Kematian!
Tidak ada yang bisa menebak kapan akan datang? Seorang jenius pun tidak bisa menebak kematian, orang yang kaya juga tidak bisa menghalau kematian, orang berkuasa bahkan tidak bisa memerintah kematian.
Duka adalah bagian dari rasa rindu dan kesepian, seperti yang dialami oleh Haechan.
Dia hanya bisa duduk di depan peti mati saudara kembarnya dengan tatapan kosong. Jejak air mata di pipinya semakin membuatnya tampak menyedihkan.
Raut wajah kasihan dari orang-orang yang datang tidak Haechan hiraukan, ada pemikiran gila dalam otaknya kalau tiba-tiba Donghyuck akan bangun dan membuka matanya.
Lalu berteriak bahwa ini hanya kejahilannya semata, namun Haechan telah menunggu selama dua hari dan mata itu tidak terbuka sama sekali.
Disamping Haechan, ada Taeyong dan member Ilichil serta Winwin. Mereka pun tidak lebih baik dari Haechan, tatapan kesedihan dan penyesalan ada dalam mata mereka.
Sedangkan Jaemin dan member dream yang lainnya hanya bisa duduk agak jauh sembari memantau keadaan Haechan. Wajah pucat Haechan membuat mereka khawatir, bahkan Renjun sempat memaksa Haechan untuk beristirahat namun ditolak dengan tegas oleh Haechan. Bahkan Haechan sampai histeris memeluk peti mati Donghyuck.
*
"Apa kau bahagia pergi dari kami?" Suara Yuta akhirnya terdengar untuk pertama kalinya sejak ia datang. Haechan melirik Yuta dari sudut pandangnya, namun ia memilih untuk tidak berkomentar apapun.
"Setidaknya kau harus mengucapkan perpisahan jika ingin pergi Hyuck" ujar Yuta pelan yang membuat Doyoung kembali menitikkan air matanya.
"Hiks...kalau seperti ini kami harus bagaimana?" Tanya Yuta entah pada siapa, "waktu bersama kita belum banyak, namun kau telah pergi begitu saja dan meninggalkan ku... meninggalkan kami" tambah Yuta.
Mark mengepalkan tangannya sebelum akhirnya berdiri dan berjalan pergi. Tidak ada satu orangpun yang menghentikannya, namun member dream telah menatapnya dengan raut muka khawatir.
"Ikuti Mark Hyung" ujar Jaemin dan Renjun pun dengan cepat berlari.
"AAAAAAKKKKKKKKKKHHHH"
Mark berteriak keras saat ia sampai di atap,
Bruk
Mark menutup wajahnya sebelum akhirnya menangis tersedu-sedu, Renjun yang melihat itu pun tidak bisa menahan air matanya juga. Perlahan ia berjalan ke arah Mark dan memeluk kepala pria itu.
"Hyung" panggil Renjun pelan.
Tangan Mark membalas pelukan Renjun dan meremat baju Renjun dengan kuat, "kenapa harus dia hiks" ujar Mark pelan.
"Aku baru saja bertemu dengannya lagi," ujar Mark pelan, "kami baru bertemu lagi hiks" lanjut Mark dengan nada putus asa.
Renjun tidak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan Mark, ia hanya bisa mendekap Mark lebih erat berharap itu dapat sedikit menghibur hati pria itu.
Mark perlahan menutup matanya, tangannya pun langsung terkulai lemah. Membuat Renjun harus menopang beban tubuh Mark.
"Hyung? Mark Hyung" panggil Renjun berulangkali namun ia tidak bisa mendengar jawaban dari Mark sama sekali. Renjun dengan cepat mencari handphone miliknya dan menghubungi Jeno, ia pasti kesulitan untuk membawa Mark kembali seorang diri.
****
"Aku pergi sebentar, Renjun bilang Mark Hyung pingsan" ujar Jeno pada Jaemin dan Jaemin pun mengangguk.
"Perlu bantuan?" Tanya Chenle dan Jeno pun menggelengkan kepalanya.
Jaemin berniat mendekati Haechan sebelum ia melihat Haechan sudah berdiri dan menatap tajam pada peti mati Donghyuck. Ada rasa khawatir di mata Jaemin saat ia melihat ekspresi datar di wajah Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twiins
FanfictionLee Donghyuck dan Lee Haechan adalah dua pemuda bersaudara yang kembar identik, wajah mirip, tinggi badan sama, tidak dapat dibedakan sama sekali jika salah satu tidak memperkenalkan diri mereka. namun dua bersaudara ini punya kehidupan berbeda dan...