// - 29 - \\

2K 281 14
                                    

' - Kemarahan dan kesedihan - '

• • • •

Hujan deras membasahi kota Tokyovers pada pagi buta, awan hitam berkumpul di langit malam, seolah paham tentang kesedihan seseorang.

Guntur terdengar begitu mengerikan, suaranya yang bersahut-sahut, mampu membuat siapapun merinding dibuatnya.

Mungkin, langit memahami bagaimana perasaan keluarga Noir saat ini. Kesedihan yang mendalam, terlebih anak termuda mereka, harus merasakan kehilangan tanpa sempat berpamitan.

Saat ini, Mia sedang berada di kamar tidur miliknya. Berada di sisi ranjang, yang membelakangi pintu kamarnya.

Ia diam sembari cemberut, memandangi bingkai foto yang baru saja dibuat oleh Istmo dua hari yang lalu, dengan perasaan sedih yang amat kentara.

Di bingkai putih itu, terpampang foto Mia dan Souta yang sedang memegang masing-masing kucing mereka. Bebek dan juga anjing.

Selama hampir lebih dari 5 jam Mia tetap berada di kamar. Jarum jam saat ini menunjukkan pukul satu pagi, sudah waktunya Mia mengistirahatkan pikiran nya dengan tidur. Namun, Mia lebih memilih untuk memandangi bingkai foto.

Tak ada yang berani mengganggu kesendirian Mia, bahkan Key dan Elya yang memang tidur bersama Mia, tak berani menginjakkan kaki ke kamar mereka. Mereka mengalah dengan tidur di ruang tamu, memilih untuk membiarkan Mia menyendiri.

Mereka semua jelas tau, bahwa Mia merasa sangat marah kepada sang papi.

Tak ada yang bisa menyalahkan Mia. Sebab mereka tau, orang mana yang tidak marah jika saudara nya pergi, dirinya tidak diperbolehkan untuk sekedar berucap selamat tinggal kepada orang yang akan pergi.

"Mia aku boleh masuk?"

Tanpa menoleh, Mia jelas tau itu suara siapa. "Mia ga ngelarang siapapun buat masuk." Jawabnya.

Caine melangkahkan kakinya mendekati Mia, kemudian mendudukkan dirinya disebelah Mia. Ia ikut menatap bingkai yang Mia pegang.

Selama beberapa menit, mereka berdua hanya berdiam diri. Hanya ada suara suara hujan dan juga guntur yang terdengar.

"Mami ngapain kesini? Mau bujuk Mia buat minta maaf ke papi karna Mia bentak papi tadi?" Tanpa mengalihkan perhatiannya dari bingkai foto, Mia bertanya dengan nada sinis yang kentara di telinga Caine.

"Memang aku berhak buat nyuruh kamu?" Bukannya membalas, Caine malah balik melempar pertanyaan.

Tangan Caine mengelus rambut panjang milik Mia. Elusan yang sangat lembut, yang mampu membuat semua anak keluarga Noir merasa bahagia karna elusan itu.

"Aku bawain kamu makan, tadi kan kamu ga ikut makan malem." Caine mengambil piring yang ada di kasur.

Memang tadi dirinya membawa nampan yang berisi piring sebelum kesini, dan meletakkan nampan itu disebelahnya.

Mia menggeleng, bergumam dengan pelan. "Mia ga laper mi."

"Aku suapin." Ucap Caine.

Mia yang mendengar itu segera mengangkat kepalanya, menatap kedua mata Caine dengan tatapan berbinar-binar.

Sudah lama sekali dirinya tidak disuapi oleh sang mami. Hal itu membuatnya mengangguk dengan amat semangat.

Caine yang melihat anggukkan yang sangat semangat dari Mia, tentu melebarkan senyumnya. Merasa amat bahagia, karna Mia tidak se rewel itu untuk disuruh makan.

Night Life FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang