Di saat seperti ini masih sempat pula pemuda itu menolak dibawa ke IGD. Ia menggeleng kuat ditengah perjuangannya menahan sakit.
"G..gu..an..ge..ge"
Kemejanya kurut sebab ia meremasnya dengan kuat. Dengan susah payah Shi Shui membawanya ke ruangan Guan Hemeng. Beruntung dokter muda itu sedang tidak menerima pasien. Ia terkejut melihat pintu ruangannya terbuka lebar.
"Didi!"
Ia membaringkan pemuda itu di ranjang periksa. Shi shui membantunya membuka kemeja Fang Duobing sementara Guan Hemeng menempelkan elektroda ekg padanya. Meski dengan bantuan oksigen pemuda itu masih kesulitan menarik napas. Barulah setelah Guan Hemeng menyuntikkan sesuatu kedalam darahnya, perlahan detak jantung Fang Duobing yang tidak beraturan menjadi normal.
"Serangan kali ini cukup berbahaya" ucapnya membelai poni pemuda itu yang lepek oleh keringat.
"Ia menolak untuk ke IGD..." Cicit Shi Shui.
"Terima kasih banyak Shi-mei. Aku berutang padamu"
"Apa yang sebenarnya terjadi? Terakhir saat ia relapse tidak separah ini."
Guan Hemeng menatap sendu adiknya yang terbaring lemah. Ia menyadari ada setitik air yang siap meluncur di ujung kelopak mata yang terpejam itu. Ia mengusapnya sebelum sempat turun.
Li Lianhua melihat pantulan dirinya di depan cermin besar. Tubuhnya sudah tidak sekurus dulu sehingga membuat setelan jas itu terasa pas di tubuhnya.
"Hmm...cocok"
"Ah A-Fei! Kau membuatku kaget"
Di Feisheng terkekeh pelan kemudian berdiri di sampingnya sehingga membuat keduanya sejajar di hadapan cermin. Ia juga mengenakan setelan yang mirip dengan Li Lianhua.
"Terima kasih sudah menyetujuinya"
Li Lianhua menggeleng kemudian tersenyum.
"Tidak masalah lagipula aku sudah banyak merepotkan. Jadi hanya ini yang bisa kulakukan untukmu"
Fang Duobing menatap jam di mejanya dengan tatapan kosong. Ia memaksa Guan Hemeng untuk tidak dirawat dan memilih pulang ke mess nya. Selain tidak ingin menambah biaya pengobatan ia juga butuh waktu untuk sendiri.
Tentu saja ia sangat mencintai Li Lianhua. Bukan hanya rasa suka yang awal-awal dipikir orang-orang. Ia peduli dengannya. Ia sedih melihatnya kesakitan. Ia ingin Li Lianhua bahagia. Tapi bagaimana jika kebahagiannya bukan padanya? Tapi orang lain?
Fang Duobing membenamkan wajahnya di lututnya. Guan Hemeng mewanti-wanti dirinya untuk tidak banyak pikiran. Tapi bagaimana? Ia sudah tidak punya keluarga lagi untuk memikirkannya dan sekarang orang yang ia cintai akan menikah dengan orang lain. Lantas apa lagi yang tersisa untuknya?
Cahaya bulan mengintip dari jendela membuat benda lain di atas mejanya berkilauan. Ia merangkak dari kasurnya dan meraihnya. Rupanya liontin dari He Xiaolan yang berpendar. Ia membukanya dan menemukan senyuman wanita itu masih sama. Ia masih tidak menyangka wanita itu adalah ibu kandungnya.
"Ibu..." Lirihnya membawa benda itu ke dadanya dan memeluknya. Airmatanya berjatuhan dengan bebas.
"Apa yang harus aku lakukan ibu? Apa yang ibu lakukan dulu?"
Belaian harus di kepalanya membuatnya terbangun. Rupanya ia tertidur tadi. Ia mengucek-ucek matanya dan menyadari ia berada di pangkuan seseorang.
"Xiaobao..."
!!!
Matanya melebar melihat sosok yang memangkunya.
"I-ibu!"
Ia bangkit dan memeluk wanita itu erat.
"Ibu...Ibu...Ibu"
He Xiaolan mengelus punggung pemuda itu dengan lembut.
"Xiaobao anakku sayang" ucapnya membelai surai pemuda itu. Membiarkannya memeluknya sepuas hatinya hingga akhirnya Fang Duobing melepasnya.
"Aku merindukan ibu..."
He Xiaolan memegang pipi anaknya dengan lembut. Wajahnya berubah merasakan kesedihan anaknya.
"Maafkan Ibu yang tidak bisa menemanimu. Kau sudah merasakan banyak hal yang menyakitkan"
Fang Duobing menggeleng kembali menyamankan dirinya di pangkuan He Xiaolan.
"Tapi sekarang Ibu ada disini" ucapnya tersenyum cerah.
"Xiaobao kami sangat manja" He Xiaolan mencubit gemas pipi anaknya.
"Ibu...Ibu mengapa memilih Shan Gu Dao. Bukankah ia orang jahat?"
"Xiaobao anakku. Cinta mengaburkan benci dan batasan. Ibu mencintainya dan mengejarnya hingga akhirnya ibu memilikimu."
"Sayangnya cinta Ibu tidak sekuat itu ternyata" Fang Duobing melihat wajah ibunya berubah sendu.
"Cinta Ibu gagal membawanya kembali dan akhirnya ia tersesat dalam jalannya. Cinta Ibu tidak mampu merengkuhnya"
"Tapi Xiaobao..." Telunjuknya menyentuh dada anaknya.
"Ibu percaya cintamu lebih besar dari yanh kau bayangkan. Kau memiliki hati yang tulus. Ibu melihatmu tumbuh sejauh ini. Dan Ibu bangga padamu"
"Jangan menyerah anakku. Jangan berputus asa. Kelak perasaanmu akan berbuah manis. Jangan berhenti menjadi orang baik hanya karna disakiti"
"Ada banyak hal yang harus kau lihat dari berbagai kacamata."
He Xiaolan menunduk dan mencium kening Fang Duobing.
"Sekarang bangunlah anakku"
!!!!
Fang Duobing membuka matanya dan memdapati langit-langit kamarnya. Mimpi itu terasa nyata bahkan jejak airmatanya masih basah. Matanya kembali tertuju pada potret He Xiaolan di tangannya.
Fang Duobing memandang pantulan dirinya di cermin. Setelah jas dan celana yang ia sewa di toko menyatu apik dengan tubuhnya. Sedikit longgar sebab berat badannya yang terus menurun.
"Kau harus mendoakan kebahagiaannya" ucapnya pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadiah Kecil Untukmu (Little Treasure for You)
Fanfiction"Seperti namamu, kau hadiah kecil bagi kami"