Rumah

2.8K 357 31
                                    

'Halo, Rion masuk radio.' - Rion.

Mobil yang dikendarai Rion melaju dengan cepat, ia baru saja kembali dari pekerjaan nya di kota sebelah. Dan saat ini ia merasa sangat lelah, tidak bertenaga sama sekali.

Jadi ia semakin menambah kecepatan nya, agar cepat sampai di rumah dan merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk.

'MAMI KELUAR DULU.'  - Krow.

'Huaaaa mamii panas bangett tangan Sou.' - Souta.

'Kak Souta sinii ke garasi, aku obatin tangan nya.' - Mia.

'Mamiii api nya gamau mati mamiii' - Jaki.

'GARIN TANGAN GUE KEINJEK BANGSAT!' - Riji.

'Akyu ga sengajaaa.' - Garin.

'Mamii Bunda masih di dalem.' - Selia.

'El keluar el.' - Istmo.

'Key masih di dalem kek, bentar dulu.' - Elya.

'KELUAR DULU EL.' - Krow.

'IYA IYA SABAR!' - Elya.

'Caine jangan masuk Caine, bahaya!' - Gin.

'Mamiii!!!' - Krow.

'Key luka kaki nya, bentar.' - Caine.

'Mami jangan masuk! Aku aja mami.' - Funin.

Apa ini? Kenapa radio sangat berisik. Apa yang terjadi sekarang? Ada apa?

Kenapa perasaan Rion tiba-tiba tidak enak, apa yang terjadi di rumah saat ini.

'Halo? Ges? Ada apa?' - Rion.

'PAPIII RUMAH KEBAKAR!!!' - Selia.

'hah? Kok bisa anjing?' - Rion.

'PULANG DULU PLIS NANTI BARU DICERITAIN, INI API NYA GA BISA DIPADAMIN.' - Selia.

Rion menepuk jidatnya, menghela nafas dengan sangat berat.

Hancur sudah harapan nya untuk segera tidur sesampainya di rumah. Rion melupakan satu hal, bahwa di rumah terdapat belasan anomali yang siap menghancurkan rumah saat ditinggal.

Mau tidak mau, suka tidak suka. Rion harus menerima kenyataan bahwa rumah nya tak berbentuk rumah setelah ia sampai disana.

• • • •

"Itu gimana bisa sih? Cerita nya gimana hah?" Rion dengan lelah memijit pelipisnya, sungguh badan nya serasa di potong-potong saat sampai di rumah.

Melihat bagian tengah-tengah rumah yang sudah tak berbentuk, membuat ia merasa lebih baik ditembak pistol saat ini juga, daripada melihat rumah nya yang bukan seperti rumah.

Sudah berapa kali ya rumah ini direnovasi dalam sebulan?

"Tadi itu lagi mau masak buat makan. gue, Jaki, Gin, Garin, sama Mako yang mau masak. Terus gatau kenapa tiba-tiba apa dari kompor nya gede sendiri." Jelas Riji.

Kalian bisa menyimpulkan apa yang terjadi bukan?

Iyap betul sekali! Lagi-lagi, ada bencana di dapur. Ini merupakan ketiga kalinya mereka merusak dapur. Dan kejadian kali ini hampir menghabiskan seluruh bagian rumah keluarga Noir, sedikit lagi, jika Rion tidak segera datang, habis sudah tempat tinggal mereka.

"Kalian apain sih sebenernya tuh kompor, sampe bisa berkobar gitu anjir api nya." Rion tak habis pikir, sebenarnya apa yang mereka lakukan pada kompor itu, hingga membuat kompor berkobar dengan hebat.

Apa mungkin mereka menggoda kompor itu, hingga membuat kompor menyala karna malu dan salting.

"Ga diapa-apain anjing, serius dah." Gin yang sedang mengipasi tangan Souta menjawab dengan nada nge gas.

"Gara-gara Garin itu, dia pas mau ngangkat wajan, taplak yang buat ngangkat nya kena api. Mangkanya kebakar semua." Jelas Krow.

Garin yang sedang meniup tangan Riji segera menoleh ke Krow, wajah nya memancarkan aura kemusuhan.

"Mana ada yah begityu." Elak nya.

"Mana ada mana ada, emang lu kodok penyebabnya! Gamau ngaku lagi!" Jawab Krow dengan sensi.

"Aku ga - "

"Udah, lain kali gausah ngide begitu lu pada. Biar Caine aja yang masak, gausah sok ngide, ikutan mau masak sendiri. Mau gembel lu pada, tidur bawah jembatan gegara rumah kebakaran?" Omel Rion.

Anak-anak yang mendengar pertanyaan terakhir Rion menggeleng. Orang gila mana yang mau tidur bawah jembatan begitu, mau ditaruh dimana harga diri mereka.

"Mangkanya jangan ngide." Rion mengambil duduk di dekat Caine, mengusap peluhnya.

Wajah Rion terasa sangat panas saat ini, dan di wajahnya terdapat noda-noda hitam bekas asap tadi.

"Ayo minta maaf ke Rion. Kalian udah nyusahin dia loh, kasian Rion." Caine yang masih mengobati kaki Key berujar, menyuruh anak-anak nya yang menyebabkan kejadian ini meminta maaf.

"Kita minta maaf ya papi."

Dengan tulus, biang masalah kejadian hari ini meminta maaf kepada sang papi. Tidak ada rasa gengsi dalam diri mereka untuk meminta maaf, karna mereka di didik oleh Caine seperti itu.

Jika memang merasa bersalah, sangat dianjurkan untuk meminta maaf. Namun jika memang 100% mereka tidak bersalah, mereka tak perlu minta maaf.

Itu lah didikan Caine.

"Iyaa gue maafin, lain kali jangan gitu lagi. Kurang-kurang in yang begituan." Jawab Rion.

Mereka mengangguk paham, mendengarkan dengan patuh apa yang Rion katakan.

Caine tersenyum melihat pemandangan itu, segera lah ia mengambil sapu tangan yang ada saku nya.

"Mau dibantu bersihin Rion?" Tanya nya sembari menyodorkan sapu tangan.

"Ga perlu Caine, aku bisa sendiri." Jawab Rion sembari mengambil sapu tangan itu.

Mereka yang disana melihat hal itu dengan tatapan penuh arti dan senyuman menggoda. Apakah apakah apakah?

'Ini lucu banget please, jangan cere dulu.' Batin mereka yang ada disana.

• • • •

Masih ada satu chap 'Rumah' yang kubuat. Mungkin aku akan up tengah malem, atau mungkin besok pagi.

TNF chapter 2 sudah dimulai kan ya? Ayo kita melepas rindu dengan mengikuti perjalanan anak-anak yang di didik oleh kepala keluarga Riji dan Krow.

Sembari berharap suatu hari nanti Rion Kenzo dan Caine Chana kembali mendarat ke Tokyovers.

Night Life FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang