// - 15 - \\

2.8K 333 17
                                    

' - mami - '

• • • •

"Pak, boleh minta tolong kasihin ke mami?" Key yang sedang membawa nampan mendekati Rion.

Sang pemilik nama yang sedang membaca koran menoleh, menatap sang sulung, "Susu? Buat Caine?"

Key mengangguk, ia ulurkan tangan nya untuk memberikan nampan yang ditangan nya.

"Minta tolong pak. Saya mau bacain cerita dongeng ke bocil-bocil, kasian mereka gabisa tidur sama mami." Jelas nya.

Mendengar itu, Rion segera berdiri kemudian mengambil alih nampan dari tangan Key. Ia langkahkan kakinya untuk pergi menuju kamar utama, tempat Caine sedang beristirahat.

Menaiki satu persatu anak tangga, hingga sampai dilantai dua.

Berdiam diri sejenak, menikmati alunan musik dari para jangkrik yang menjadi pemecah keheningan.

Terasa amat sepi dilantai atas ini, tak seperti lantai bawah, yang bising.

'Sepi banget.' Batin nya berkata sembari memandang sekeliling.

Selama beberapa detik ia hanya berdiam diri disana, hingga ia kembali melangkahkan kakinya menuju tempat sang permata keluarga beristirahat.

Mengetuk dengan lembut pintu kamar utama, tak ingin mengganggu keberadaan orang yang amat dicintai anak-anaknya.

"Caine? Ini Rion. Boleh masuk?" Izin nya.

Selama beberapa detik Caine tak menjawab, membuat hati Rion tak tenang.

"Caine? Aku masuk ya?" Sekali lagi, ia meminta izin pada sang pemilik kamar.

"Masuk aja Yon."

Itu suara Caine yang memberikan izin, terdengar sedikit serak ditelinga Rion. Membuatnya dengan cepat membuka pintu kamar.

"Hey? Kamu gapapa?" Tanya nya.

Caine tersenyum tipis, menggelengkan kepalanya dengan pelan. Berusaha membuat Rion tak khawatir dengan dirinya.

Rion mengangkat salah satu alisnya, berjalan mendekat kearah laci untuk menaruh nampan berisi susu yang dititipkan Key.

"Kenapa Caine? Cerita." Ia bertanya sembari mengambil duduk diujung kasur, mengarahkan seluruh perhatian nya ke Caine.

Lagi-lagi Caine hanya menggeleng, membuat Rion berdecak kesal.

"Kamu anggep aku ini apa? Orang asing gitu?" Ujarnya.

Caine terdiam, perlahan-lahan badannya melemas, dan kepalanya mulai tertunduk lesu. Ia gigit bibir bawahnya, merasa gugup dipandang oleh orang disebelahnya.

"Aku .... Takut ...." Ucapnya dengan amat lirih.

Matanya mulai berkaca-kaca, bersiap menurunkan ribuan butir kristal dari mata cantiknya.

Sejujurnya ia tak ingin menangis, apalagi menangis didepan orang ini, orang yang selalu bersamanya. Ia merasa malu jika terus menerus membiarkan Rion melihat dirinya menangis.

Tapi, sekuat apapun dirinya menahan air matanya. Jika sudah berhadapan dengan orang ini, itu pasti jatuh begitu saja.

"Caine, seperti yang selalu aku bilang. Semua pasti baik-baik aja Caine." Jawab Rion.

Caine menggeleng lesu, "Rion, aku takut .... Aku gamau anak-anak kenapa-napa." Lirihnya.

"Buang jauh-jauh pikiran jelek mu Caine. Mereka pasti baik-baik aja, ada aku yang jaga mereka, dan ada diri mereka sendiri yang bisa diandalkan. Jadi kamu ga perlu khawatir Caine .... Semuanya pasti baik-baik aja." Rion tersenyum menenangkan, ia taruh tangannya dipundak Caine, dengan lembut ia usap pundak itu.

"Kamu bakal selalu jaga mereka kan Yon? Kamu bakal selalu ada disamping mereka kan?" Tanya Caine.

Rion mengangguk dengan tegas, bibirnya bergerak, mengucapkan kalimat yang mampu membuat Caine tenang.

"Pasti Caine, pegang omongan ku."

• • • •

"ADUHAI MANIS BANGET MULUT BAPAK."

"Anjing! Diem napa Chi, bisa ketahuan mereka kita."

"Eh? Hehe iya maaf."

"Lucu banget ya, tak kira mereka mau ciuman."

"FUNIN MULUTNYA!!!" Teriak kedua anomali berambut ungu dan abu-abu.

Bisa kalian tebak kan mereka siapa?

"Yang ngintip pantatnya bintitan." Teriak Rion.

Sang pelaku yang mendengar teriakan dari orang yang mereka intip pun segera berlari turun, menjauh dari TKP, sebelum mereka dipanggang oleh orang yang mereka intip.

"Kalian sih teriak, mereka gajadi ciuman kan."

Sang rambut merah berujar dengan nada kecewa nya, yang mana ujaran tersebut mampu membuat telinganya dijewer oleh lelaki bersurai abu.

"Tuh mulut perlu gue sekolahin hah?!"

"Jewer terus Krow, jewer. Emang bandel ini anak."

Dengan semangat yang membara, gadis bersurai ungu itu menyemangati, berusaha memanas-manasi keadaan.


• • • •

Rumah kita beneran selesai disini ya?

Night Life FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang