Izin

1.4K 142 33
                                    

Disinilah Sasuke sekarang, didepan meja kecil didekat jendela ruangan yang sedang terbuka sehingga cahaya bulan nampak lebih jelas.

"Jadi, kau menyukai Sakura ya." Entah kenapa Sasuke sedikit malu jika ayah Sakura langsung yang mengungkit hal itu.

"Benar." Jawab Sasuke pelan sambil mengikuti arah pandang Kizashi yang sedang memperhatikan langit malam.

"Apa pendapatmu tentang, putriku?" Sasuke langsung menoleh.

"Ah itu..."

"katakan apa saja dengan jujur. Aku tidak akan merah." Tambah Kizashi, dia meletakkan gelasnya di meja. Sasuke diam sebentar berusaha memikirkan kalimat yang bagus.

"Sakura,...dia gadis yang baik, sangat baik. Dia gadis yang yang kuat dan pekerja keras, dia juga cerdas dan orang yang tulus..." Kizashi tertawa kecil mendengarnya.

"Aku mengira kau akan memujinya cantik." Sasuke tersentak.
"A-ah ya. Dia juga gadis yang cantik." Sejujurnya Sasuke ingin mengatakan itu lebih dulu, tapi dia tidak ingin ayah Sakura mengira jika kecantikan putrinya adalah poin utama. "Dia manis." Ucapnya pelan namun jujur.

Sekali lagi. Ketahuilah, Sasuke sedikit malu mengatakan itu semua secara langsung. Walau wajahnya tenang tapi jantungnya berkebalikan.

"Dia pemarah, bukan begitu?" Sasuke melirik dan menemukan Kizashi tersenyum penuh arti. "Dia cerewet, kan?"

Dari senyuman tipis pria disebelahnya, Sasuke tahu. Kizashi tidak sedang mengujinya.

"Kadang-kadang, biasanya dia begitu karena peduli..." Kizashi melirik lalu mendengus.

"Dia putriku satu-satunya, jadi sangat mudah mengetahui apa yang dia suka dan tidak suka saat kecil. Walaupun kadang dia menyembunyikannya." Cerita Kizashi. "Yah salah satunya...ekhem dia suka dengan seorang anak laki-laki di kelasnya." Sindir Kizashi.

Baiklah. Wajah tenang Sasuke aman tapi tidak dengan suhunya.

"Aku tidak menyangka jika anak itu ternyata putra Fugaku." Sasuke lagi-lagi menoleh. "tentu saja aku tahu ayahmu. Siapa yang tidak tahu dia? Dia kepala Kepolisian desa waktu itu." Jelas Kizashi, dia tahu makna dari ekspresi Sasuke. "Aku tidak tahu cerita lengkapnya dan sudah sangat lama tapi Aku turut bersedih atas apa yang menimpa klanmu, nak." Sasuke melirik. Dia tidak kaget jika Kizashi mengungkit klannya.

"Benar. Itu sudah sangat lama, tapi terima kasih."

"A-ah? Apa aku menyinggungmu???"

"Ah? Tidak. Tidak apa-apa." Ujar Sasuke cepat. Sepertinya tanpa dia sadari sorot matanya berubah saat membahas klannya.

"Didikan Fugaku sepertinya cukup keras ya. Kami bukan keluarga Ninja, tapi setidaknya aku bisa mengira-ngira kalian yang dari klan Shinobi pasti punya didikan tersendiri." Kizashi mengubah topik.

"Yah... Ayahku kadang cukup ketat dan disiplin dalam beberapa hal. Tapi...dia orang yang baik...yah kurasa begitu." Sasuke meraih gelasnya yang berisikan teh. Dia tidak meminum Sake dan Kizashi cukup pengertian untuk hal itu.

"Itu bagus. Ah aku akui kau cukup tampan, ah sepertinya Uchiha memang tampan-tampan yah." Canda Kizashi tiba-tiba.

"Terima kasih." Sasuke hanya menjawab seadanya karena jujur dia tidak tahu harus membalas apa. Jika yang bicara Sakura maka dia bisa meladeninya dengan sesuka hati dan santai. Tapi ini lain. Sangat lain, salah ucap saja mungkin bisa membuatnya berfikir jika Ayah Sakura tidak akan mengizinkannya dengan Sakura.

"Mungkin karena itu juga Sakura sangat suka padamu." Sasuke hanya tersenyum mendengarnya. "Kau tidak tahu, betapa senangnya dia saat tahu ternyata kalian satu kelompok saat masih genin. Aku Sempat bertanya-tanya kenapa dia seceria itu saat pulang."
Ah Sasuke ingat itu. Sakura bahkan sempat bersorak disebelahnya, yah berisik seperti Naruto tapi dia tidak begitu terganggu akan hal itu.

Sakura? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang