' - maaf -'
• • • • •
"DUNIA HARUS TAU KALAU KAMU ITU PEMBUNUH MIAA!!!"
Mendengar hal itu badanku bergetar dengan hebat, takut dengan suara yang semakin terdengar keras ditelinga ku. Suara itu terus meneriaki ku, menyalahkan ku atas perbuatan yang kulakukan.
Yang kulakukan hanya bisa merintih, dan dengan perlahan terisak dengan hebat. Tolong, aku sangat takut.
Mami ... Papi ... Tolong keluarkan aku dari sini, aku sangat takut.
...
...
...
...
...
...
...
...
"Mia ..."
"Mia ..."
"Kamu kenapa?"
Suara yang lembut, genggaman tangan yang hangat, dan ekspresi khawatir yang kentara menjadi pemandangan pertama saat diriku membuka mata.
Mami terlihat sedang menggenggam tanganku sembari menatap diriku dengan khawatir.
Aku membuka mulut ku berusaha untuk berbicara. Namun nihil, tak ada suara yang keluar dari mulut ku.
"Minum dulu Mia ... Sini, mami bantuin duduk." Ujar mami, sembari membantu ku untuk bangun dari posisi tidur.
Dengan cekatan, mami mengambil gelas air yang berada diatas nakas. Kemudian memberikan nya kepada ku, tak lupa, mami juga membantu ku untuk minum. Karna tanganku terlihat sangat gemetar.
"Kamu habis mimpi apa di alam bawah sadar Mia?" Tanya mami.
"Kamu kelihatan ketakutan banget daritadi. Lihat deh, bahkan matamu basah banget karna air mata." Lanjutnya sembari menghapus jejak-jejak air mata.
Aku yang sudah menyelesaikan meminum air hanya terdiam, menatap mami dengan pandangan lemah.
Ternyata, tempat menakutkan tadi adalah alam bawah sadar ku.
Mengapa sangat menakutkan.
Pikiran ku mulai mengulang kembali memori yang ada di alam bawah sadar, hingga membuat badan ku kembali bergetar dan diriku mulai terisak.
Mami yang melihat ku terisak mulai memelukku dengan tatapan bertanya.
"It's okee Mia, ada aku disini. Jangan takut." Ucapnya.
Mendengar hal itu aku semakin menangis. Menyalurkan ketakutan ku melalui kesedihan yang ku tumpahkan kepada mami.
Semakin meraung, dan juga semakin meremas baju yang digunakan mami. Menyalurkan segala perasaan yang ku rasakan.
Tak peduli jika nanti mami akan memarahi ku karna membuat bajunya basah, ataupun karna membuat bajunya menjadi tidak karuan karna remasan pada bajunya.
• • • •
"Enon, maafin gue."
"Buat apaan?"
"Gara-gara gue lu begini. Kalo aja, gue ga ngajak Gin pergi keluar. Gue yakin, lu sama dedek, gabakal kena tembak begini."
Echi menunduk, merasa bersalah atas kejadian yang dialami Enon dan juga Mia.
"Ngapain minta maaf, udah takdir kenapa lu sesali. Ga banget sama sifatmu yang biasanya." Ucap Enon.
Echi mulai memilin jari-jemarinya dengan gerakan canggung. Rasanya ia seperti tidak punya muka untuk berbicara berdua dengan Enon.
"Harusnya gue Chi yang minta maaf."
Mendengar hal itu, Echi dengan segera mengangkat kepalanya. Menatap Enon dengan wajah bertanya.
"Salah apa lu Non?" Tanya nya.
Enon tersenyum dengan tipis, ia arahkan tangannya untuk memegang bahu milik Echi.
"Lu suka Gin kan? Lu sayang kan sama Gin?" Bukannya membalas apa yang ditanyakan Echi, ia malah kembali bertanya kepada Echi.
Pertanyaan dari Enon mampu membuat Echi terdiam, ia bingung ingin membalas apa. Disatu sisi, ia tak bisa membohongi perasaannya. Disisi lain, ia tak ingin membuat Enon terluka karna ia tau perasaan milik gadis berambut putih didepannya ini.
"Chi ... Gue tau perasaan lu. Lu ga perlu ngebohongi perasaan lu sendiri Chi ..." Enon mengambil telapak tangan Echi, menggenggamnya dengan erat.
"Jangan jadiin gue seolah-olah antagonis dicerita ini Chi ... Gue gabakal ambil Gin dari lu." Ujarnya.
Echi mengigit bibir bawahnya, menahan butiran-butiran air mata yang mencoba lolos begitu saja.
"Enon, lu temen gue dari kecil. Gue mana bisa nyakitin perasaan lu gitu aja." Ucap Echi dengan lirih.
Enon menggeleng, setetes air mata jatuh di telapak tangan Echi.
"Terus gimana Chi? Lu juga ngejauhin gue kan kalo gue egois?"
"Lu bikin gue jadi antagonis disini Chi kalo lu begitu ..." Enon terisak, ia menunduk. Tak sanggup dengan pembahasan antara dia dan Echi.
"Enon ...." Echi memeluk tubuh Enon, ikut terisak bersama Enon untuk saling berbagi kesedihan nya dan kesedihan Enon.
"M ― maaf Enon." Ujar Echi sembari terbata-bata karna menangis.
Anggukan kepala Enon berikan sebagai jawaban atas permintaan maaf dari Echi.
Tangisan dari mereka semakin keras, mengisi tiap ruang inap yang terasa sepi karna hanya ada mereka berdua. Menenangkan satu sama lain, itulah yang merasa lakukan.
"Ja ― jangan tinggalin gue Echi .... Gue ga p ― punya siapa-siapa." lirih Enon.
Echi mengusap rambut milik Enon, dengan isakan yang masih terdengar keras. "Ayo bikin janji Non, kita gabakal ribut cuma gara-gara hal sepele, terlebih masalah cowo."
• • • •
Halo adik-adik maniss, bagaimana kabar kalian semua?
Maafkan aku yaa karna tidak bisa memberikan cerita yang feel sedihnya terasa:'(
Aku baru pertama kali bikin cerita yang isinya hampir 90% sedih ...
Bagaimana dengan rp bapak kemarin, kalian habis tisu berapa nih??? Kalo aku siee, dua kotak tisuu😋😋
Terimakasih atas support kalian! Terimakasih juga buat yang sudah meluangkan waktunya untuk mampir, i love youuu.
Bolehlah, tinggalkan jejak walaupun cuma sehuruf ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Life Family
FanfictionKota dengan populasi dunia bawah terbanyak masih dipegang oleh Tokyovers. Dengan 6 fraksi unggul, yang namanya banyak disebut di kota. Menjadi desas-desus dan makanan sehari-hari bagi orang dalam kota maupun luar kota. Tokyo Noir Familia merupakan s...