria itu, bahkan senang saat keduanya mulai dekat, mungkin sulit bagi Hinata melupakan perasaannya, bahkan setelah menerima kenyataan bahwa dirinya harus menikah dengan Naruto pun, perasaan Hinata pada Toneri tidak pernah hilang.

Tapi, saat mengetahui bahwa dirinya didekati hanya untuk menang Taruhan, rasa kagum dan perasaan sukanya pada Toneri seakan pergi dari dirinya. Hinata memang sedih karna dijadikan taruhan oleh orang yang dia sukai, tapi dia lebih sedih karna kenapa dia bisa diperlakukan seperti itu.

Terdengar suara ketukan di pintu kamarnya membuyarkan lamunan Hinata lalu bangkit berdiri untuk membuka pintu.

"Nona, makan malam sudah siap. Pak Naruto sudah menunggu di meja makan, silahkan" ucap Asisten rumah tangga memberitahu bahwa makan malam sudah siap dan dibalas anggukan oleh Hinata.

"Ada apa dengan wajahmu?" tanya Naruto saat melihat wajah murung Hinata

"Sejelas itu?"

"Ada apa, Hinata. Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanya Naruto semakin penasaran

"Hanya mengantuk pak" jawab Hinata tidak ingin memberitahu alasan mengapa dirinya murung karna tidak ingin memberitahu alasan sebenarnya.

"Jika kau bosan, kita bisa makan diluar sambil jalan-jalan" ajak Naruto membuat Hinata tampak semangat sesaat namun kemudian berekspresi murung lagi

"Tapi disini sudah ada makan malam, akan mubazir jika tidak dimakan" gerutu Hinata

"Tidak masalah, kita bisa makan malam dirumah, lalu jalan-jalan setelahnya. Bagaimana?"

Hate but LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang