Rumah

3.2K 377 28
                                    

"Papi gamau ngajak kita jalan-jalan?" Echi bertanya dengan mulut penuh nya.

Hari Minggu adalah hari yang sangat disukai orang-orang, tak terlebih bagi mereka yang bekerja sebagai mafia, mereka pun sangat menyukai hari Minggu. Bahkan menunggu-nunggu hari Minggu, setiap saat.

Mereka selalu berkumpul pada hari Minggu, meskipun banyak pekerjaan yang perlu segera dikerjakan, mereka pasti meninggalkan nya.

Karna bagi mereka, hari Minggu merupakan hari spesial untuk sekedar berkumpul dan bermain bersama keluarga tercinta mereka.

Maka, jika kalian bertanya kepada anak-anak Rion, apa hari yang mereka sukai. Mereka dengan semangat akan mengatakan hari Minggu.

"Males, lu bunuh dua musuh aja kagak bisa." Ujar Rion sembari berusaha mencomot cookies yang ada di loyang.

Caine yang sedang memasukkan cookies dari loyang ke dalam toples dengan sadar memukul lengan Rion, "Heh!" Kata nya.

"Satu doang Caine." Tangan Rion yang awalnya sudah mengambil cookies, kembali menaruh cookies itu di loyang saat Caine melemparkan pukulan di lengan nya.

"Jangan ih, ini buat Marcel nanti. Punya mu sama anak-anak masih di oven tuh." Ujar Caine.

Rion yang mendengar hal itu cemberut, ia pun langsung beranjak pergi ke ruang tamu menemui yang lain.

"Apalah pundung tuh orang tua." Ucap Echi.

"Kebiasaan nya emang, ga kaget lagi." Sahut Key, dia sedang menunggu cookies yang barusan saja di masukkan kedalam oven.

Key sama sekali tidak berani meninggalkan oven, tak mengalihkan pandangan nya sedikit pun dari oven itu.

Karna sejujurnya dia sangat trauma dengan oven yang meledak Minggu lalu. Padahal dia hanya mengalihkan pandangan nya ke Garin yang menggoda Krow, tapi tiba-tiba saja oven yang sedang memanggang kue meledak.

Untung nya tak sampai membakar semua penjuru rumah, hanya 'sedikit' membakar dapur.

"Udah tua juga, masih aja begitu, bener-bener." Sembari memandang Rion yang sedang menggoda Souta, tangan Echi bergerak mengambil satu cookies di loyang.

"Echi!" Iyap, Echi terkena pulukan di lengan nya, sama seperti Rion.

"Ah mami sakitttt." Adu nya.

"Kamu sih! Dibilang ini buat Marcel." Caine berujar, sembari sedikit menaikkan nada suara nya. Ingat hanya sedikit.

"Alahh mamii, cuma ambil satuu aja loh." Ujar nya dengan nada manja.

"Satu mu itu sama dengan 100 chi." Elya yang sedang membuat adonan cookies menyahuti.

"Segini udah cukup belum mi?" Tanya Elya.

Semua gadis keluarga Noir memang sedang membantu sang Mami membuat cookies untuk camilan mereka hari ini.

Mia dan Echi yang membeli bahan-bahan untuk membuat cookies, Elya membuat adonan, Key sebagai penunggu oven, dan terakhir Enon dan Selia yang akan mencuci piring saat selesai nanti.

Sedangkan Caine sendiri? Ia membantu semua anak gadis nya. Dari menjadi supir Mia dan Echi, membantu Elya membuat adonan agar cepat selesai, juga membantu Key menyalakan oven agar tak meledak. Dan yang terakhir, nanti ia akan membantu Enon Selia mencuci piring.

"Cukup kok El, nanti yang buat pak Sui biar aku aja yang bikin adonan nya." Ucap Caine.

Elya mengangguk paham, segera ia beranjak untuk mencuci tangan nya dan menuju ke ruang tengah.

"Mamii ih mauu satuu." Rengek Echi.

"Gaboleh Echi, ini buat Marcel." Ujar Caine.

"Mami mah gitu! Yaudah aku mau pundung aja." Echi melangkah kan kaki nya untuk keluar dari area dapur, dengan wajah yang cemberut ia berjalan menuju ruang tengah.

"Engga bapak, engga anak sama semua." Gumam Key.

"Sini mami aku bantuin bikin adonannya." Key berjalan kearah Caine yang sudah mulai membuat adonan cookies.

"Gausah Key biar aku aja, lagian kurang dikit." ⁠─ Caine.

"Gapapa mami aku bantuin." ─ Key.

"Terus oven nya?" ─ Caine.

"Kan ada mami, pasti ga meledak." ─ Key.

"Yakin?" ─ Caine.

"Yakin mii. Sini ku bantuin." ─ Key.

Ya begitulah percakapan ibu dan anak ini.

• • • •

"Ohh jadi Souta lagi deket sama cewe ya." Rion berujar sembari memeluk bahu anak bungsu nya.

"ENGGA PAPII, ENGGAA!!!" Teriak Souta, mengelak ujaran dari Rion.

Ruang tamu sedang sangat ramai dengan pembicaraan seru dari Gin. Gin memberikan info bahwa Souta sedang melakukan pdkt dengan ems, sehingga Souta menjadi bahan godaan sekarang.

"Boong dia, orang gue liat sendiri tadi, dia berduaan sama ems itu." Gin semakin semangat mengompori percakapan ini.

"Wahh ternyata Sou udah gede ya sekarang." ─ Jaki.

"Ga nyangka banget anak kecil macam Souta udah mulai cinta-cintaan." ─ Riji.

"Anak kecil yang kemarin ngompol udah ngerti cinta ternyata." ─ Krow.

"Perasaan baru kemarin aku gantiin popok mu Sou." ─ Elya.

"Duh anak papi ini udah ngerti ya mana cewe cantik." Kembali menggoda Souta, Rion mencubit kecil pipi bakpau Souta.

Mendengar keluarga nya yang semakin menggoda Souta. Wajah anak bungsu ini memerah, antara malu dan marah karna berita hoax tersebut.

"SOUTA GA DEKET SAMA CEWE MANAPUN! STOP BILANG SOUTA LAGI PDKT!!"

Teriakan melengking Souta dibalas oleh mereka dengan tawa yang terbahak-bahak, merasa puas menggoda anak bungsu keluarga Noir.

Caine dan Key yang mendengar suara tawa itu tersenyum lebar, menatap kearah ruang tamu dengan perasaan bahagia.

"Kuharap, sampai kapanpun hal ini tak berubah. Aku, kalian, dan rumah akan selalu merasakan kebahagiaan ini. Kuharap selalu seperti ini .... Kuharap ...."

• • • •

Bilang ke aku kalau era Rioncaine habis itu cuma mimpi.

Jujur aku gabisa nerima ini semua, but arwah mereka semua juga butuh istirahat. Jadi yang bisa tak lakuin sekarang cuma nangis, nangis dan nangis.

Bahkan saat ngetik cerita ini pun tiba-tiba udah turun air mata:')

Aku buat part ini agar kerinduan yang kita rasain sekarang, sedikit terobati. Saat ini aku bener-bener gabisa nulis part berat, jadi aku bakal up part yang berisi momen-momen indah keluarga Noir. Gapapa kan?

Orang gila mana yang nangisin rp?
Kita orang gila nya ....

Night Life FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang