Part 46

1K 222 34
                                    

Jeno memegang tangan Haechan tanpa mau melepaskannya sama sekali. Sejak Haechan pingsan sampai dokter datang, Haechan tidak kunjung sadar dan membuka matanya. Bahkan ketika dokter sudah pulang dan selesai memeriksa pun Haechan masih belum membuka matanya.

"Jeno" panggil eomma Jeno pelan.

"Eomma pulang saja" jawab Jeno tanpa memandang pada eommanya.

Mendapatkan sikap seperti itu eomma Jeno tidak bisa berkata apapun, "kalau begitu eomma akan pulang sekarang juga" ujar eomma Jeno.

"Dan semoga Haechan baik-baik saja" ujar eomma Jeno, ia lalu berjalan pergi karena tahu percuma mengatakan apapun saat ini. Dari respon Jeno juga putranya tidak akan menghentikannya sama sekali.

*

Saat diluar eomma Jeno berniat mencari eomma Ji-Sung untuk pulang bersama. Namun ia malah melihat eomma Ji-Sung yang tengah berlutut di depan Ji-Sung.

"Tolong Ji-Sung katakan pada Haechan untuk membatalkan keputusannya" pinta eomma Ji-Sung memohon.

"Bukankah aku sudah bilang padamu untuk tidak pernah mengusik Haechan" jawab Ji-Sung acuh.

"Eomma salah, eomma bersalah" ujar eomma Ji-Sung dengan nada lirih.

Melihat pemandangan ini eomma Jeno hanya bisa berjalan pergi tanpa menghampiri eomma Ji-Sung. Ia melihat pada Renjun dan Jaemin yang mengangguk sopan padanya dan dibalasnya juga dengan senyum lembut.

****

Hyunbin menatap jasad di depannya dengan pandangan kosong, ia hampir tidak mau percaya kalau itu adalah Donghyuck-nya. Anak lelaki yang selalu menjadi kebanggaannya, yang telah ia rawat sejak kecil. Hatinya m menolak untuk percaya namun melihat dari bentuk badan serta kalung militer dengan nama Donghyuck disana maka Hyunbin tidak bisa menyangkalnya lagi.

Tubuh dingin itu ia peluk dengan erat, ia usap dengan sayang kepalanya. "Kenapa kau mengingkari janji mu Donghyuck, kalau seperti ini samchon harus bagaimana menjelaskan pada Haechan dan juga imo-mu" ujar Hyunbin dengan nada sedih.

Seorang perwira mendekati Hyunbin dan memegang pundaknya, "Hyunbin-ssi, ini adalah barang-barang milik Donghyuck-ssi" ujar pria muda itu dan Hyunbin hanya mengangguk seraya menatap sendu tas besar itu.

"Aku akan mengurus jasadnya" ujar Hyunbin.

Pria muda itu mengangguk, "silahkan itu adalah hak anda, namun saya minta maaf sebelumnya tentang kematian Kapten Lee pihak militer tidak akan memberikannya tanda jasa apapun" ujar pria itu dengan nada pelan.

"Dia tidak membutuhkannya, lagi pula keponakan sudah mati tanda jasa apapun itu tidak akan berguna" sahut Hyunbin dingin seraya menatap tajam pria muda itu.

"Maafkan saya Hyunbin-ssi" ujar pria itu dengan nada menyesal namun Hyunbin memilih untuk mengabaikannya dan hanya memeluk tubuh dingin keponakannya dalam diam.

"Samchon akan membawa mu pulang, kau tenang saja Donghyuck" ujar Hyunbin lirih seraya memeluk tubuh Donghyuck dengan semakin erat.

*******

Haechan menatap malas pada Jaemin dan yang lainnya, sejak sadar dua hari yang lalu ia hanya duduk di ranjangnya sembari menatap kosong.

GREP

Tangan Haechan di genggam lembut oleh Renjun, "kau belum makan sejak siang, mau ku ambilkan?" Tanya Renjun dan Haechan pun hanya diam.

Melihat respon Haechan membuat Renjun merasa sedih, "sayang, tolong bicaralah" pinta Renjun memohon.

"Keluar"

Satu kata yang keluar dari mulut Haechan, tapi masih dalam posisi tanpa mau melihat pada Renjun. Renjun memejamkan matanya dan berusaha mengendalikan amarahnya juga. Ia hanya takut Haechan sakit, dokter yang memeriksa Haechan tadi sempat mengatakan agar Haechan di periksa ke rumah sakit. Diagnosa sementara Haechan kelelahan dan stress, dan ini saja sudah cukup membuat member Dream khawatir.

TwiinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang