// - 36 - \\

1.7K 196 1
                                    

' - papi dan Echi - '

• • • •

"Aku mau nyari cemilan dulu ya." Rion berucap sembari menutup kamar inap milik Mia dan Enon.

Rion berjalan menyusuri lorong rumah sakit, sesekali menyapa orang-orang yang kenal padanya.

Langkah kaki miliknya terus menuntun hingga dirinya sampai ke halaman rumah sakit. Menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, berusaha mencari penjual gerobak yang bisa ia hentikan untuk ia beli jualannya.

"Kok gaada ya?" Gumamnya.

Tangannya menggaruk rambutnya yang tiba-tiba terasa gatal, tak lama kemudian ia menepuk jidatnya.

"Duh lupa kalo udah di kota, tak kira masih di desa." Rion terkekeh dengan dirinya sendiri yang terlihat seperti orang dongo disini.

Kakinya pun kembali melangkah, menuju ke taman yang kebetulan baru dibangun didekat rumah sakit ini.

Matanya menelisik setiap tempat di taman, hingga tatapan nya jatuh pada seseorang yang berdiam di bangku taman.

Menelisik setiap inci tubuh orang itu, hingga akhirnya menyadari siapa yang sedang duduk di bangku taman itu. Langkahnya pergi untuk ketempat orang itu duduk.

"Chi? Ngapain disini?" Rion mendudukkan dirinya disebelah Echi.

Terlihat dengan jelas Echi yang terkejut melihat Rion berada disini, dengan gugup ia berujar. "E ─ engga, cuma lagi nyari angin."

Mendengar itu, Rion terdiam sejenak, menatap kedua bola mata Echi yang terlihat gelisah. Kemudian dirinya tak bertanya lebih, namun malah menatap pemandangan didepan dengan tatapan menerawang.

Echi menghela nafas dengan lega, melihat Rion yang tak lagi menatapnya dengan tatapan menelisik. Ia masih tak berani memulai percakapan dengan Rion dan yang lainnya, karna apa yang ia lakukan tadi. Ia merasa malu pada dirinya sendiri.

"Lagi ada masalah?" Rion dengan tiba-tiba melontarkan pertanyaan nya ke Echi.

Echi yang mendengar itu dengan pelan menoleh kesamping, menatap Rion dengan perasaan gelisah.

"Gaada kok." Ucapnya.

Rion terlihat merogoh saku celananya, kembali mengambil dua bungkus permen jahe. Membuka pembungkus salah satu permen jahe dan memakannya. Sedangkan, yang satu lagi ia ulurkan ke orang disebelahnya.

Echi menatap permen jahe itu dengan lamat, dengan ragu-ragu ia ambil permen jahe dari sang ayah.

Ia tatap dengan lamat permen jahe yang sudah berada ditangannya, merasa bingung untuk apa permen jahe itu.

"Enak itu permen jahe, bikin sehat." Rion yang melihat raut kebingungan Echi, segera menjelaskan kegunaan permen jahe itu.

"Ini nih permen legendaris, kamu kalo sakit makan ini aja Chi biar cepet sembuh." Ujar Rion.

Echi berdecih kecil, ia menolehkan kepalanya kearah berlawanan.

"Ini mah permen bapak-bapak." Gumamnya.

Meskipun begitu, ia tetap membuka bungkus permen tersebut. Dan segera memasukkan nya kedalam mulutnya.

Mengecap rasa hangat dari permen jahe tersebut, kondisi mukanya terlihat tidak menikmati permen jahe dari sang papi.

"Kamu kalo ada masalah cerita."

Echi kembali menoleh menatap Rion yang juga sedang menatapnya. Echi tersenyum tipis, kemudian ia berujar.

"Gapapa pi, gaada masalah apa-apa kok."

Tatapan Rion semakin menelisik, menatap penuh kecurigaan terhadap Echi. Ia mengangkat salah satu alisnya.

"Terus kenapa diem aja? Kamu ga kayak biasanya." Tanya Rion.

"Ya kenapa sih pi? Bukannya bagus kalo aku diem begini, kalian jadi ga terganggu kan?" Echi berbalik bertanya ke Rion.

Rion menggeleng, merasa tidak setuju dengan pertanyaan yang Echi lontarkan. Tangannya terangkat ke pucuk kepala Echi. Dengan canggung, tangan yang terasa kasar itu bergerak mengelus surai ungu milik Echi.

Echi terdiam, ia bisa merasakan kecanggungan dari elusan tangan Rion di kepalanya. Nafasnya terasa berat, mungkin karena ia juga canggung terhadap Rion.

"Kamu tuh punya papi sama mami. Kamu pikir, kita cuma kumpulan orang yang lagi bisnis bareng? Engga Chi, kita ini keluarga."

"Kalo ada masalah itu dibagi, jangan disimpen sendiri." Lanjutnya.

Echi menggeleng pelan, "gapapa papi, beneran deh. Lagian cuma masalah sepele kok ...." Lirihnya.

"Cerita kalo emang udah mau cerita."

Rion beranjak, pergi dari taman rumah sakit itu. Meninggalkan Echi dengan pikiran berkecamuknya.

Echi terdiam dengan tatapan sendu. Sebenarnya, dalam lubuk hati miliknya. Ia ingin sekali bercerita kepada sang papi, maupun sang mami, apalagi kepada saudara-saudara nya yang lain.

Namun, bukankah apa yang dia lakukan sudah keterlaluan? Mementingkan dirinya sendiri, daripada saudara nya yang lain.

Menurutnya dirinya termasuk orang tidak tau diri dalam keluarga ini.

• • • •

Haloww semuanya!

Watashi kembali setelah tertidur panjang.

Bisa kali, tinggalkan jejak bisa kali ya seng, muachhhh.

Night Life FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang