// - 04 - \\

4.3K 487 4
                                    

' - Chill - '

• • • •

"Jadi ceritanya tadi gimana? Kok bisa Gin keculik gitu?" Tanya Rion.

Saat Gin memberikan kabar di radio, bertepatan dengan kedatangan Rion ke rumah. Wajahnya suram, ditambah asap-asap hitam yang berada dibelakang tubuhnya.

Seperti nya ada sesuatu yang belum terselesaikan tadi, tapi Rion mau tidak mau harus meninggalkan sesuatu itu untuk kembali ke rumah saat mendengar kabar bahwa Gin diculik.

Mereka yang ada disana bergidik ngeri, takut melihat asap hitam yang mengepul itu. Membayangkan jika tiba-tiba asap itu melahap Rion dan kemudian merubahnya menjadi iblis.

Sejujurnya asap itu bukan berasal dari diri Rion, melainkan dari mata mereka yang ada disana. Melihat Rion yang menunjukkan wajah suram, mampu membuat khayalan anak-anak melihat asap hitam menakutkan.

Siapa yang tak takut jika melihat Rion seperti itu? Wajah suram nya, ditambah nada suaranya pun tidak bersahabat, jelas membuat mereka yang ada disana meremang, takut akan hawa yang disebabkan sang papi.

"Souta tadi sama Gin ke UwU kafe buat beli makan. Terus Gin bilang kalo mau ngisi bensin dulu, pas sampe di pom, tiba-tiba ada 3 mobil dateng. Kita disuruh turun, terus mereka nodong senjata. Akhirnya Gin yang turun, habis itu Gin dibawa sama mereka. Pas Souta keluar buat nyamperin Gin, Souta ditodong sama dua orang, dan mereka bilang ke Souta buat ga ikut campur dan diem aja. Gitu pi." Jelas Souta.

Rion menghela nafas, selama sekian detik ia hanya diam dengan nafasnya yang memburu.

"Gin udah ngasih kabar?" Tanya Rion.

"Barusan aja dia ngasih kabar, katanya si dia aman, tapi habis dia ngomong itu dia ngilang lagi." Krow menjawab.

"Yang bener aje anying, diculik kok aman, ga beres nih."

"Kita tunggu 5 menit. Kalo Gin tetep ga ngasih kabar, jalan kita, kita cari orang-orang yang nyulik Gin." Ujar Rion.

Hening kembali menyerang, tak ada yang membuka pembicaraan lagi. Bahkan seorang Garin yang biasanya banyak bergurau, kini ia hanya terdiam dengan wajah cemberutnya.

Souta menunduk, ia menggenggam tangan Caine dengan erat, khawatir jika sang ayah marah besar ke dirinya. Caine yang sadar akan ketakutan Souta, segera berbisik dengan lembut.

"Gapapa Souta, Rion ga bakal marah ke kamu, kan kamu sendiri posisi nya ga aman. Dia pasti nya ngerti kok, it's okey."

"Souta takutt mi." Souta berbisik dengan suara yang sangat pelan.

Caine tersenyum lembut, ia mengelus punggung lebar Souta. Berusaha membuat Souta kembali tenang.

Ia paham betul bagaimana ketakutan Souta terhadap sang papi. Souta merupakan anak bungsu, sama seperti Mia, namun keberanian anak ini jelas jauh dibawah Mia.

Menurut Caine, Souta adalah anak yang sangat penurut, terlebih pada papi nya. Souta tidak pernah menentang sang papi, untuk berkata 'tidak.' pada perintah Rion pun dirinya tak berani. Apalagi melawannya.

"Gapapa Souta, nanti kalau kamu dimarahin Rion, aku bakal bantu kamu. Aku bantu jelasin posisi kamu disana. Intinya kamu tenang aja, Rion pasti paham." Ujar Caine.

Perlahan-lahan badan Souta kembali tenang, tak gemetar lagi seperti sebelumnya. Caine tersenyum dan mengacak-acak rambut Souta.

"Anak pintar." Ucap nya.

'Ting!'

Bunyi handphone seseorang mengalihkan perhatian mereka yang ada disana, masing-masing dari mereka membuka handphone untuk melihat siapa yang mengirim pesan.

"Handphone ku yang bunyi." Ujar Key.

Semua orang disana langsung membentuk mulut mereka menjadi huruf o saat Key mengatakan itu.

"Mangkanya, kalo make nada dering pesan itu, mbok yo jangan sama semua. Kalo begini bingung kan." Rion menyalakan rokoknya, dan menghisapnya dengan tenang. Menghalau pikirannya yang kacau.

"Ngaca pak, bapak sendiri nada dering nya juga begitu." Ujar Elya.

"Udah paling cocok itu buat handphone. Lagian kalian kenapa make nada dering itu, kan jadi sama semua."

"Anggep aja alasan kita make itu sama kayak bapak." Jawab Elya.

Cek-cok kecil seperti ini memang menjadi rutinitas dari anak-anak. Mau setegang apapun situasi nya, Rion akan memulai permasalahan sepele yang ada di rumah atau mengeluarkan jokes bapak-bapak untuk mencairkan suasana.

Meskipun terkadang dia yang terkena skakmat saat berdebat dengan anak-anak nya. Tapi tak apa, setidaknya suasana tidak terlalu tegang.

"Gin ngechat pak." Key berjalan mendekat ke Rion, sembari menunjukkan handphone nya.

" Key berjalan mendekat ke Rion, sembari menunjukkan handphone nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ya Tuhanku." Rion memijit pelipisnya, lagi lagi terasa berdenyut saat membaca pesan dari Gin.

• • • •

Ga nyangka rame banget, banyak yang support juga. Naza jadi terharu.

Terimakasih semua atas support nya, Naza harap ini bisa menghibur kalian.

Terimakasih sudah mampir, dan selamat berlibur semuanya. Love u.

Night Life FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang