Taliban, Afghanistan
Sekelompok orang tengah berdiskusi tentang rencana yang akan mereka gunakan untuk melawan teroris yang telah menculik beberapa tenaga medis yang berasal dari Korea Selatan.
"Kapten, jalur yang bisa kita gunakan hanya dibagian timur gedung disana cukup aman karena memiliki hutan lebat yang akan baik untuk persembunyian kita" ujar salah seorang pada pemimpin mereka yang masih sibuk mengamati peta kota taliban yang ada di layar.
"Apa tuntutan mereka masih sama, atau mereka telah bersedia berunding dengan kita" kapten tim tersebut bertanya sembari mengetuk jari telunjuknya di meja.
"Tuntutan mereka masih sama, namun kapten mereka bersedia berunding".
Sang kapten berbalik, "kalau mereka bersedia berunding, kenapa tidak ada yang mengatakan padaku?" Tanya sang pemimpin.
Para bawahannya nampak menimbang sesuatu sebelum akhirnya salah seorang dari mereka maju, "utusan untuk perundingan adalah seorang pemuda berusia 12 tahun" jawab sang bawahan.
"Lalu?" Tanya sang kapten.
"Kami tidak menggubrisnya karena ini sama saja mereka sedang mengolok-olok kita" ujar sang bawahan.
Sang pemimpin berjalan mendekati bawahannya, ia menepuk singkat pundak bawahannya. "Umur bukan menjadi tolak ukur dari keseriusan seseorang, namun wawasan" ujar sang kapten. "Apa dia masih ada, kalau ada bawa aku menemuinya" ujar kapten pemimpin tersebut.
"Baik" jawab sang bawahan patuh.
*
Kapten tim tersebut melihat pemuda di depannya dengan pandangan menilai, "kau putra dari pemimpin kelompok Taliban saat ini?" Tanya sang kapten dan pemuda yang ada di depannya hanya tersenyum dan mengangguk.
"Kesepakatan adalah kalian pergi maka sandera di bebaskan, kalau kalian tetap disini maka sandera akan dibunuh satu persatu"
"Itu kesepakatan? Bukannya ini jelas adalah ancaman?" Tanya kapten.
"Keputusan ada di tangan kalian"
"Perjanjian adalah sandera di bebaskan, dan orang kalian akan kami bebaskan" jawab kapten.
"Mr. Lee Donghyuck jangan memancing dan membuat kesepakatan dengan ku" ujar pemuda itu dengan nada mengancam.
Lee Donghyuck yang merupakan pimpinan dari tim pasukan khusus milik Korea Selatan ini tersenyum kecil. "Anda mencari tahu namaku, bukannya aku harus terharu" ujar Donghyuck dengan nada main-main.
"Saya akui, bahwa saya cukup terkesan dengan anda yang bersedia datang kemari tanpa pengawalan dan diusia semuda ini, kalau saya bisa menebak bahwa ayahanda mu pasti ingin kau membuktikan diri tanpa berpikir tentang keselamatan mu sama sekali, atau mereka meremehkan pihak kami yang berpikir tidak akan berani membunuh mu" Donghyuck mengatakannya sembari tersenyum dengan puas.
"Anda sedang berusaha memanipulasi pikiran saya, namun Tuan Donghyuck anda benar-benar bermain-main dengan orang yang salah" ujar pemuda itu seraya mengeluarkan pisau lipat di tangannya.
Seorang bawahan Donghyuck hendak maju namun Donghyuck memberhentikannya, "dia sedang ingin uji kemampuan, maka biarkan aku bermain-main sebentar" ujar Donghyuck yang juga mulai mengeluarkan pisau lipat miliknya.
Pemuda di depannya ini benar-benar punya potensi jika menurut Donghyuck, gerakannya benar-benar terlatih dan halus. Tidak banyak orang bisa beladiri dengan cara seperti ini, namun kekurangan seorang yang masih muda adalah darah panasnya yang merasa mudah puas karena hebat.
Donghyuck membiarkan dirinya terus-menerus di serang, karena ia ingin mempelajari cara bertarung lawannya. Dengan dirinya yang hanya menghindar dan tidak banyak bergerak, itu akan menjadi keuntungan bagi Donghyuck. Saat lawannya telah kelelahan maka saat itulah Donghyuck akan menyerang bahkan hanya dengan satu serangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twiins
FanfictionLee Donghyuck dan Lee Haechan adalah dua pemuda bersaudara yang kembar identik, wajah mirip, tinggi badan sama, tidak dapat dibedakan sama sekali jika salah satu tidak memperkenalkan diri mereka. namun dua bersaudara ini punya kehidupan berbeda dan...